+++
30 Desember 1995
Hari itu adalah dua hari terakhir di tahun 1995 pada bulan Desember ketika Ayah Kim tengah mengusap rambut istrinya -Ibu Kim-yang penuh akan peluh keringat. Ibu Kim terlihat sangat lelah, matanya yang terdapat sisa-sia air mata sesekali terpejam untuk menahan rasa lelah yang menghampirinya.
"Terima kasih telah berjuang untuknya, Ibu.." Ayah mengecup kening Ibu, lalu beralih pada bibir pucatnya sekilas. Ibu tersenyum disela-sela ciuman yang tak mampu ia balas pasca rasa letih disekujur tubuhnya saat melahirkan putra pertama mereka.
"Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Ibu dengan suara serak, Ayah Kim hanya mengangguk pelan meski ragu sedikit hinggap di hatinya.
Bayi pertama keluarga Kim lahir dengan perjuangan yang luar biasa, tentu rasa takut menjalar pada sepasang suami istri itu ketika mereka tahu bahwa kondisi kehamilan Ibu Kim sangat lemah, bahkan saat dia tengah memperjuangkan Taehyung saat tali pusar masih menyatu dengan sang Ibu, bayi itu tidak menangis, ia terkulai lemah di tangan Dokter yang terlibat dalam proses persalinan tersebut. Tentunya Ibu Kim menangis histeris, memaksa Ayah untuk menenangkannya agar tidak terjadi hal yang lebih rumit lagi. Bayi kecil mereka pingsan, membuat Dokter tersebut mencoba menyelamatkan bayi mereka dengan memberikan nafas buatan dan terus menekan dengan pelan dadanya.
Menciptakan sensasi perih luar biasa dihati sepasang suami istri tersebut.
Hingga Taehyung yang mungil dan terlihat rapuh itu menangis tertahan dan mulai bernafas.
Pemandangan yang berhasil meloloskan air mata sang kepala keluarga Kim, yang jarang sekali terjadi.
Ayah, harus terlihat kuat, bukan?
"Taehyung-ie, pasti akan baik-baik saja, Ibu.." Ayah menenangkan begitu melihat mata Ibu yang memancarkan kesedihan. Pasalnya mereka berdua pun tahu, bayi mungil yang diberi nama Kim Taehyung itu lahir dengan bobot yang rendah, Dokter bilang jantungnya sedikit lemah sehingga Ayah dan Ibu harus merelakan beberapa perawat membawa Taehyung yang berkulit sedikit pucat itu ke ruangan khusus setelah Ibu Kim menahan Taehyung didalam gendongannya.
"Ibu ingin melihat Taehyung-ie, Ayah.."Pintanya dengan nada yang begitu sedih, Ayah hanya mengusap puncak kepala Ibu dengan penuh cinta dan kelembutan.
"Nanti kita akan melihatnya, Ibu. Sekarang, biarkan Dokter memberikan yang terbaik untuk Taehyung-ie, ya? Ibu istirahat,ya."
Hanya saja...Ayah Kim tidak akan tega membiarkan istrinya melihat Taehyung, dengan beberapa kabel dan selang yang menempel pada tubuhnya yang mungil dan sedikit memucat itu, ia tidak mau istrinya sedih untuk saat ini.
Tapi, ia percaya...Taehyung adalah anak yang kuat.
Taehyung akan menjadi putra pertama keluarga Kim yang akan selalu ia jaga bak barang berharga.
+++
Matahari bersinar terang, melewati celah ventilasi pada kamar Ayah dan Ibu Kim. Suasana desa yang tenang serta kicauan burung dipagi hari membuat siapa saja bersemangat untuk menjalani hari.
Ibu Kim tengah menggendong bayi mungilnya pagi itu, setelah menyiapkan pakaian kerja Ayah Kim yang bekerja sebagai karyawan biasa disebuah Kantor yang bergerak dalam bidang pertanian, ia kemudian membersihkan tubuh putra mungil mereka yang sudah terjaga sebelum matahari terbit.
"Sayang," Ibu Kim menimang-nimang Taehyung yang memperhatikannya dengan mata sipitnya, akhir-akhir ini Taehyung berhasil membuat sepasang suami istri itu cemas karena Taehyung kecil mereka yang tampak lemas.
Ibu Kim tersenyum pada putranya, mendudukkan diri ditepian ranjang dan mulai memberikan ASI pada Taehyung, si kecil mungil yang baru berusia delapan bulan.
"Ayo sayang, Kau pasti lapar kan, Nak?" Ucap Ibu Kim lembut, beberapa saat berlangsung dengan baik hingga suatu hal menyesakkan pikirannya.
Kening Ibu Kim berkerut, ia menggigit bibir dalamnya dengan gelisah dan mata yang bergerak cepat seakan panik ketika Taehyung merengek dan menolak asupan ASI yang ia berikan.
"Ayah..." Panggil Ibu dari dalam kamar, hal seperti ini mulai sering terjadi dan ia merasakan sesuatu yang mulai tidak wajar. Derap langkah Ayah terdengar buru-buru, meninggalkan kegiatannya yang tengah memanaskan mesin mobil tua milik mereka.
"Ada apa, Ibu?" Tanya Ayah dengan lembut, ia berhenti sejenak diambang pintu lantas melanjutkan langkahnya ketika Ibu Kim memasang raut khawatir sebagai jawaban dari pertanyaannya, mengikuti sorot pandangan Ibu yang menuju pada Taehyung didalam gendongannya.
"Dia semakin sering tidak ingin menyusu, Ayah.." Kata Ibu dengan nada khawatir yang terekam jelas ditelinga Ayah.
Mengusap lembut kepala Taehyung dengan telapak tangan besar miliknya, sementara tangan yang lain ia gunakan untuk merengkuh istrinya.
"Taehyung-ie, tidak apa-apa, nak.." Bisinya ditelinga Taehyung, ia memainkan pipi gembil dan bibir Taehyung yang tengah menatapnya sendu dengan jarinya.
"Ayo, Kau pasti lapar kan, Nak..." Ayah kembali mengusap puncak kepala Taehyung yang sudah ditumbuhi rambut-rambut tipis yang lembut, membisikkan kata-kata yang sebenarnya tidak dimengerti oleh putranya.
Ibu tersenyum lega ketika Taehyung menurut, namun hal itu tidak berlangsung lama saat putra kecil mereka tersedak, memuntahkan cairan berwarna bening lalu menangis keras dengan wajah yang memerah.
Air mata Ibu Kim sudah berada disudut matanya, Ibu mana yang tega melihat putranya yang kesakitan? Tentunya,tidak akan ada.
Ayah Kim bertindak cepat ketika Taehyung kecil berhenti menangis dan tersedak namun kesulitan bernafas, ia menelungkupkan tubuh mungil anaknya sembari mengurut pelan punggung kecil itu.
"Taehyung-ie," Ibu Kim terdengar merengek begitu sang Suami membaring Taehyung pada ranjang yang tidak terlalu empuk itu, menekan-nekan dada Taehyung dengan ibu jarinya diselingi dengan memberikan nafas buatan padanya.
"Ayah, bagaimana ini?" Tanya ibu, panik menghantuinya saat ini. Ia menggenggam jari mungil putranya, menatap gurat panik ketika dada putra mungil mereka tidak bergerak naik keatas.
"Taehyung-ie, anak Ayah.." Lirihnya, hatinya begitu sakit ketika air mata membekas disekitaran pipi gembilnya, "Ibu, siapkan perlengkapan Taehyung..Kita, akan kerumah sakit.."
Ibu Kim bergerak cepat, menyisakan Ayah Kim yang mulai tenang ketika dada Taehyung bergerak naik keatas. Untuk kesekian kalinya, di pagi hari...Ayah Kim harus izin dari pekerjaannya, harus siap untuk teguran dan lembur yang harus ia terima. Juga bersiap untuk merogoh kocek dalam-dalam untuk putra mungil mereka.
Ayah Kim mengusap air matanya yang terasa menggenang disudut mata, membawa Taehyung dalam gendongannya, berteriak pada Ibu untuk lebih cepat dan segera menuju mobil.
Ia harus tetap tenang, bukan?
Karena ia seorang Ayah, ialah satu-satunya yang harus tenang ketika situasi ini terjadi...
Ayah akan menjagamu sekuat mungkin, Nak.
Ayah Kim membatin, mencium lembut wajah Taehyung sebelum menyerahkan si mungil pada istrinya dan melajukan mobil dengan cepat.
Mereka harus menjaga harta yang paling berharga dihidup mereka..
TBC
ngetik disela-sela koreksian latihan anak murid yang menumpuk:(( ada yg punya cara biar ini otak berenti pgn bikin FF gaje begini gak?:(
KAMU SEDANG MEMBACA
A Brother [ Complete ]
Fiksi PenggemarSejak hari itu, cinta Ayah dan Ibu mulai berbeda. Bagiku, cinta mereka tidak sama, Kakak menerima lebih banyak. Bagi mereka, Aku akan selalu mengerti. Aku akan selalu bisa. Mereka tidak tahu, Aku ingin dianggap sama. ©whitedaisy96 Start : August, 10...