20 [Kabur]

1.6K 211 18
                                    

Aglaia berjalan tanpa halangan setelah keluar dari wilayah Dark Mountain, saat ini tujuan nya adalah kembali ke rumah lama nya dulu bersama ke lima keluarga nya. Namun beda nya kali ini ia akan tinggal seorang diri di karenakan saudara nya lebih memilih untuk bertaruh nyawa melindungi pangeran.

Tentu saja Aglaia kesal, bagaimana tidak, mereka lebih memilih orang lain dari pada saudara nya sendiri. Dan hal itu pula yang mampu membuat Aglaia geram dan mendumel disepanjang perjalanan.

Jika di pikir-pikir pangeran Shinra itu menurut nya manja dan sok polos di hadapan saudara nya, karena itu ia membenci sang Pangeran, apalagi setelah sahabat kurcaci nya sendiri  juga memilih mati untuk turut bertarung melawan pasukan kurcaci.

Aglaia kini sendiri, tak tau apa rencana ke depan nya yang akan ia lakukan nanti, yang penting kali ini ia harus segera menjauh dari Dark mountain. Sisi waras nya telah hilang beberapa saat yang lalu setelah ia memutuskan ikatan dengan ke lima saudara nya.

"Hai, akhirnya aku bertemu dengan mu." Aglaia terperanjat kaget saat telinga nya mendengar seseorang yang memanggil nya.

Reflek ia pun menoleh dan mendapati Ellea yang sedang berdiri sambil tersenyum manis di depan nya, Aglaia memincingkan sebelah mata nya, sedikit tak percaya saat Ellea-si pemimpin pasukan Elder bertingkah manis di hadapan nya.

"Sedang apa kau di sini? Kau mengikuti ku?" Aglaia langsung mencecar berbagai pertanyaan pada Ellea.

Ellea lekas mengangguk semangat, "Yups, kau betul, aku mengikuti mu bahkan aku tau peperangan yang terjadi di dekat Dark Mountain sebelum nya, dan asal kau tau kalau aku juga mengikuti mu masuk Dark Mountain bersama saudara mu yang lain nya, aku juga tau bahwa kau bertengkar hebat dengan mereka karena pangeran." Sahut Ellea yang membuat Aglaia menganga tak percaya. Tentu saja ia bersikap bingung di karena kan ini seperti bukan Ellea, yang Aglaia tau Ellea itu sifat nya keras dan hampir tak pernah bersikap manis serta feminim ataupun berbicara halus pada lawan bicara nya, bisa di katakan satu per seratus persen Ellea bersikap seperti saat ini.

"Jangan berpura-pura manis aku tak akan terkecoh dengan trik sialan mu!" Aglaia menyahut ketus sambil bersedekap dada.

Ellea mengerucutkan bibir nya kesal, bagaimana tidak, sudah berusaha ia bersikap seperti itu Aglaia malah tidak menyukai nya. Ya, tanpa Aglaia ketahui bahwa Ellea adik dari Taria sangat mencintainya. Bertahun-tahun Ellea memendam perasaan itu hingga akhirnya ia memilih untuk memperjuangkan nya dengan melepas tugas memimpin pasukan dengan dalih mencari crystal heart sambil mengikuti Aglaia. Hitung-hitung menyelam sambil minum air begitu pikir Ellea. Tidak banyak orang yang tau bahwa Ellea itu tidak sejahat yang orang lain kira. Ellea itu hanya berambisi mengejar target nya sebagai seorang Elf yang memiliki jabatan tinggi di samping Raja Legolas.

Karena ambisi berlebihan itu ia di cap jelek oleh kakak nya beserta elf lainnya hingga tak jarang ia di benci oleh sesama nya.

Namun kali ini ia benar-benar bahagia, bagaimana tidak saat Aglaia memutuskan pergi dari Dark Mountain dan hal itu sebuah keuntungan tersendiri bagi Ellea karena ia bisa dengan mudah membujuk Aglaia untuk mengikuti rencana nya.

Ellea lekas menarik tangan Aglaia, Aglaia yang tak siap pun langsung jatuh begitu saja ke pelukan hangat Ellea. Ellea memejamkan mata nya menikmati pelukan pertama nya dengan orang yang dicintainya, hari ini merupakan hari bersejarah bagi Ellea.

"Tidak kah kau mendengar itu? Detak jantung ku? Aku yakin kau bisa mengartikan semua ini Aglaia, aku tau kau tidak bodoh." Ellea berujar lembut.

Aglaia hanya bisa mengerutkan kening nya, mendapat perlakuan spesial dari pemimpin pasukan Elder membuat nya bertanya-tanya. Berbagai hipotesis berkeliaran di otak kecil nya. Namun satu hal yang pasti dan Aglaia sangat meyakini hal ini. Ellea mencintai nya? Begitu pikir nya.

"Ka-u mencintai ku?" Aglaia berucap sedikit terbata-bata sembari melepaskan pelukan yang sebelum nya menjerat tubuh nya.

Ellea lekas mengangguk, "aku mencintai mu, aku rela melalukan hal apapun untuk mu, aku tau kau membenci pangeran itu, jadi mari kita tuntaskan dia secara bersama-sama." ajak Ellea.

Aglaia terdiam, memikirkan ajakan Ellea pada nya. Entah setan apa yang merasuki sisi waras nya hingga pemuda elf itu dengan cepat menyetujui ajakan Ellea.

"Kalau begitu mari bersenang-senang bersama sebelum menuntaskan pangeran. "Ellea menarik lengan Aglaia hingga sejajar lah Yoongi dengan langkah panjang Ellea.

****

"Ku bilang juga apa, ellea pasti berhasil. Dia gadis licik, mudah saja bagi dia menarik perhatian Aglaia. Aku tidak benar-benar menyangka kalau Ellea juga pandai berakting. "Ucap laki-laki yang sedari tadi menguping pembicaraan Aglaia dan Ellea di balik semak-semak yang ada disana.

"Bahkan si ketus dari keluarga pembelot itu luluh juga dengan rayuan seorang wanita."Satu nya lagi terkikik geli sambil menahan perut nya yang tak tahan lagi bergejolak menahan tawa.

"Ah kau ini, kebetulan saja Ellea itu cantik, jadi gampang saja bagi nya mendapatkan perhatian Aglaia. " sangkal satu nya.

"Ah sudah berhentilah berdebat. Kita harus segera menuju ke Markas untuk menyusun rencana selanjutnya. "

****

"Jadi?"

"Crystal heart sangat mengancam kelangsungan hidup yang sudah berjalan di Middle earth,akan terjadi banyak peperangan setelah ini, salah satu cara adalah menghancurkan nya, jika kalian sudah siap maka kami akan memanggil teman kami lainnya. "Ungkap salah satu penyihir itu.

"Kami siap asalkan itu yang terbaik." sahut Adrian.

"Jika kalian ingin menghancurkan crystal heart, itu artinya hati itu harus di ambil dari tubuh pangeran. Dan pangeran mau tidak mau harus mati. Aku tidak setuju!" protes Medha yang sedari tadi mencoba mencermati arah pembicaraan para penyihir putih itu.

"Benarkah? Jadi pangeran harus mati? Apa tidak ada cara lain?" penyihir putih itu menggeleng cepat menanggapi ucapan Taria.

"Jika ada cara lain coba katakan? Sudah lama kami memikirkan ini. Memikirkan cara yang bisa membuat Crystal heart hancur tanpa membunuh pemilik nya." