Senyum merekah tak pernah luput dari wajah Bara dari sejak dia meninggalkan kedai bubur bersama Gia.
Gia! Lebih tepatnya Asmara Bahagia, wanita yang membuat Bara tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan hingga kini dia sudah berada di kamarnya. Dengan bersenandung kecil, Bara menuju kamar mandi untuk membasuh diri.
Tak perlu dipertanyakan lagi apa yang membuat Bara seperti itu. Bukan hanya karena Gia tapi lebih dari itu, Bara berhasil meyakinkan Gia untuk tidak membatalkan pertunangan mereka dan Bara tak menutupi betapa senangnya melihat Gia mendengarkannya.
Awalnya Bara pikir Gia tak akan berubah pikiran karena pengaruh dari Adnan. Ya, Adnan! Sepertinya laki-laki itu cukup membuat Bara ketakutan. Bukan karena takut kepada orangnya tapi lebih karena Bara membayangkan Adnan akan mengambil apa yang menjadi miliknya, Gia!
Kini Bara tak perlu risau, karena setelah dia meyakinkan Gia di kedai bubur pagi ini, dia yakin Gia akan tetap melanjutkan pertunangannya. Malah sepertinya Bara ingin segera menikahi Gia, mengingat Adnan masih saja memperjuangkan cintanya kepada Gia.
Tapi Bara tak mau terburu-buru, masih ada seminggu lagi sampai kedua keluarga mereka memutuskan tanggal pernikahan. Bara memilih bersabar. Dia juga berencana untuk bersikap lebih baik kepada Gia. Tapi bagaimana pun sikap Bara ke Gia, toh, Gia tetap saja mencintainya kan?
Terdengar nyanyian dari dalam kamar mandi, tampaknya Bara menikmati kebahagiaannya. Setelah yakin memutuskan Clarissa dan memperjelas status pertunangannya dengan Gia, Bara rasa sudah tak ada lagi masalah kecuali Adnan, tentunya.
Namun, apa yang dirasa Bara tak sesuai dengan rencana semesta. Dan Bara harus mengalami dilemma, sekali lagi, menguji rasa cintanya kepada Gia yang baru saja disadarinya.
Bara baru saja selesai berpakaian ketika ada seseorang membuka pintu kamarnya.
“Bang, ada temennya tuh!” Aira memasuki kamar Bara dengan santai.
“Siapa?” tanya Bara mengernyitkan dahi.
Aira mengendikkan bahu. “Dia nunggu di luar pagar, udah Aira suruh masuk tapi enggak mau, trus Aira suruh tunggu di teras juga dia enggak mau.”
Bara semakin mengernyitkan dahinya. “Lo enggak tanya namannya?”
Aira menggeleng. “Tampangnya aja jutek dan galak gitu, takut Aira.” Dia begidik lalu menatap Bara curiga. “Abang enggak temenan sama preman kan?”
Bara langsung melotot. “Gila aja gue temenan sama preman? Yaudah sana! Nanti gue samperin dia.”
Aira memutar bola matanya malas lalu keluar dari kamar Bara. Sedangkan Bara terdiam sejenak, siapa gerangan yang ingin menemuinya sampai-sampai datang ke rumah?
Karena selama ini Bara tak pernah mengajak teman-teman kuliahnya, baik Alan, Sam atau Edgar untuk berkunjung ke rumahnya. Apa mungkin Adnan? Pikirnya, namun dengan cepat dia menggeleng. Aira bilang tadi wajahnya jutek dan galak sedangkan wajah Adnan?
Ah, membayangkan wajah Adnan membuat Bara jadi emosi.
Entahlah, mungkin karena apapun yang berhubungan dengan Adnan pasti berhubungan dengan tunangannya, Gia.
Bara bergegas keluar dari kamarnya, tak mau memikirkan atau mengira-ngira siapa temannya itu, lebih baik Bara langsung menemuinya.
“Alan?” Bara tampak terkejut melihat teman kampusnya itu sedang bersandar di luar pagar rumahnya. Bagaimana Alan bisa tahu rumahnya?
Ya! Alan tentu saja mencari tahu di mana rumah Bara setelah apa yang terjadi dengan Clarissa. Memangnya ada apa?
Alan membuang rokok yang tinggal sedikit lagi habis. Dia menoleh ke arah Bara tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UGLY BRIDE [SUDAH DITERBITKAN]
RomanceTELAH DITERBITKAN! SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS ==================== Asmara Bahagia, akrab dipanggil Gia. Cewek gemuk, pake behel, manja, cengeng dengan sikap dan tingkah seperti anak kecil. Baginya, Bara adalah cinta hidup matinya. Kumbara Pancakawi...