Louis membuka matanya dengan pelan. Pandangannya kabur dan melihat siluet seseorang di atasnya. Ketika pandangannya mulai jernih, dia mendapati Reishi menatapnya dengan pipi basah
"Louis!" Panggil Reishi memeluk Louis erat sambil terisak.
"Rei..." Louis mengusap pelan punggung Reishi. Perutnya seperti terbakar. Begitu juga dengan seluruh badannya, rasanya sakit sekali.
"Kenapa kamu menerima pisau itu untukku? Aku tidak ingin kamu terluka karena aku... aku benar-benar khawatir dan panik Louis, kamu sempat tidak sadar dan tekanan darahmu menurun drastis, aku takut, aku pikir aku kehilangan dirimu." Kata Reishi sambil terisak tanpa melepas pelukannya.
"Aku... akan melakukan apa saja demi... keselamatanmu... Reishi..." bisik Louis mengecup rambut Reishi dengan lembut.
Reishi mengangkat kepalanya sampai mereka bisa bertatapan. Hidung indah mereka beradu dan air mata Reishi berjatuhan ke pipi Louis.
"Kamu pikir aku tidak apa-apa dengan ini? Aku tidak tau harus bagaimana, aku... kamu melakukan hal ini padaku.. kalau kamu tadi tidak selamat-" Reishi terdiam karena Louis mengecup bibirnya.
"Aku pasti selamat karena ada kamu, Reishi..." jawab Louis pelan sambil tersenyum dan tertidur. Rasa sakit dan obat penenang membuatnya sangat lelah dan mengantuk.
Reishi mengusap pipinya yang basah. Dia tidak tau bagaimana menggambarkan ketakutan dan kepanikannya saat Louis tak sadarkan diri karena tusukan pisau itu. Pisau itu mengenai bagian vitalnya sehingga tubuh Louis langsung melemah. Louis kehilangan banyak darah dan Reishi bersyukur sekali golongan darah mereka sama, karena stok yang dibutuhkan tidak mencukupi. Untung saja Reishi bisa menangani pertolongan pertama untuk Louis sebelum sampai ke rumah sakit dan dioperasi.
"Aku tidak tau apa yang akan aku lakukan kalau aku kehilanganmu, Louis..." bisik Reishi mengecup dahi Louis. Menyadari hatinya yang telah jatuh pada lelaki penyayang ini. Dia ingat bagaimana sakit dan gilanya saat melihat Louis terluka dan bersimbah darah seperti tadi. Dia hampir tidak bisa mengendalikan dirinya untuk memberi pertolongan pertama pada Louis.
Dan, Louis terluka karena melindunginya.
Louis mengorbankan dirinya untuk Reishi.
"Louis...." bisik Reishi menyatukan dahi mereka dengan perasaan campur aduk.
###
"Astaga, baru sebulan kalian tinggal terpisah dari kami, dan terjadi hal seperti ini, apa yang harus aku katakan pada orang tua Louis?" Tanya Reika saat datang ke rumah sakit paginya. Louis sudah sadar dan hanya tersenyum mendengar omelan Reika.
"Reika-san, tolong jangan beritahu Mom dan Dad, nanti mereka kesini, atau lebih buruknya, membawaku kembali ke Amerika." Kata Louis.
"Jangan! Kamu tidak boleh ke Amerika." Kata Reishi tiba-tiba. Reika dan Raito menoleh pada Reishi.
"Kalau memang begitu, jangan katakan pada orang tua Louis, Kaa-chan, aku mohon." Kata Reishi mengatupkan kedua jemarinya.
Reika tersenyum. "Iya, tapi kamu harus telaten merawat Louis, lukanya termasuk luka serius, mungkin dua bulan ini Louis tidak akan bisa mengikuti kuliah."
"Aku akan merawat Louis se-efisien mungkin, Kaa-chan. Tenang saja." Jawab Reishi mantap.
"Baiklah, kalau ada apa-apa hubungi kami ya? Dan setelah ini berhati-hatilah, jaga diri kalian. Louis, cepat sembuh ya." Kata Raito mendekati Louis dan mengusap kepalanya.
"Arigatou, Raito-san." Jawab Louis tersenyum.
Raito juga tersenyum sambil mengangguk dan keluar ruangan bersama Reika. Omong-omong, rumah sakit itu kebetulan tempat Reika bekerja. Dan Raito di klinik hewan milik kampus. Gedungnya berdekatan. Namun saat Louis masuk ke rumah sakit kemarin. Mereka berdua sedang tidak ada di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Say I Love You (Yaoi) [Completed]
RomansaReishi dikenalkan oleh ibunya pada anak temannya dari Amerika yang akan kuliah di kampus yang sama. Karena belum fasih bahasa Jepang dan juga belum pernah ke Jepang, dia akan tinggal bersama keluarga Reishi dan tidur di kamar yang sama. Louis, Ameri...