CHAPTER 4: Florist and Call For a Sudden?

2.3K 282 47
                                    


Maafin baru bisa update dan ingkar janji karena kemarin tiba-tiba ada kendala sama uts dan tugas yang numpuk:(  -Happy reading yaaw, enjoy!! love

^0^

London, 13 April 2016

Setelah hampir seminggu lalu menghadiri premiere di Los Angeles, Tom benar-benar menghabiskan waktu senggangnya di London. Lebih tepatnya di rumah kakaknya, Chris. Baru kali ini lagi ia merasa benar-benar bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya. Karena jujur saja semenjak Jade berada di sisinya, perhatian Tom hampir sepenuhnya teralih pada wanita itu. Tentu saja, karena bagi Tom, siapapun yang memiliki kekasih tentu harus selalu memperhatikan satu sama lain dan sekalipun ia pulang ke Inggris untuk bertemu dengan keluarganya, terkadang kehadiran Jade membuatnya tidak nyaman. Jadi, mulai sekarang saat-saat senggang seperti ini akan selalu ia manfaatkan sebaik mungkin.

Tom saat ini hanya bersantai di taman depan rumah Chris, ditemani segelas susu chocolate buatan ibunya. Ia seharusnya ditemani keponakannya sekarang, tapi Michelle, gadis kecil itu tertidur di pangkuan Tom ketika ia membacakan buku cerita untuknya dan Chris dengan terpaksa harus memindahkan putrinya ke kamar. Jadilah ia sendiri di luar, sementara yang lain sedang bersantai di dalam rumah. Tom sebenarnya cukup mengantuk. Semilir angin yang sejuk membuatnya beberapa kali menguap sejak tadi. Semalam orangtuanya baru datang dari Surrey dan malam itu juga mereka mengobrol tiada hentinya sampai pukul 3 shubuh tadi. Tetapi ia sama sekali tidak menyalahkan mereka, bahkan Tom akan selalu merindukan saat-saat bersama keluarganya. Hanya saja suasana di kompleks Ecorages Avenue benar-benar tenang dan membuatnya harus mengakui bahwa kompleks perumahan ini memang yang terbaik. Sebenarnya rumah Chris tidaklah sangat besar, tetapi isinya cukup besar untuk menampung tujuh anggota keluarga. Berbagai ruang benar-benar dibangun dengan pas dan nyaman. Melihatnya, Tom pasti akan teringat dengan rumah paman dan bibi Harry Potter di Privet Drive, hanya saja rumah ini lebih besar dan dicat dengan nuansa putih.

Tom menyesap susu cocholate yang ada di meja taman di depannya. Sesekali memandangi handphonenya yang terasa sepi. Ia beberapa kali melihat kalender di handphone, seolah memastikan bahwa dua hari lagi adalah tanggal 15 dan itu berarti semakin dekat dengan ulang tahun Emma. Sejak terakhir kali melihat Emma di hotel, Tom tidak henti-hentinya merasa bersalah. Dan bahkan tidak hanya itu. Ia merasa bersalah atas sikapnya yang tiba-tiba kejam pada semua orang. Entah kenapa Tom merasa tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Setiap kali ada sesuatu yang berhubungan dengan Emma, saat itu juga ia merasa ada sesuatu yang tiba-tiba merasuki dirinya. Ia merasa benci, kesal dan hanya ingin marah. Padahal Tom sudah yakin pada dirinya sendiri bahwa dia tidak membenci Emma dan sampai kapanpun tidak akan pernah membencinya. Bahkan jika di antara mereka harus ada yang dibenci, Tom yakin betul ia lah yang harus Emma benci. Bukan sebaliknya. Tetapi sikapnya entah kenapa seolah berbanding terbalik dengan itu semua. Seringkali Tom berpikir, apakah pantas untuk seseorang yang sudah dewasa sepertinya masih tidak bisa mengerti diri sendiri?

Meski ulang tahun Emma masih tersisa dua hari lagi, ia merasa perlu untuk menyiapkan kata-kata dari sekarang. Dan meski Emma sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi di Beverly Wilshire, Tom berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan apapun yang ia bisa demi menebus kesalahannya. Kesalahan atas sikapnya yang kekanakan, dan kesalahannya sebagai teman yang bahkan tidak pantas untuk dianggap teman.

Ia sedang mengetik beberapa kalimat pesan ketika matanya tiba-tiba menangkap sosok wanita bertudung dengan jubah merah maroon selutut yang dikenakannya. Tom melihatnya dari lubang-lubang semak yang sengaja Chris tata agar menambah kesan hijau halaman rumahnya. Dari kejauhan, ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah di balik penutup kepalanya, karena secara teknis, kacamatanya ia tinggal di kamar. Namun Tom yakin betul apa yang dilihatnya adalah manusia sungguhan, meski Tom tetap terheran-heran, kenapa wanita itu mengenakan jubah di cuaca cerah seperti ini? Sedingin itukah suhu hari ini?

Time Turner: First Love Never Die [Feltson]Where stories live. Discover now