Chapter 22

571 106 37
                                    

We're learning how important it is both to preserve sibling relationships if they work and repair them if they're broken. We're also learning a lot about nonliteral siblings - stepsiblings, half-siblings - and the surprising power they can have.



Jeffrey Kluger



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah berdebat dengan Taehyung tadi, Yewon tidak pergi ke arah rumah. Ia berjalan berlawanan arah dan terlihat begitu sendu. Ia sedih, ia terpukul, dan tentu saja terluka dengan ucapan Taehyung. Orang yang ia percayai seumur hidupnya mengeluarkan pernyataan yang keterlaluan menurutnya.

Yewon membenci Taehyung? Tentu saja tidak.

Ia hanya berpikir bahwa Taehyung sudah muak padanya. Ia tidak berani mengungkapkan kembali apa yang dipikirannya. Ia tertekan hanya dengan diam dan menyangkal, tapi tanpa pembelaan dari dirinya sendiri.

Yewon duduk di sebuah halte bus yang sudah cukup jauh dari sekolah. Di remasnya kuat-kuat ujung rok yang ia kenakan untuk menahan amarah dan tangis. Ia tidak bisa menangis, jangan tanyakan kenapa. Ia tidak berani melakukannya, mungkin juga tidak mau.

Air mata berarti lemah. Yewon tidak selemah itu. Jadi ia selalu mengaitkan kuat adalah diam dan tanpa air mata.

"Kenapa sih kalau gue ketemu lo pasti dalam bingung linglung?"

Yewon terdiam mendengar ucapan seorang pria yang ia tahu siapa pemilik suara berat itu.

"Trus lo disini sendirian?"

Seorang Chanyeol tersenyum karena tidak mendapatkan jawaban atas dua pertanyaan yang sudah dia ajukan pada Yewon, sampai akhirnya ia meletakkan tangannya di kepala Yewon.

"Lo bakal baik-baik aja, adik manis"

Chanyeol terus mengusap-usap kepala Yewon dan mengatakan bahwa Yewon akan baik-baik saja berulang-ulang.

Keberadaan Chanyeol untuk menemani Yewon duduk selama hampir satu jam ini sungguh sangat ia syukuri. Selama satu jam, tangan Chanyeol tidak berhenti untuk mengusap kepala Yewon agar tenang. Akhirnya Yewon memberanikan diri menengok ke arah Chanyeol dan melihat Chanyeol tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya.

Jari Chaneyol turun ke mata Yewon, "Mata ini cantik deh. Tapi jangan di tahan untuk nggak nangis. Kuat bukan berarti nggak nangis. Cengeng juga bukan berarti lemah" Kata Chanyeol yang seperti membaca isi kepala Yewon.

Yewon terdiam.

"Gue nggak bisa bantu apa-apa karena lo nggak pernah ngomong banyak. Gue juga nggak begitu kenal lo" Kata Chanyeol sembari melepas dan menggeliat merenggangkan otot tangannya.

[COMPLETED] SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang