Bagian Awal

15.8K 1K 54
                                    

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++

Mereka bilang, sosok anak pertama dan seorang kakak adalah sosok yang selalu bisa tuk diandalkan.

Mereka bilang, beban di pundak anak pertama sungguhlah besar, karena hidupnya dihabiskan untuk mengalah pada adiknya.

Mereka bilang, seorang anak pertama akan selalu memasang wajah tidak suka pada Ibu dan Ayah ketika cinta keduanya tertuju sempurna pada sang Adik.

Tapi, tidak bagiku.

Keluarga kecilku tinggal disebuah Desa di Daegu, keluarga kami adalah keluarga  sederhana yang kaya akan rasa syukur.

Aku dan Kakak hanya terpaut usia tiga tahun. Kakak lahir lebih dari duluku, satu hal yang membuatku tidak tahu bagaimana ketika Kakak terlahir didunia.

Hingga seiring umurku bertambah, Ibu mulai bercerita..tentang keberuntungan Kakak.

Cerita Ibu yang membuatku harus memaklumi semuanya, termasuk ketika Ibu menjewer telingaku karena Kakak.

Senyum kotaknya kala itu terkadang membuatku ikut tersenyum, bagaimanapun Kakak adalah teman pertama dalam hidupku.

Dia senang sekali berlarian, Oh, kami berlarian bersama tentunya dirumah kami yang sederhana. Tak ayal, Kakak terjatuh dan Ibu..memarahiku.

Kata Ibu, Kakak berbeda, Aku hanya harus menerima itu.

Kau tahu? Cinta Ibu pada anaknya akan selalu sama, bukan? Tentunya, porsi cinta itu akan tetap sama, bukan?

Sialnya, lagi dan lagi semua itu tak berlaku padaku.

Saat itu Kakak berumur sembilan, tentunya kata berbeda yang dimaksud Ibu adalah ketika Kakak tidak sekuat Aku, saat makan malam usai Kakak tiba-tiba ambruk saat keluar dari kamar tidur kami, menghasilkan pekikan kuat dari Ibu yang ingin membantu Kakak untuk tidur setelah meminum obatnya. Kakak memang tidak sehat beberapa minggu ini, bahkan dari dulu.

Ibu menangis kuat-kuat, mengundang Ayah untuk datang ke sumber suara, menghentikan kegiatanku yang sedang bersenda gurau dengan Ayah. Kaki kecilku mengikuti langkah besar milik Ayah, hingga kami sampai pada pemandangan yang menyakitkan.

Ayah merebut Kakak dari pelukan Ibu, peluh membanjiri bagian kening dan leher Kakak, pun pada seluruh tubuhnya. Wajah Kakak seputih kapas, bibirnya membiru, mulutnya terbuka seakan ingin meraup oksigen yang tak bisa masuk kesana. Ayah dengan tergesa membuka kancing piyama Kakak, mengusap dadanya dengan sangat lembut.

"Kakak, tenanglah Kak. Ayah disini, bernafaslah dengan tenang, Kak.."

Tapi, Kakak terus-terusan mencengkram dadanya. Wajah Kakak amat kesakitan, menciptakan luka di hati Ibu dan Ayah.

Aku hanya mematung, melihat Kakak yang kini sudah menutup matanya dengan erat dengan tangan yang tergeletak lemas. Ayah mengangkat tubuh kurus Kakak, berjalan tergesa pada pintu utama, membuat tubuh lemas Kakak ikut bergerak sesuai dengan pergerakan Ayah.

Ibu menatapku, mengusap rambutku dengan lembut, menatap tepat dimata bulatku.

"Adik Kook-ie, dirumah sebentar ya? Ayah dan Ibu akan membawa Kakak kerumah sakit terdekat, Adik Kook-ie tetap dirumah sampai Ibu kembali ya?"

Aku mengangguk, menurut pada perkataan Ibu yang bersuara dengan serak adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan.

Ibu menghilang dibalik pintu rumah, lalu Aku mendengar deru mesin mobil tua milik Ayah yang mulai melaju.

Dan, sejak hari itu...cinta mereka mulai terasa berbeda bagiku..

Mulai hari itu juga, kata mengalah menjadi teman baikku.

+++

A Brothership Fanfiction of Taekook.

Hai.. Cerita ini terus bersarang di kepalaku, btw ini aku terimspirasi dari cerita singkat yang temanku kirim di whatsapp. Ada yg pernah baca tentang 'Kasih yang berbeda'. Aku nangis waktu baca itu, karna akupun secara tdk lgsg mengalami yang sama dihidupku. Well, ini bakal jadi selingan winter scars yang bentar lagi ending. Jika berhasil, cerita ini bakal aku tamatin juga, semoga aja ide yg aku konsepkan bisa berada pd tempatnya ya:"")
Adakah yang tertarik dgn FF ini? Silahkan tinggalkan komentar :)

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang