Bagian Delapanbelas

6.8K 701 238
                                    


Mohon maaf untuk keterlambatan Aku memposting cerita ini. Enjoy the story and happy reading~

Bagian Delapanbelas

+++

"Kau tidak melupakan taruhan kita 'kan ? Tim jagoanku menang, jangan lupa untuk mentraktirku selama seminggu, eoh? "

Kalimat itu menyambut indera pendengaran Taehyung begitu ia membuka pintu ruang kerjanya. Tidak begitu luas, ruangan kerja ini hanya menampung sekitar lima karyawan yang melakukan pekerjaan sesuai tugas mereka masing-masing, termasuk dirinya.

Didekat jendela ada dua meja yang berisikan rekan kerjanya, dua orang itupun tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, lembaran-lembaran kertas yang disusun hingga menjadi tumpukan dan suara jemari yang beradu dengan papan keyboard.

Mereka tampak begitu sibuk, sepertinya ada deadline yang harus mereka kejar, tidak seperti dua rekan Taehyung yang lainnya, mereka tampak asyik mengobrol satu sama lain dengan menyandarkan tubuh mereka pada kursi kerja. Oh, omong-omong suara yang menyambut Taehyung tadi adalah salah satu diantara mereka, Song Mino namanya.

"Aku tidak bilang satu minggu." Lelaki berkacamata yang Taehyung ketahui menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan Mino bersuara dengan nada tak terima, ia Kang Seungyoon. " Aku hanya bilang tiga hari, Kau ini berlebihan sekali."

Mino tertawa jahil yang dibuat-buat, sedikit mengulas senyum pada Taehyung yang membungkuk sopan padanya. "Sesekali menyenangkan hati temanmu tidak masalah 'kan, sobat ?"

"Menyenangkan apanya! Kau itu sudah punya istri jika Kau lupa, untuk apa Aku mentraktirmu sampai seminggu. Kau bisa makan dirumahmu , tahu ? Tidak seperti Aku dan Taehyung yang masih bujangan, kami harus berpikir untuk menentukan apa yang akan kami makan, bukan begitu Taehyung?"

Taehyung, sang pemilik nama tersentak sejenak dan mendapati dua rekan kerja yang tengah menatap dirinya, seolah menunggu jawaban. Tadi, Seungyoon mengatakan apa , ya? Ah, Taehyung benar-benar tidak bisa untuk fokus hari ini, tubuhnya sedikit tidak bersahabat dan bagian dadanya terasa sedikit nyeri, apa alat itu berulah di dalam sana? Atau Ia marah karena Taehyung terlalu memforsir tubuhnya ?

"Taehyung memang masih bujangan, tapi dia tinggal dengan kedua orang tuanya jika Kau lupa." Mino bersuara saat Taehyung tak kunjung menjawab. "Jangan membahas masalah bujangan,Aku baru menikah selama tiga bulan, Seungyoon. Aku masih tergolong seperti kalian."

"Terserahlah." Seungyoon mengibaskan tangannya dengan malas. "Ohya Taehyung, sekarang kan sedang ada Liga Nasional, apa Kau ingin ikut bertaruh seperti kami?"

Liga Nasional itu maksudnya pertandingan sepak bola, kan? Taehyung membatin didalam hatinya. Sepak bola. Dua kata yang mengingatkan Taehyung pada sang adik yang begitu suka berlari dan bermain bola.

"Tidak usah mengajaknya." Mino pun menyahut dengan wajah datar. "Kita sudah menjadi rekan hampir beberapa tahun dan Kau tidak ingat ya, Seungyoon? Taehyung tidak begitu suka olahraga, dia bahkan tidak mau menghabiskan waktu untuk sekedar bermain futsal dengan kita, dia tidak minum kopi dan dia tidak merokok. Kau tahu, Taehyung? terkadang Aku meragukan kejantananmu." Tangan Mino beralih untuk mengusap dagunya pelan, memicingkan mata saat menatap Taehyung yang hanya tersenyum menanggapi setiap untaian kata yang keluar dari mulut Mino.

Memang benar, Taehyung memang berbeda dan saat kedua rekan yang bisa dikatakan dekat dengannya ini mengatakan apapun tentang dirinya, Taehyung tidak pernah memasukkannya kedalam hati. Toh apa yang dikatakan mereka benar dan ia tidak berhak marah, ia pun menyembunyikan rapat-rapat tentang penyakitnya, tentang ketidaksempurnaannya. Taehyung bukan Jungkook yang memiliki banyak teman, sepanjang waktu berlalu Taehyung tetaplah Taehyung yang merasa tidak percaya diri untuk berbaur dan memiliki banyak teman. Ia tergolong pendiam dan penyendiri, tapi bagaimanapun dia harus tetap bisa menyesuaikan diri dalam dunia kerja.

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang