Unexpected

2.3K 160 3
                                    

Bara menepikan Range Rover hitam yang dikemudikannya tepat di depan pintu gerbang rumah Gia. Berkali-kali dia menghembuskan napas kasar dan tangannya menggenggam erat stir mobil. Raut wajahnya tampak kesal dengan tatapan mata tajam ke depan juga alis yang berkerut. Dia sungguh tidak habis pikir bagaimana Adnan bisa-bisanya menjemput Gia di kebun binatang?

Tapi Bara sadar akan kesalahannya dan membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Meski Gia adalah tunangannya. Tunangan? Sekali lagi Bara berpikir keras, apa benar dia sungguh menganggap Gia adalah tunangannya? Namun, melihat Gia berlari memeluk Adnan membuat emosi Bara naik pitam tanpa bisa dikendalikannya. Apa dirinya cemburu?

Bara menggeleng keras kepalanya. Tidak mungkin dia cemburu! Tidak! Dia hanya tidak suka melihat Gia sangat bergantung pada Adnan. Bara mencoba untuk membuat sebuah alasan penuh logika kenapa dirinya tidak suka ketergantungan Gia pada Adnan. Dan dirinya berpikir, alasan penuh logika itu adalah Gia tunangannya dan Gia sedang berusaha untuk bisa membuatnya jatuh cinta! Lantas bagaimana bisa Gia membuatnya jatuh cinta jika dirinya sangat tergantung pada Adnan?

Seharusnya Gia hanya melihat dirinya sebagai tunangannya! Seharusnya Gia bergantung padanya sebagai calon suaminya! Meski dirinya memiliki kekasih, meski dirinya belum jatuh cinta pada Gia atau sebenarnya dirinya sudah jatuh cinta pada Gia?

Oke Bar, mau lo apa sih?

Cukup lama Bara berkutat pada pikiran-pikirannya dan berusaha untuk menenangkan emosinya hingga sebuah sinar terang menyilaukan membuatnya terhenyak. Tangan kanannya menutupi sebagian wajahnya dengan menyipitkan matanya. Sebuah Honda CRV putih berhenti tepat di depannya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Bara mengetahui bahwa pemilik Honda CRV putih tersebut adalah Adnan lalu dia melihat dengan jelas Gia berada di bangku penumpang. Mereka terlihat berbicara sebentar sebelum akhirnya keluar dari mobil.

Adnan dan Gia tak menyadari keberadaan Bara. Mereka tampak akrab bercengkrama di depan pintu gerbang rumah Gia.

"Adnan, mau masuk dulu enggak?" Gia membuka pintu gerbang hendak mempersilahkan Adnan masuk.

"Enggak usah deh Gi, udah malam."

"Ih, Adnan! Enggak apa-apa yuk masuk dulu?"

"Enggak usah Gi, lagian nanti apa kata nyokap lo kalau dia lihat lo pulang bareng gue bukan sama Bara?"

"Eh?" Gia agak terkejut. "Bener juga ya? Duh, Gia harus bikin alasan apa ya? Soalnya Gia pulang enggak sama Bara?" kedua telunjuknya pun saling beradu.

"Enggak usah cari alasan, gue ada di sini."

Seketika Adnan dan Gia menoleh dan betapa terkejutnya mereka melihat Bara ada di antara mereka. Namun, keterkejutan mereka berbeda makna, jika Gia terkejut saking senangnya, lain lagi dengan Adnan yang terkejut tidak habis pikir, bagaimana bisa Bara masih berani menemui Gia setelah dia meninggalkannya sendirian di kebun binatang?

Adnan mendengus, membuat Bara melirik tajam kepadanya.

"Bara? Kok Bara ada di sini?" Gia senang bukan main melihat pujaan hatinya.

"Enggak boleh gue di sini?" Bara mendelik.

"Eh bukan, bukan gitu." Gia jadi salah tingkah.

"Lo kok bisa pulang sama dia sih? Kan sudah gue bilang tunggu aja di kebun binatang, nanti gue jemput!" omel Bara.

"Ma-maaf." Gia menunduk takut.

"Astaga Gia? Kenapa jadi lo yang minta maaf sih? Jelas-jelas si Barongsai ini yang salah!" Adnan mendumel kesal.

"Apa lo bilang!?"

"Gue tahu lo dengar dengan jelas perkataan gue!"

"LO!!!"

THE UGLY BRIDE [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang