3

1.1K 63 2
                                    


Pulang sekolah, Jihan tidak langsung ke apartemennya. Ia mampir ke rumah orang tuanya karena ia rindu dengan mamanya. Dengan kecepatan rata-rata motornya membelah jalanan. Jalanan agak sedikit macet karena sudah jam pulang sekolah dan pulang bekerja. Jarak rumah orang Jihan dan sekolahnya agak jauh memakan waktu 40 menit. Dan akhirnya ia sampai di rumah orang tuanya.

"Assalamualaikum,"salam Jihan

"Waalaikumsalam. Jihan... kamu pulang nak," jawab Ratih, mama Jihan. Ratih memeluk Jihan. Jihan menyadari pipi mamanya memar. Ia sangat khawatir.

"Ma, itu pipi mama kenapa?" tanya Jihan sambal mengusap pipi Ratih.

Ratih bingung harus menjawab apa,"Em... itu nak tadi mama jatuh. Pipi mama natap ke lantai."

"Ga mungkin kalo jatuh ini ma. Mama bohong ya? Aku tau ini semua perbuatan papa kan?" Jihan menebak. Tampaknya tebakan Jihan benar. Mamanya kini menunduk dan menitikan air mata.

"Udahlah, Ma. Mama ikut tinggal sama aku aja ya. Aku ga mau mama disakiti terus sama papa. Ayo ma kemasi barang-barang mama dan tinggal di apartemen aku," ajak Jihan dan Ratih menggeleng. Tiba-tiba Roy, papa Jihan muncul,"mau kamu ajak kemana mamamu?" tanya Roy disertai tatapan tajamnya.

Jihan mendongak menatap Roy,"Kenapa?"Jihan memberikan jeda pada ucapannya"Kenapa, Pa? Mama ga dibutuhkan lagi kan di sini. Toh kalo mama tetap di sini juga, mama akan jadi bahan siksaan, jadi budak Papa dan wanita simpanan Papa. Papa nyadar ga sih sama perlakuan Papa ke Mama. Inget, Pa. kalian masih suami istri. Kalian juga punya aku. Kenapa papa ngelakuin ini. Papa ga mikirin perasaan Mama? Papa ga mikirin perasaan aku? Sumpah ya pa,ma. Aku hampir aja gila gara-gara mendengar kalian bertengkar terus. Aku stress asal kalian tau. Aku masih butuh kasih sayang mama dan juga papa. Aku iri sama temen-temen aku. Mereka masih punya orang tua yang sayang sama mereka sedangkan aku, mungkin kalian inget aja engga sama aku."

Usai mengucapkan segala uneg-uneg serta amarahnya, Jihan beranjak keluar dan pulang ke apartemennya. Tangisannya pecah. Karna emosi, Jihan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tanpa ia sadari, dari lawan arah ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan sedang namun sopirnya mengantuk. Dan di sini lah hal yang tak pernah Jihan bayangkan terjadi. Terjadi tabarakan antara Jihan dan truk tersebut. Tubuh Jihan terpental beberapa meter dari tampat tabrakan dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya. Orang-orang berdatangan untuk melihat kejadian itu. Bodohnya taka da satupun mereka yang menolong.

Kecelakaan tersebut mengakibatkan kemacetan. Di sana terlihat mobil BMW berwarna hitam juga terjebak kemacetan. Di dalam mobil tersebut terdapat tiga orang laki-laki yang pastinya tak asing bagi Jihan. Mereka adalah Farid, Deni, dan Andra. Mobil itu dikemudikan oleh Deni. Andra duduk di bangku depan dan Farid di bangku belakang.

"Ish adaapa sih ini, pakai macet segala," gerutu Deni

"Tau deh coba gue cek dulu," Farid turun dar mobil dan mencari tau apa yang menyebabkan kemacetan. Farid melihat kerumunan orang di sana. Ia mendekat dan melihat seseorang yang tergeletak lemas. Ia terkejut saat melihat orang tersebut. Jihan terkulai lemas dengan kepala yang terus mengeluarkan darah dan tak ada yang menolongnya.

"JIHAN,"teriak Farid histeris. Dengan cepat ia membopong Jihan tanpa mempedulikan bajunya yang akan kotor bila terkena darah. Ia menerobos kerumunan dan membawa Jihan ke mobil Deni. Deni dan Andra terkejut melihat Farid yang datang dengan membopong Jihan yang bersimbah darah. Farid masuk ke dalam mobil Deni.

"Den, kita ke rumah sakit buruan,"ucap Farid panic dan Deni memutar balikkan mobilnya dan menuju rumah sakit. Untung saja rumah sakit tidak terlalu jauh. Dan kini Jihan tengah ditangani dokter. Farid, Deni, dan Andra menunggu di depan pintu.

LOVE SCENARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang