6

915 59 0
                                    

Happy Reading

Keesokan harinya, selepas pulang sekolah Farid langsung pulang untuk berganti baju dan langsung meluncur ke rumah sakit. Ia tak sabar untuk meminta maaf kepada Jihan. Tak lupa, Farid juga membawa sesuatu untuk Jihan. Farid melangkahkan kakinya menuju ruangan Jihan. Dipegangnya gagang pintu. Entah mengapa ia merasa gugup. Farid menghela nafas dan meyakinkan dirinya. Ia mulai memasuki ruangan Jihan. Ia tampak terkejut melihat seorang laki-laki yang duduk di samping Jihan. Pria itu masih muda kira-kira berusia 20 tahunan. Jihan dan pria tersebut menoleh ke arah Farid.

"Hai," sapa Farid canggung

"Hai," balas Jihan menampakkan senyumnya

"Siapa dia Ji?" tanya pria di sebelah Jihan

"Kenalin ini Farid," Jihan memperkenalkan Farid pada pria tersebut

"Farid," Farid mengulurkan tangannya

"Gue Revan," pria itu menjabat tangan Farid "pacarnya Jihan," Farid membelalakan matanya. Bagaimana kabar hatinya? Entahlah. Ia merasa tak suka. Ia berdehem dan melepas jabatan tangannya. Wajahnya memerah seperti menahan kesal. Jihan dan Revan melihat ekspresi wajah Farid yang aneh. Jihan dan Revan bertukar pandangan dan mereka seketika tertawa bersama. Farid heran melihat mereka.

"Kenapa?" tanya Farid penasaran

"Lo percaya sama gue kalo gue pacarnya Jihan? Hahaha...," tawa Revan pecah membuat Farid semakin tak mengerti

"Trus kalian ada hubungan apa?" Farid mencari kebenaran

"Kak Revan ini kakak sepupu gue," jelas Jihan yang masih tertawa

"Jadi kalian ngerjain aku?" Farid mengerucutkan mulutnya.

"Eh udah jam segini nih. Gue cabut dulu ya. Ada urusan,"pamit Revan

"Hati-hati di jalan kak," Revan mengacungkan jempolnya dan meninggalkan Jihan dan Farid di ruangan itu.

Jihan masih cekikikan melihat ekspresi Farid tadi. Sementar Farid masih kesal karna kejadian tadi.

"Udah kali itu mulut ga usah dimonyong-monyongin. Lo itu udah jelek malah makin jelek," ejek Jihan

"Ya habis lo ngerjain gue tadi,"

"Ya sorry," Jihan melirik paper bag yang dibawa Farid "Lo bawa apa?" tanya Jihan membuat Farid tersentak. Ia hampir lupa tujuannya kemari.

"Oh iya. Nih buat lo. Itung-itung permintaan maaf gue ke lo," ucap Farid seraya tersenyum kepada Jihan dan memberikan paper bag yang dibawanya kepada Jihan. Dengan senang hati Jihan menerimanya.

"Makasih. Gue udah maafin lo kok," kata Jihan

"Beneran? Makasih ya. Gue mau nanya sama lo,"Jihan mengangkat satu alisnya

"Apa?" tanya Jihan

"mulai sekarang kita temenan ya. Bosen gue musuhan mulu sama lo. Boleh kan?" tanya Farid

"Emm... gimana ya," Jihan berpura-pura berfikir,"Ya udah kita temenan," sambungnya

Farid tersenyum bahagia begitupula Jihan. Nampaknya musuh tak selamanya jadi musuh. Farid memperhatikan paper bag yang diberikannya kepada Jihan.

"Eh, Ji. Lo kapan buka bingkisan dari gue? Kalo ga cepet di buka bisa bahaya," Farid menyengir

"Heh lo kasih gue bom emang? Ada-ada aja lo," Jihan membuka paper bag itu dan mengambil isinya. Dingin itulah yang dirasakan Jihan pada tangannya yang memegang sesuatu di dalam paper bag. Ia segera mengeliarkan isi paper bag tersebut. Ia terlihat sangat senang.

"Wah. Tau aja lo kalo gue suka ice cream. Apalagi yang rasa coklat. Thanks ya,"

"Beneran lo suka?" Jihan menangguk.

