[ 08 ] Gates Of Pain

1.8K 254 35
                                    

"Happiness is merely remission of pain."
—Anneliese Janvier, Je Te Déteste

"—Anneliese Janvier, Je Te Déteste

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What the hell—"

"Mau mengeluh lagi?" timpal Anneliese pada Chanyeol yang tengah sibuk menatap refleksi wajahnya di kaca spion. Menghentikan semua rengekan Chanyeol yang sudah menemani perjalananan keduanya selama berjam-jam. Lelah mengotori pendengarannya dengan gerutuan yang sesungguhnya tidak penting.

"I swear that you're handsome as hell, Han Chanyeol. So, stop grumbling and just get in now! Don't you know that I miss my lil brother so fucking crazy?"

Chanyeol menyeringai. Diraihnya pinggang ramping Anneliese demi memapas jarak. Senyumnya tampak kian lepas tatkala bagian depan tubuh mereka berbenturan. Menyapa dengan cara yang paling pria ini sukai. "Can you say it again? I have not heard it clearly," bisiknya tepat di daun telinga Anneliese.

"I miss my lil brother like crazy."

"Not that one, Anna! You know exactly what I mean. Can't you just say it when I ask you?" tukas Chanyeol dengan wajah memberengut kesal.

Satu sudut bibir Anneliese terangkat malas. Berbeda dengan sepasang hazel-nya yang tak henti mencuri pandang ke arah gedung yang menjadi tempat tinggal baru Justin. Bangunan bertingkat yang memancarkan kemewahan.

"Noona?"

Anneliese menoleh dengan gerakan fantastis yang bisa saja mematahkan lehernya. Serangan rasa rindu nyatanya membuat gadis ini tak lagi peduli. Ia bahkan sudah siap untuk berlari dan menerjang tubuh sang adik, ketika satu tangan Chanyeol dengan gesit melingkari lehernya. Bersikap posesif. Lagi. "Oh, Ayolah, Yeol! Aku ingin memeluk Justin."

"Do what I want and I'll let you go."

Anneliese mengukir senyum tatkala hazel-nya bersirobok dengan sepasang fokus Justin. Menyampaikan rindu di tengah spasi nyata yang membatasi akibat ulah konyol Chanyeol. Tak tahan menahan hasratnya yang menggebu lebih lama, Anneliese pun mengalah untuk kesekian kali. Balas menggenggam tangan besar Chanyeol yang bertengger di lehernya. "See? Suamiku lebih tampan, kan, dengan gaya rambutnya yang baru?" ucap gadis ini dengan senyum lebar terpeta di wajah. Setengah meringis ketika wajah heran Justin menyapu keberaniannya.

"Biasa saja," balas Justin. Datar.

"Wah-wah-wah!" Chanyeol menggelengkan kepala dengan raut jenaka. Tanpa segan ia jadikan puncak kepala Anneliese sebagai tumpuan dagu, lalu tertawa renyah. "Adik macam apa kau ini? Tidak mau mengakui ketampanan kakaknya sendiri."

Justin mendecak keras. Sengaja agar frekuensinya lebih cepat sampai ke gendang telinga sang lawan bicara. Ya. Lelaki muda ini kembali melancarkan amunisinya. Seolah tengah menabuh genderang perang, padahal senang melihat kebahagiaan sang kakak yang kembali secara berkala. Bisakah Justin berharap pada Chanyeol untuk yang satu ini? Meletakkan pengharapannya di bahu pria asing yang bahkan baru dua kali ia temui?

Je Te DétesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang