"Pretending to hate you was the hardest thing I had to do." —
Anneliese Janvier, Je Te Déteste
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berhenti di sana!" Jeritan Yoora menggelegar di langkah terakhir Chanyeol sebelum meraih kenop pintu. Terpaksa menolehkan kepala, padahal kehendak hati ingin terjaga dan menikmati wajah damai sang istri.
Chanyeol mendesah. Menahan kuluman senyum getir di sudut bibir. Sekadar menekankan seberapa besar rasa sakit yang kini mendekam dalam hati. Tatapannya melembut, menyatakan pengharapan yang begitu besar. "Aku ingin berada di sampingnya untuk malam ini. Mulai besok kau bebas memilikiku, tapi untuk sekarang biarkan aku menemuinya, Yoo. Aku membutuhkan istriku untuk malam ini saja. Kumohon," lirihnya.
Kedua kaki kurus Yoora mengayun tergesa menghampiri Chanyeol. Satu sudut bibir wanita ini terangkat sinis setibanya di hadapan sang adik. Tubuh jangkung keduanya pun telah genap berhadapan, bertukar luka dan emosi melalui tatapan yang terhujam lurus satu sama lain.
"Kau berjanji padaku bahwa kita akan selalu bersama dan kau takkan pernah mengkhianatiku, tapi apa buktinya? Kau mencoba menggantikanku dengan perempuan lain seakan lupa bahwa dulu kaulah yang menghancurkan masa depanku!" maki Yoora menggebu. Kepalan tangannya mengudara. Menyerang dada bidang Chanyeol yang terasa sesak atas dorongan emosi.
"Kau bahkan tidak mencoba menyelamatkanku di saat tua bangka itu merenggut semuanya, lalu kenapa sekarang kau begitu memikirkan perasaan seorang gadis asing, hah?" cecar Yoora, masih dalam selimut kemarahan yang sama seperti sebelumnya. "Tatapanmu di rumah sakit saat menatap perempuan itu, aku tahu! Aku bisa membacanya, berengsek! Kau mencintainya, 'kan? Kau sudah janji—"
Kalimat Yoora berakhir rumpang akibat ulah kecil Chanyeol. Luapan emosinya pun lenyap digantikan isakan pedih begitu melihat sang adik jatuh berlutut di bawah kaki. Menandakan keinginan yang begitu besar, di mana itu bukan lagi tentang dirinya.
Sakit. Yoora sungguh ingin memaki, tapi pasokan katanya justru berbelok dan menyembunyikan diri dalam jeruji pita suara. Menyisakan kerongkongannya yang tercekat sepi.
"Aku benar-benar membutuhkannya, Yoo." Keterdiaman sang kakak pun digunakan Chanyeol untuk meratap. "Hari ini aku melukainya begitu banyak. Aku hanya ingin meminta maaf ,walaupun mungkin Anna tidak akan menyadarinya. Aku hanya ingin mengucap salam perpisahan sebelum membiarkannya pergi. Aku berjanji akan kembali padamu setelahnya, tapi kumohon ... malam ini saja."
Dengusan kasar diloloskan Yoora. Wajah cantiknya pun berpaling ke sisi lain. Tak lagi sudi membalas serangan netra yang sewarna dengan miliknya tersebut. Satu langkah mundur pun diambil Wanita Han ini selagi bibirnya berucap. Menimpali permohonan Chanyeol. "Kau pernah menyakitiku dan tidak menutup kemungkinan, kau bisa membuatnya semakin terluka jika terus bersamamu. Pergilah. Aku hanya akan membebaskanmu malam ini."