Keputusan

2.3K 155 2
                                    

Adira membuka pintu gerbang rumah Gia dan memasukinya. Headset terpasang di kedua telinganya. Kepalanya pun bergoyang mengikuti irama. Dia sedang mendengarkan lagu That's Not My Name yang dipopulerkan oleh The Ting Tings.

Rekomendasi banget nih lagu! Serius deh!

Langkahnya terhenti ketika melihat si Bibik sedang menyapu halaman. Lalu dia mencopot headset-nya. "Bik! Gia ada di rumah kan?"

"Eh non Dira," Si Bibik menghentikan aktivitasnya. "Iya, non Gia ada di rumah. Dia kayaknya masih tidur."

"Masih tidur?" Dahi Adira berkerut. "Bukannya nanti siang Gia ada kuliah ya Bik? Kok dia belum bangun?"

"Enggak tahu non, susah banget dibangunin! Tadi Bibik udah coba bangunin, tapi non Gia malah marah-marah." Si Bibik menghela napas. "Mending non Dira coba bangunin non Gia?"

"Yaudah deh Bik, Dira coba bangunin Gia ya?"

"Iya non, makasih ya non."

Dira mengangguk. Dia lalu permisi masuk ke dalam rumah Gia. Dengan cepat langkah kakinya langsung menuju kamar Gia di lantai dua.

Benar saja! Gia ternyata masih terlelap di atas tempat tidurnya. Dira mendekati sahabatnya itu. Dia kemudian tertawa geli melihat Gia yang tertidur pulas dengan posisi telentang, kedua kaki dan tangannya terbuka lebar. Namun, apa yang membuatnya ingin tertawa adalah wajah Gia yang sangat polos dengan mulut menganga.

Karena gemas, Adira mengambil ponsel Gia lalu memotretnya kemudian dia mengirim hasil fotonya itu kepada Bara melalu pesan Whatssap di ponsel Gia dengan isi pesannya "Selamat pagi tunangan."

Belum selesai rasa gemasnya, Dira dengan iseng mengambil satu bulu kemoceng, lalu dia membelai lubang hidung Gia dengan bulu kemoceng itu. Gia yang masih dalam tidurnya refleks menggoyangkan hidungnya, lalu perlahan mulutnya semakin menganga.

Haaatttccchhhiiiiiiiiii!!!!!!!!

"Hahahahaha." Tawa Dira berderai-derai.

"Dira ih!" Gia menggosok-gosokkan hidungnya. Mulutnya mengerucut. "Iseng banget sih! Gatel tau hidung Gia!"

Dira masih tertawa. "Lagian gue gemes liat lo tidur! Jadi pengen isengin!"

Gia merungut. Dia kembali tiduran memeluk guling.

"Gia! Bangun!" Dira menarik tangan Gia hingga Gia terpaksa duduk. "Lo kemarin ke mana? Katanya mau main ke rumah?"

Gia melirik Dira lalu menyengir. "Kemarin Gia diculik Bara."

"Di culik Bara?" Gia mengangguk. "Jangan alesan! Gak mungkin lo diculik sama Bara! Lagian sejak kapan si Bara mau nyulik lo?"

"Ih beneran!" Gia kembali mengerucutkan bibirnya. "Kemarin pas Gia mau ke rumah Dira, tau-tau Bara udah di depan rumah Gia. Terus dia nyulik Gia deh."

Dira memicingkan matanya. "Lo diculik ke mana sama Bara?"

Gia menyengir lebar-lebar hingga memperlihatkan kawat giginya. "Ke pasar malam."

Adira mengkerutkan dahinya pertanda dia berpikir keras. Setelah Clarissa mengajak Gia jalan, sekarang Bara mengajak Gia jalan? Dia mulai memikirkan yang tidak-tidak. Apa mungkin dua sejoli itu sedang mengerjai Gia? Enggak! Bara emang brengsek karena enggak pernah peduli sama perasaan Gia, tapi setahu Adira, Bara enggak akan pernah mengerjai orang. Bagaimana dengan Clarissa? Ini yang dia patut curigai!

∆ ∆ ∆

"Lo abis dari mana?"

"Eh Adnan? Lo enggak kuliah?" Adnan menggeleng. "Itu gue abis dari rumah Gia."

THE UGLY BRIDE [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang