Happy reading and enjoy~ Maafkan jika typo^^~
Bagian Empatbelas
Pernah mendengar lebih baik diam jika Kau sedang emosi, karena berbicara dan mengambil keputusan disaat Kau sedang emosi akan membuat semuanya memburuk?
Sepertinya pernyataan itu adalah hal yang benar dan Ayah Kim sungguh menyesal tidak menerapkan ungkapan itu dalam hidupnya.
Ayah Kim masih ingat betul bagaimana suara bergetar Jungkook yang mengatakan : Aku membenci mereka, bawa aku pergi, Bi.
Hatinya gelisah dan berdesir tak nyaman namun ia harus fokus menyetir jika tidak ingin ada korban jiwa. Anak tunggal dari Bibi Park duduk tepat disampingnya, beberapa kali memandang gelisah pada kursi bagian belakang, sama halnya dengan Ayah Kim yang terus memperhatikan Jungkook dari kaca spionnya.
Ia pun ingat betul bagaimana wajah pucat Jungkook saat putera bungsunya itu mengangkat wajah, cekungan matanya yang menghitam dan sudut bibirnya yang membiru. Ayah Kim seolah tersadar ia telah dikendalikan oleh emosinya, oleh amarahnya, menyadari jika ia bukan Ayah yang baik untuk Jungkook, menyesal telah melakukan siksaan fisik pada anaknya. Bak setan yang merasuki tubuhnya, Ayah Kim merasa seperti itu semalam, bagaimana ia tidak kalap jika ia sempat mendapati kamar Jungkook yang dibaui oleh asap rokok, maka ia pun mulai menduga yang tidak-tidak hingga menimbulkan kemarahan yang luar biasa.
Suara gumaman lirih seakan mengigau terus mengisi indera pendengarannya dan suara itu berasal dari Jungkook. Ayah Kim juga mengingat hal ini, mengingat bagaimana Jungkook yang tidak ingin pulang kerumah dan mengeratkan pelukannya pada Bibi Park, menolak dengan sekuat hati untuk pulang bersama menggunakan mobilnya.
Namun keadaan tidak mendukung, Ia memang tidak menyentuh kening putera bungsunya tapi dari penjelasan Bibi Park jelas saja jika Jungkook terserang demam, dan ia pun semakin menyesal. Hingga mau tidak mau, Bibi Park membujuk Jungkook untuk ikut pulang bersama Ayah.
"Sayang, tidak apa – apa. Ada Bibi disini." Suara Bibi Park yang tengah menenangkan Jungkook pun terdengar, ia merengkuh tubuh Jungkook dengan erat, menyelimutinya dengan jaket Jimin –tentu Jimin tidak bisa membiarkan Jungkook kedinginan--, membawa Jungkook pada posisi senyaman mungkin. Namun sepertinya ia tidak bisa merasakan kenyamanan karena rasa sakit diseluruh tubuhnya terlebih rasa sakit dihatinya.
Jungkook masih terus menggumam tidak jelas, ia memang jarang terserang demam, hanya beberapa kali selama hidupnya, namun Ayah Kim paham betul jika Jungkook akan terus berbicara bahkan mengigau saat tubuhnya dilanda panas.
"J-Jimin, ada sapu tangan, Sayang?"
Sempat hening sesaat, tapi Bibi Park memecah keheningan dengan nada bicara yang bergetar.
"Aku tidak punya Ibu, ada apa?" Jawab Jimin seraya membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang terjadi.
"Kookie mimisan, Sayang."
Sepersekian detik, mobil yang Ia kendarai tiba-tiba oleng dan Ayah Kim menekan rem dengan mendadak, membuat mereka semua sedikit terhuyung kedepan. Tangannya yang berada pada kemudi bergetar, apa dia sudah sebejat itu pada anaknya sendiri?
"I-Ini, sapu tangan saya, Nyonya." Ayah Kim yang sedang menyetir berusaha mencari sapu tangan yang biasa ia bawa pada sakut jaketnya, meminta Jimin untuk menyerahkan benda itu pada Bibi Park.
Semua terpampang jelas, Ayah bisa melihat dari kaca spion yang ada disana. Mata Jungkook setengah terbuka, sedikit membuatnya lega mengingat Jungkook tidak menutup matanya dikarenakan ia pingsan. Tapi hatinya sakit, sakit sekali begitu melihat darah pekat dan kental mengotori bagian atas bibir puteranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Brother [ Complete ]
FanficSejak hari itu, cinta Ayah dan Ibu mulai berbeda. Bagiku, cinta mereka tidak sama, Kakak menerima lebih banyak. Bagi mereka, Aku akan selalu mengerti. Aku akan selalu bisa. Mereka tidak tahu, Aku ingin dianggap sama. ©whitedaisy96 Start : August, 10...