Bagian Empat

7K 845 80
                                    

Enjoy and happy reading~

+++

Hati Ibu Kim terluka, tentu saja. Hati Ibu mana yang tidak terluka jika melihat anak yang dikasihi dan disayanginya tidak berdaya, dengan mata tertutup dan wajah yang turut pucat. Tidak ada lagi senyuman kotak khas sang anak yang selalu menghangatkan.

Wajah Ibu Kim tampak lelah, sedikitpun ia tidak mau beranjak dari sisi Taehyung yang terbaring lemah dengan berbagai macam alat yang terpasang ditubuhnya,setidaknya alat-alat itu tidak sebanyak saat kali pertama mereka tiba dirumah sakit. Ibu Kim tentu mengingat waktu itu, tiga hari yang lalu saat Ayah Kim menggendong Taehyung dengan raut wajah panik luar biasa, berteriak pada siapapun yang ada dilorong rumah sakit untuk memberi tindakan pada Taehyung yang sulit bernafas.

Sungguh menyakitkan.

Ibu Kim mengusap matanya yang terasa berat, entah hanya beberapa jam ia tertidur dalam tiga hari ini, matanya enggan tertutup seolah saat ia menutup matanya maka Taehyung akan kesakitan.

Ponsel disakunya berdering, sudah pukul enam pagi dan ia melihat nama sang suami tertera dilayar ponselnya.

'Hallo..ayah'

'Tidak..Ibu masih menjaga Taehyung, Ibu tidak ingin tidur..'

'Tidak apa-apa, Ayah sudah sampai dirumah ?   Ayah Bagaimana Adik Kookie?'

'Tentu, Adik Kookie adalah anak yang begitu manis dia akan selalu menurut, Apa Kookie sudah bangun ? Oh ibu lupa jika Adik menginap dirumah Nyonya Park..'

'Baiklah, Ayah jangan lupa menyiapkan seragam Kookie dan uang sakunya, Ayah beristirahatlah sebentar sebelum pergi bekerja, Ayah pasti sangat lelah beberapa hari ini'

' Ayah akan kesini setelah mengantar Kookie dan Jimin? Baiklah Ayah, sampaikan salam sayang Ibu pada Adik Kookie..'

Sambungan telepon itu lebih dahulu diputuskan oleh Ibu Kim, ia kembali berfokus pada Taehyung yang terbaring lemah, selang oksigen terpasang dihidungnya, pun selang infus turut menancap ditangannya yang kurus. Ia tertidur dengan matanya yang sedikit terbuka adalah kebiasannya.

Semalam, Taehyung menjalani serangkaian pemeriksaan yang dari namanya saja sudah terdengar mengerikan. Taehyungnya tentu menangis saat dokter mengambil sedikit darahnya untuk diperiksa, Taehyung yang terisak-isak kuat karena ia takut melihat alat-alat pemeriksaan yang mengerikan baginya...dan saat melihat itu Ibu dan Ayah Kim mencoba untuk tetap tenang, tegar dan menenangkan putera sulung mereka walau hati mereka seakan disayat-sayat oleh ribuan pisau yang teramat tajam. Namun ketika mereka menyebutkan nama Jungkook, mengatakan jika Taehyung menurut maka ia akan bisa terus bermain dengan Jungkok....Taehyung patuh dan menurut.

'Baiklah, Bu. Kakak mau masuk keruangan mengerikan itu tapi janji Ibu tidak akan marah pada adik jika Kakak main bersama adik ya?'

Ibu Kim menghela nafas dalam, merasa sedih karena seolah dia adalah Ibu yang pilih kasih...padahal tidak seperti itu, ia begitu menyayangi keduanya, hanya saja...Taehyung paling memerlukan perhatiannya. Hanya saja, ia bisa merasakan bahwa Jungkook akan selalu mengerti mereka.

Ibu Kim menghela nafas kembali, mengingat perkataan Dokter kemarin, ada sedikit masalah dengan jantung Taehyung, dan ia akan bersiap-siap mendengarkan hasil pemeriksaan Taehyung hari ini. Ya seperti itu.

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang