Keadaan Hana mulai membaik. Meskipun lelaki itu sudah sembuh secara fisik, namun dia masih enggan membuka mata. Terkadang lelaki itu mengigau, meracau, mengucapkan maaf berkali-kali. Yazuhiro akan senantiasa tinggal di sisinya, bahkan merawat dan membersihkan tubuhnya pun Yazuhiro tak menginginkan orang lain. Yazuhiro hanya ingin Hana, dan seharusnya terus seperti itu.
Hana masih belum membuka matanya. Meskipun malam-malam yang dilalui sangat dingin, namun dia masih tak bergerak. Bibirnya kering, tubuhnya semakin kurus. Tabib keluarga Kazuki mengatakan bahwa Hana tertekan. Ayah Yazuhiro tanggap dengan keadaan Hana, namun memisahkan anak itu dari lelaki cantik yang sedang sakit adalah hal yang sangat mustahil. Bila mereka terpisah, maka akan terjadi sesuatu yang sangat membingungkan nantinya.
Maka, dengan sangat hati-hati, bangsawan Kazuki bertanya perlahan pada anaknya. Dengan jiwa besar penuh kasih tanpa menghakimi.
"Katakan, Anakku! Ada banyak hal yang tidak Ayah pahami darimu. Kau marah dan sedih karena kehilangan ibumu, dan kau senantiasa menutup mulutmu. Bahkan ketika kau bertunangan dengan Sakura, kau tidak protes ataupun bertanya. Kau menganggap itu sebuah kewajiban yang harus kautunaikan..." Jeda sebentar terdengar hingga akhirnya bangsawan itu melanjutkan, "Namun Ayah tak mengerti tentang ini semua! Kenapa kau melakukan ini, Yazuhiro?"
Yazuhiro bungkam. Bangsawan Kazuki paham akan jawaban anaknya, namun membuat Yazuhiro bicara adalah sebuah kewajiban. Karena itulah, Yaziro berencana untuk bertanya dengan cara yang lain.
"Kau akan sangat murka kalau Ayah memisahkan kalian, bukan?"
Yazuhiro merespon. Tatapan lelaki itu berkilat. Yaziro paham, itu artinya tidak akan pernah bisa!
"Kau mencintainya?"
Yazuhiro menoleh, menatap wajah Hana sekali lagi. Yaziro mengembuskan napas. Lelaki itu harus rasional kalau ingin menyadarkan anaknya.
"Rui... akan lari kalau kau terus begini! Kau bahkan tak bisa memperlakukan seseorang dengan baik!"
Yazuhiro tak bersuara. Yaziro berdiri, lalu meninggalkan mereka berdua lagi. Jemari Yazuhiro masih menggenggam jemari Hana. Lelaki itu jadi pendiam akhir-akhir ini. Ketika Hana tertidur sepanjang hari, Yazuhiro terus menemaninya. Sesekali Hana tersadar, namun dia hanya terpejam.
Lalu... di hari selanjutnya, Hana membuka mata untuk yang pertama kalinya. Ketika melihat Yazuhiro menggenggam jemarinya, menatapnya tanpa kata... Hana tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini.
Karena itulah... dia mencoba untuk bicara.
"Yazuhiro-san..."
Hana mengedip beberapa kali. Yazuhiro bergerak cepat, menarik tubuh Hana, mendudukkan lelaki cantik ini agar bersandar padanya. Semua orang yang melihat itu pasti tahu betapa cintanya lelaki bangsawan itu terhadap lelaki cantik ini.
"Yazuhiro-san..."
Meski Hana memanggil, Yazuhiro masih tak bersuara. Yazuhiro seperti kehilangan nyawanya sendiri. Tubuhnya bergerak untuk melindungi Hana, namun bibirnya tak bicara. Yazuhiro menatap wajah Hana, menunduk, namun tak ada hal yang berarti. Baik Yazuhiro maupun Hana tak bergerak, saling menatap.
"Kenapa Yazuhiro-san diam saja?"
Yazuhiro masih tak bicara. Dia ingin bicara dan menjawab semuanya, namun dia takut. Semakin dia bicara, masalah akan makin runyam. Jantungnya berdegup kencang karena takut, hatinya menghangat karena sayang. Dan di balik itu... dia ingin menjelaskan banyak hal, ingin meminta maaf, ingin memperbaiki semuanya.
"Yazuhiro-san..."
Yazuhiro diam.
"Aku sudah tidak kuat lagi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay-Sha
RomanceHana bukan geisha di okiya itu. Namun, kecantikannya melebihi para geisha di mana pun berada. Banyak lelaki yang jatuh dan tunduk di kakinya, hanya untuk ditemani oleh Hana. Sayangnya, Hana hanya pelayan. Dia juga lelaki. Meski ada riwayat geisha pe...