Farid tersenyum. Ia tak menyangka Jihan menyukainya. Jihan langsung menyendokkan ice cream ke mulutnya. Jihan makan dengan sangat berantakan seperti anak kecil. Hingga belepotan. Hal itu membuat Farid gemas padanya. Farid mendekatkan wajahnya ke wajah Jihan. Jihan yang melihat itu heran dengan Farid. Wajah Farid semakin dekat dengan wajahnya. Jihan menghentikan aktivitas makannya. Kenapa hatinya berdegub dua kali lebih cepat. Ia sungguh bingung dengan perilaku Farid yang sulit dipahaminya. Kenapa sih ni anak? Apa jangan-jangan dia mau cium gue. Ih.. jangan(batin Jihan). Karena ia merasa seperti itu dengan sigap ia menendang perut Farid saat wajah Farid berjarak sangat dekat dengan wajahnya.

"Awh," Farid meringis kesakitan. "Gila ya lo?" kata Farid meninggikan suaranya

"Ya salah lo sendiri. Kenapa sih lo maju majuin wajah lo ke wajah gue," Jihan malah memarahi Farid

"Gue itu niatnya mau bersihin noda ice cream di pipi lo. Habisnya lo makan pake mulut atauu pake pipi sih?" ujar Farid yang membuat Jihan menunduk malu. Ternyata yang difikirkannya salah.

"Oh kirain,"gumam Jihan pelan namun masih terdengar oleh Farid.

"Lo kira gue mau cium lo? Hahaha. Sorry ya gue ga tertarik sama cewek yang bentukannya kaya lo. Ada-ada aja sih," Farid menertawakan Jihan sedangkan Jihan melipat tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya. Mulutnya ia kerucutkan tandanya ia tengah merajuk. Farid menghentikan tawanya.

"Hei lo kenapa?" tanya Farid sambil memegang pundak Jihan

"Hih siapa lo? Ga kenal gue. Ih jangan pegang-pegang gue," kata Jihan yang pura-pura tak mengenal Farid dan melepas tangan Farid yang bertengger di pundak kirinya.

"Lo ngambek ya? Yah padahal baru aja damai udah ngambek lagi. Gue kan cuma bercanda Ji," kata Farid memelas. "Jangan marah dong, Ji. Maafin gue," lanjut Farid. Namun Jihan tak mengindahkan kata-kata Farid. Tiba-tiba saja seorang perawat dibelakangnya masuk ke dalam ruangan Jihan.

"Maaf ya mas. Sekarang waktunya pacar mas diperiksa dulu. Mas bisa keluar sebentar?" kata perawat itu yang membuat Farid dan Jihan bertanya-tanya apa maksud perkataan perawat tersebut.

"Mak..sud..nya apa ya sus?" tanya Farid

"Mba ini harus diperiksa dulu, Mas. Mas tolong keluar sebentar. Mba ini pacar mas kan," jelas perawat sambil mengarahkan pandangannya kearah Jihan. Seketika Jihan dan Farid saling bertatapan dan menahan tawa mereka.

"Em... maaf sus. Kita tidak pacaran,"jujur Farid sedangkan Jihan mati-matian menahan tawanya.

"Oh maaf ya mas,mba. Saya kira kalian pacaran. Habisnya kalian ini cocok banget lo," kata perawat itu.

"Ih ga mungkin saya pacaran sama cowok yang bentukkannya kaya dia sus," kata Jihan menyalin kata-kata Farid.

"Awas aja lo kalo lo suka sama gue. Langsung gue pacarin lo," canda Farid yang membuat Jihan menyengir.

"Ekhm... maaf mas.Tolong keluar sebentar saya kan jadi ga bisa meriksa Mba ini. Nanti sajakalau saya selesai meriksa baru dilanjutpacarannya," kata perawat sambil tertawa. Farid pun melangkahkan kakinya keluarruangan Jihan sambil menahan tawanya. Entah mengapa ia begitu senang saatbertengkar dengan Jihan. Itu yang dirasakannya akhir-akhir ini. Apa ia jatuhcinta? Entahlah waktu yang akan menjawab pertanyaan itu 


tbc

Jangan lupa vote ya... yang vote aku doain dapat pahala yang banyak. Amiinn   

LOVE SCENARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang