Okiya milik Haruko heboh. Sejak mereka terkenal dengan kecantikan geisha-nya dan juga kemampuan mereka dalam melayani tamu, sekarang ada desas-desus aneh yang menyebar dengan sangat mengerikan. Mengerikan karena terlalu cepat, namun itu bukan masalah menurut Haruko. Haruko tidak bergerak di bidang ini dalam waktu yang singkat. Wanita tua yang masih sangat anggun dan elegan itu masih mempertahankan kearifan okiya miliknya.
Desas-desus tersebut muncul lantaran Haruko mengirim surat balasan atas surat cinta yang datang ke mejanya hari itu. Haruko tidak suka bertele-tele, jadi dia membalas surat cinta itu dengan sangat tajam.
Datanglah ke okiya kami kalau Fujishima-dono ingin. Para geisha kami yang akan melayani Tuan dengan sangat baik. Untuk pelayan itu... kami tidak bermaksud membawanya ke dalam bidang ini. Mohon Fujishima-dono sadar dengan posisinya sebagai pelayan.
Pengirim surat itu marah. Dia menganggap Haruko menolak permintaannya dengan sangat kasar. Meski memang penolakan itu terdengar sangat menyebalkan, namun Haruko menulisnya dengan hati sakit. Hana bukan bagian dari para geisha-nya. Haruko sangat menyayangi pelayan itu. Bahkan wanita itu sudah menganggapnya sebagai putranya sendiri.
"Bagaimana ceritanya?" Haruko bertanya pada Machiko. Machiko berkunjung ke pasar pagi ini, dan dia sudah disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan tak bermutu.
Machiko pernah mengajak Hana ke pasar, dan kecantikan lelaki itu mengubah suasana pasar menjadi sangat aneh. Sejak saat itu Hana tidak lagi ikut meski ingin.
"Haruko-sama diisukan memiliki geisha tersembunyi di sini."
"Aih!"
"Lebih menakutkannya lagi, Haruko-sama bahkan tidak ingin menggunakan geisha tersebut..."
"Isu macam apa itu?!" Haruko murka. Baginya, Hana adalah harta karun yang sangat berharga. Namun Haruko ingin menyembunyikan Hana karena ingin melindunginya.
"Apa yang akan Haruko-sama lakukan?"
Bibir Haruko berkedut karena emosi. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa para lelaki bangsawan itu lebih tertarik pada Hana dibanding para geisha cantik yang dia miliki. Ah, Hana juga cantik sebagai seorang lelaki. Figurnya bahkan lebih menggiurkan. Padahal Hana hanya memakai baju sederhana sebagai pelayan.
Bayangkan saja kalau sampai... kalau sampai Hana mengenakan baju yang dikenakan oleh para geisha. Haruko menggelang kencang. Tidak, tidak!
"Aku akan mengutus seseorang untuk membereskan masalah ini. Gunakan terus telingamu untuk mendengar. Kita tidak hanya sekali dua kali mengalami hal menggelikan seperti ini."
Machiko mengangguk paham, lalu pamit undur diri. Begitu pelayan itu keluar, mulutnya memekik karena terkejut. Hana berdiri di depannya, mondar-mandir dan terlihat cemas. Machiko tersenyum lembut begitu melihat raut cemas anak itu. Lalu Hana menghela napas lagi.
"Bagaimana? Apa kata Okaa-san?"
Machiko tersenyum, lalu menepuk bahu Hana sebentar.
"Tenanglah, Hana! Haruko-sama yang akan menyelesaikan semuanya."
"Gara-gara aku..."
Machiko menggeleng kencang. "Tidak. Ini bukan gara-gara dirimu. Kalau sampai Haruko-sama mendengar apa yang kaukatakan, beliau bisa bersedih, Hana. Beliau sudah mencoba melindungimu. Jadi sebaiknya kau juga berterima kasih dengan tidak menyalahkan dirimu sendiri!"
"Maafkan aku!" Hana menunduk. Ini memang bukan pertama kali. Sudah sering sekali para lelaki bangsawan mencari masalah di sini. Okiya milik Haruko berbeda. Unik dengan caranya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay-Sha
RomanceHana bukan geisha di okiya itu. Namun, kecantikannya melebihi para geisha di mana pun berada. Banyak lelaki yang jatuh dan tunduk di kakinya, hanya untuk ditemani oleh Hana. Sayangnya, Hana hanya pelayan. Dia juga lelaki. Meski ada riwayat geisha pe...