CHAPTER 22: The Tea Has Spilled

1.3K 90 32
                                    

Keesokan harinya Tom lebih berhati-hati lagi mengawasi Aleria—dan kali ini Dan juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan harinya Tom lebih berhati-hati lagi mengawasi Aleria—dan kali ini Dan juga. Contohnya seperti di kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam saat ini, karena Slytherin mengambil kelas bersama Ravenclaw, Tom tak henti-hentinya mengacuhkan Aleria, mengawasi setiap gerak-geriknya dari balik meja. Meski tak ada yang begitu mencurigakan, Tom tak menyerah, sampai-sampai Dan yang duduk di sebelahnya menyadari gelagatnya. Tapi tampaknya laki-laki itu tak curiga sedikitpun pada Tom karena dia kemudian kembali fokus dengan pelajaran, mendengarkan professor di depan menerangkan tentang kutukan-kutukan yang tak bisa disembuhkan meski oleh penyihir berilmu tinggi sekalipun. Setelah selesai kelas, Tom segera akan bergegas pergi dari kelasnya untuk mengawasi lagi Aleria lewat peta perompak, tetapi Dan tiba-tiba mencegahnya dengan pertanyaan, "hey, Tom, setelah makan siang ini kau akan ikut latihan Quidditch tidak?" tanyanya sambil memasukan beberapa buku ke dalam tas.

"Sepertinya tidak, ada beberapa hal yang harus kukerjakan." Jawabnya dengan buru-buru memasukan juga bukunya ke dalam tas. Tetapi tampaknya Dan tidak begitu puas mendengar jawabannya, wajahnya jadi berubah masam.

"Sebenarnya apa sih yang kau kerjakan? Kau tahu akhir-akhir ini kau jadi tidak peduli dengan tim. Bukankah biasanya hal-hal yang harus kau kerjakan itu Quidditch?"

Tom menghela napasnya, "ini penting, masalah ketua murid, prefek, dll. Kau pikir aku akan menghabiskan seluruh hidupku untuk Quidditch?"

"Tapi kau seharusnya tahu ketika memutuskan untuk bergabung dengan tim, kau harus bertanggungjawab terhadap posisimu sebagai seeker!" Dan membanting tasnya di meja, berdiri. Sebagian murid yang masih tinggal di kelas ikut kaget dan mengalihkan pandangan mereka pada dua orang laki-laki yang sedang beradu mulut itu. Tom tampaknya juga kaget, tapi itu tak membuat dirinya takut dan malah semakin menyulut emosinya.

"Aku tahu! Kalau kau tak mau menggantikanku satu pertandingan saja, baik, tidak usah. Aku berhenti sekarang juga!" Serunya lalu menyeret tasnya keluar dan membanting pintu. Meninggalkan Dan.

"Kenapa, sih? Aku hanya penasaran kenapa dia tampak seperti begitu sibuk padahal sebenarnya tidak?" Gerutu Dan di belakangnya.

Sementara itu Tom terus berjalan cepat di sepanjang koridor. Jantungnya terasa berdegup cepat menderu-deru. Dia tak menyangka harus diceramahi Dan seperti ini saat dia sedang berjuang untuk mengeluarkan dirinya dari sana. Tanpa berpikir panjang, Tom pun memutuskan pergi ke perpustakaan. Kebetulan letaknya pun tidak begitu jauh dari ruang kelas tadi. Dia berencana mengawasi Aleria dari sana, dan mencari beberapa buku perihal animagus untuk membantu pencariannya. Maka setelah sampai di perpustakaan, Tom mengambil tempat duduk di pojok yang sedikit gelap dan jauh dari orang-orang. Dia mengeluarkan peta perompaknya dengan sangat hati-hati, menggumamkan kata kunci dan mengarahkan tongkatnya untuk mencari Aleria. Tetapi gadis itu tak ditemukan dimanapun. Sial, batinnya. Satu-satunya yang Tom pikirkan gadis itu mungkin pergi lagi ke Ruang Kebutuhan untuk melakukan eksperimen anehnya—yang mungkin saja memiliki kaitan dengan keberadaannya dan Emma disini. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Time Turner: First Love Never Die [Feltson]Where stories live. Discover now