05.

1K 148 7
                                    

Pagi-pagi sekali Guanlin sudah berangkat ke sekolah, dia sudah memberitahu Jihoon bahwa pagi ini tidak bisa berangkat bersama sesuai janji nya semalam.

Guanlin itu anak basket sekaligus ketua dalam Club karena emang skill serta cara bermain nya sudah tak di ragukan lagi oleh pelatih yang membimbing mereka disekolah, karena itulah Guanlin pagi tadi sudah mendapat pesan suara jika hari ini dia harus menghadiri pertemuan dengan tim yang lain nya.

Guanlin menatap hampa pada kertas di depan nya ini, tangan Guanlin menekan-nekan pelipisnya untuk menghilangkan rasa pening yang tiba-tiba sedikit singgah dikepala nya.

Guanlin mengambil ponsel nya dan menekan angka 2 pada layar sentuh dengan otomatis ponsel nya memanggil kesebuah nomor seseorang. Tidak usah mikir jauh untuk tau siapa yang Guanlin hubungi karena itu sudah pasti sahabat terdekat nya.

"Hallo " suara Guanlin terdengar seperti helaan ketika memulai pembicaraan, Guanlin menatap kertas-kertas yang berceceran diatas meja kembali sambil memikirkan tugas nya itu.

"Tumben nelpon, masih pagi" jawab seseorang di sebrang sana dengan suara khas nya, seperti nya orang tersebut sedang sarapan sangat terdengar jelas bahwa ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

"Bawakan Gue sarapan!" Suruh Guanlin sedikit agak kesal karena respon pria di sebrang telepon sana seperti kurang minat menjawab panggilan nya,

"..Buruan gue laper! Makan mulu lu, udah gendut juga" lanjut Guanlin seenaknya dengan hinaan yang sudah sangat biasa dia lantorkan untuk pria mungil yg sedang makan itu, Guanlin sudah biasa menyuruh Jihoon saat dirinya sedang kacau atau pusing seperti saat ini. Mungkin Jihoon sebagai korban sedikit keberatan tapi Guanlin tidak mau memusingkan nya untuk itu.

"Dikira Gue babu lu apa ya. . Oke, 30 menit trolli sampah dateng" jawab Jihoon dengan ogah-ogahan karena tidak bisa menolak, Guanlin tidak harus memberitahu dimana letak keberadaannya dimana untuk Jihoon karena dasarnya pria mungil itu sudah mengetahui satu-satu nya bascame Guanlin yang selalu mereka berdua singgahi.

Sangat tumben karena telepon berlangsung tanpa ada sedikitpun pertengkaran, Guanlin memutuskan sambungan telepon nya dengan bibir yang tertarik berbentuk senyuman. Namun senyuman itu langsung sedikit memudar ketika ada pesan sms masuk dari kekasih nya.

- sayang siang ini kita jalan yaaa! Ada tas baru yang mau aku beli -

Guanlin tidak membalas nya. dia akan membiarkan nya saja dulu, kepala nya kembali berdenyut ketika memikirkan tugas-tugas yang sangat bejibun disekolah dan di tambah lagi dengan adanya Sakura yang selalu menyita waktu luang nya.

Guanlin nyaris saja gila ketika mengigat betapa banyak nya tugas yang belum dia selesaikan sebagai pelajar normal, Guanlin tidak terlalu memiliki banyak waktu luang karena dia sangat aktif di sekolah. Basket gak cuma basket bos, dia harus minta ini itu dulu sama panitia juga pelatih jika tim nya hendak mengadakan kompetisi antar sekolah maupun diluar sekolah. Belum tugas dari mata pelajaran lain, mending cuma 1 sampai 2 doang tugasnya! Lah ini. Hampir disetiap pelajaran para guru memberikan siswanya tugas.

Masih beruntung bagi Guanlin yang memiliki keluarga harmonis dan selalu menyemangati nya hingga dia pantang menyerah, ayah yang selalu mendukung disetiap langkahnya dan bunda yang selalu memberikan Guanlin kasih sayang hingga Guanlin merasa jadi manusia yang paling beruntung, Guanlin memiliki kakak laki-laki yang usianyan 5 tahun lebih tua. Daniel,  si gesrek yang gak pernah akur kalau udah ketemu sama Jihoon.

Memikirkan Jihoon membuat Guanlin tenang, Jihoon itu adalah sahabat sekligus musuh terberat buat Guanlin. Guanlin sudah berteman dengan jihoon sejak lama, bahkan mereka sekolah di tempat yang sama dari mulai SMP hingga sekarang. Aneh nya mereka selalu berada di kelas yang sama meskipun masing-masing dari mereka memilih Eskul yang berbeda. Guanlin pikir dirinya tidak bisa lepas dari Jihoon, meskipun memiliki sifat yang sangat kekanakan entah kenapa itu malah membuat Guanlin nyaman bertahan didekatnya. Mereka selalu bertengkar itu sudah tidak usah di ragukan, namun Guanlin sadar Jihoon adalah pengisi dari segala kekurangan nya.

KODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang