CHAPTER 17: The Pieces of Two (Part I)

831 102 48
                                    

Note:

(AR)

This story is a fiction that i wrote based on their photos and some of the interviews they had throughout the production of Harry Potter (and definitely with my imagination). Emma and Tom have their own lives, of course.

Don't forget to vote and comment anyway! xx

o-o


Ini tentang rahasia yang bersembunyi di balik kenangan

Tentang apa saja yang pernah terjadi di antara sepasang hati

Tentang awal dari sebuah rasa

Tentang akhir dari sebuah kebohongan

o-o

We were childhood sweethearts..


January, 2001

Leavesden Film Studio, London

Anak-anak di sekitar tampak berbisik-bisik melirik Tom ketika dia memasuki aula dengan jubah slytherinnya. Dia kemudian menghampiri Dan dan Rupert yang sedang duduk di meja Gryffindor. Matanya tampak mencari-cari seseorang dan beberapa saat kemudian dia menyadari bahwa mereka memang sedang berdua. "Hey, Dan!"

"Hi, Tom."

"Kemana Emma?"

Mereka berdua melirik satu sama lain, mengangkat bahu.

"Kenapa mereka berisik sekali?" tanya Tom lagi, merujuk pada sekumpulan anak yang masih menatapnya heran di pintu depan.

"Kau tidak tahu, Tom?" Sontak Rupert. Tom menggeleng.

"Bagaimana? Kita beritahu jangan?" Dia mendorong-dorong Dan, sementara Dan hanya mengangkat bahu.

"Ada apa, sih?"

"Err, mereka tahu Emma menyukaimu." Bisik Rupert.

"Apa?"

"Mereka tahu bahwa Emma suka padamu dan kau menolaknya."

"Dia malu sekali dan tak berani kesini sebelum adegan dimulai." Tambah Dan.

"Kenapa mereka bisa tahu?"

Dan dan Rupert sama-sama mengangkat bahu.

"Kau tahu berita seperti itu cepat tersebar. Mungkin ada yang tidak sengaja mendengarnya." Kata Rupes akhirnya.

"Tapi—tapi aku kan tidak sengaja mengatakannya."

"Tapi kenyataannya kau sudah mengatakannya."

Tom menunduk. Ini salahnya, pikirnya. Dia tak seharusnya bilang begitu. Dia harus minta maaf. Tetapi ketika mereka sudah berkumpul untuk shooting, Tom malah tak sempat mengatakan apapun. Dia tak berani lagi membahas tentang cinta-cintaan, dan karena itu bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan anak belasan tahun, maka Tom melupakannya.

 Dia tak berani lagi membahas tentang cinta-cintaan, dan karena itu bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan anak belasan tahun, maka Tom melupakannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Time Turner: First Love Never Die [Feltson]Where stories live. Discover now