Bagian Akhir - 2

10.3K 800 262
                                    



Kok Aku gak rela juga ya ini FF tamat, tapi ya mau bagaimana lagi :'). Selamat membaca ya, as always koreksi jika ada yang salah. Maklum aku ngetiknya 11 jari wkwk (telunjuk kiri sama telunjuk kanan) Enjoy and happy reading~

Bagian Akhir – 2

Mungkin, tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Jungkook kali ini. Saat ia bertemu dengan Jimin, Jungkook masih bisa mengatur perasaannya, ia menangis bahagia lalu memeluk Jimin, semua lelahnya tersampaikan lewat pelukan itu.

Tadi, Jungkook bertemu dengan Ibu dan Ayah. Mereka masih sama, mereka masih menyayanginya, tidak pernah ada kasih yang berbeda, dan Jungkook terlalu egois untuk menghukum mereka selama sepuluh tahun ini. Tidak banyak kata yang terucap, sebab segala air mata sudah mewakili satu dari sejuta tanya yang bersarang dihati mereka.

Tapi kali ini Jungkook tak bisa lagi mengendalikan perasaannya saat Ayah mengatakan dengan suara bergetar.

'Kakak sudah di Rumah Sakit seminggu yang lalu, Rekan kerjanya menelpon waktu itu, katanya Kakak tiba – tiba pingsandan segera di bawa ke Rumah Sakit. Ayah dan Ibu panic, Dokter mengatakan Kakak sempat mengalami henti jantung, alat itu berulah disana dan memang, pasca operasi akan banyak efek samping yang terjadi, Dokter mengatakan hal seperti itu, Nak. Tidak ada infeksi yang terjadi, Kakak selamat dari ketakutan itu. Tapi, sejak Taehyung kembali dan tidak membawamu, dia terus menangis di kamar seharian, dia menjadi tidak banyak bicara dan menghukum dirinya sendiri. Ayah tidak tahu apa yang ia lakukan karena Kakak selalu pulang larut malam, apakah ia rutin melakukan pemeriksaan, apakah ia akan meminum obatnya. Ayah tidak tahu lagi, sampai—"

Jungkook mengepalkan tangan, memukul dinding Rumah Sakit yang keras dengan kepalan tangannya.

Ya, saat Ayah menjelaskan semuanya –walau tidak semua yang ingin Jungkook simpan dalam meorinya – mereka langsung bergegas ke Rumah Sakit, mengutuk diri sebab ia memarkirkan mobilnya terlalu jauh sehingga waktu yang mereka butuhkan untuk tiba disana menjadi sedikit lebih lambat.

Ayah menemui Dokter yang baru saja keluar dari Ruang rawat Taehyung, sementara Ibu menariknya untuk mengunjungi sang Kakak yang kini terjaga setalah Dokter memberikan suntikan obat padanya. Namun Jungkook menggeleng, meminta agar Ibu masuk terlebih dahulu, menghukum dirinya dengan berkali-kali meninju dinding yang ada didekatnya.

Lihat yang sudah Kau lakukan, Jungkook?

Tidak, ini bukan sepenuhnya salah Jungkook. Ia tahu Kakaknya sudah lelah berjuang, ia tahu sang Kakak mempunyai semangat hidup sebab sosok itu percaya bahwa Jungkook akan kembali jika ia menjadi sosok yang lebih sempurna.

Bukan Taehyung yang gagal, Taehyung sudah sangat berhasil berjuang dengan segala keterbatasannya. Berjuang demi hidupnya, berjuang demi keluarga.

Mereka bersaudara, Jungkook akan merasa sedih dan marah saat teman-teman mengejek Kakaknya dulu, mengatai Kakaknya yang hanya menyusahkan Jungkook. Kemana rasa empati itu pergi ? Kenapa semakin lama Jungkook semakin buta untuk ikut merasakan beban yang di rasakan sang Kakak ?

Bukan, Bukan Taehyung yang gagal. Tapi Jungkook yang terlalu fokus pada rasa sakitnya, seolah lupa jika memiliki rasa sakit yang berbeda.

Kakinya berdiri kaku diambang pintu. Ibu sudah keluar hampir delapan menit yang lalu, mengelus pundaknya lembut, menyuruhnya untuk masuk sementara Ibu akan menyusul Ayah menuju Ruangan Dokter.

Sekarang sudah menit ke duabelas sejak Ibu pergi, dan Jungkook hanya berdiri layaknya orang bodoh sekarang, tangannya sudah berada pada kenop pintu yang dingin, ia hanya belum siap.

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang