Gerombolan murid tingkat tujuh Gryffindor dan Slytherin itu berbaris keluar dari kelas ramuan. Emma bergabung bersama teman-teman Gryffindornya, mendengarkan mereka berbisik-bisik soal tugas essai yang baru saja diperintahkan Alan Rickman, tentang kapan atau dimana pasnya mengerjakan tugas itu bersama-sama. Matanya mencari-cari Tom yang berbaris di belakangnya, dan dia segera melepaskan diri dari kerumunan itu ketika berhasil menemukannya.
"Tom!" Panggil Emma, nyaris berbisik. Tom menoleh, meninggalkan Dan yang sedang cekikikan dengan teman Slytherinnya. Entah apa yang sedang dibicarakan, tapi selang beberapa detik kemudian ia menyadari Tom yang menghilang dari kerumunan.
"Tom, kau mau kemana?" Tom lagi-lagi menoleh, "aku ada urusan sebentar," ia mengedikan kepalanya pada Emma. Dan memberi tanda oke dengan tangannya seraya berkata, "jangan lupa nanti malam!" Tom hanya membalas oke dengan tangannya, membiarkan Dan segera berlalu bersama gerombolan Slytherin, memasuki ruang rekreasi mereka.
"What's up, Em?" Tom mengangkat alisnya pada Emma yang sudah berada di depannya.
"Don't what me." Emma menggeleng-geleng, melipat tangannya di dada. "What is that, Tom?"
"Apa?"
"Ramuan Penajam-Otak? Bulu jobberknoll? Seriously, Tom?"
"Oh, itu.." Tom berpura-pura memasang wajah serius. Menyipitkan matanya, sementara Emma terlihat sekali menunggu jawaban.
"Itu, hmm. Rahasia." Tom malah tersenyum menyeringai, berbalik meninggalkan Emma. Emma mengerucutkan bibirnya, "Malfoy! I asking you!" Ia segera menyusul Tom dan menepuk bahunya dengan buku ramuannya. "Seriously, Tom? Kau tidak ingin mengatakannya padaku?" Wajahnya sudah cemberut sekarang, dan Tom malah tertawa.
"Kau lucu kalau cemberut begitu."
"Baiklah, baiklah. Tidak usah cerita. Kau mengalihkan pembicaraan." Emma mengibas-ibaskan tangan kanannya dengan gaya Hermione yang khas.
"Aku serius, Emma. Kau yang terbaik dalam hal meliuk-liukan wajah." Tom menirukan gaya liukan dengan tangannya, dan Emma hanya membalasnya ketus, "thank you, Mr Malfoy."
Tom menyeringai, "oh yeah, anytime, Miss Granger."
Emma yang berjalan lebih dulu seakan sudah tak kuat lagi antara sebal atau ingin menahan tawa, lalu melemparkan buku ramuan yang didekapnya ke wajah Tom. Dan tawanya meledak kali ini. Buku itu benar-benar tepat mengenai wajah Tom, menghentikan lelaki itu sebelum ia berkata sesuatu lagi pada Emma. Beberapa murid Slytherin yang keluar masuk asrama terlihat kaget melihat ketua murid mereka bertingkah seperti anak kecil. Tawa Emma yang khas terdengar memenuhi koridor bawah tanah.
"Sori, Tom." Ia bersusah payah menahan tawa, dan Tom, terlihat sekali berusaha menyembunyikan malunya. Mereka berlarian meninggalkan koridor dan tertawa terus sepanjang jalan. Koridor bawah tanah yang jadi saksi bisu ketika mereka pertama kali jatuh ke dunia sihir.
Napas Emma terengah-engah sekali ketika mereka sampai di halaman sekolah, begitupun dengan Tom. Tom lalu menyodorkan buku ramuan yang tadi tepat mengenai wajahnya dengan tampang masam, dan Emma segera mengambilnya. Melihat hidung Tom yang merah, Emma lagi-lagi tak bisa menahan tawanya.
"Tertawalah hingga puas, Granger." Dia secara tak sadar merangkul bahu Emma, menggandengnya menuju halaman yang lebih luas. Emma, entah dengan sihir apa berhenti tertawa. Ia terkejut. Ini pertama kalinya lagi tangan Tom menyangga di pundaknya, merangkulnya setelah sekian lama.
"Kita mau kemana?" tanya Emma.
"Aku penasaran dengan pondok Hagrid. Kau mau kesana?" Tom menunjuk sebuah pondok yang terlihat sangat kecil dari kejauhan. Emma hanya mengangguk-angguk riang.
YOU ARE READING
Time Turner: First Love Never Die [Feltson]
Fanfic"Coba saja hidup seperti ini! Bahkan kekasih sempurna saja sulit menghapuskan fakta bahwa cinta pertama tidak pernah mati." -Draco atau Emma? "Ketika jiwa itu hidup dalam dirimu, ketika itu pula aku sadar, bahwa waktu telah hidup dibalik waktu." -To...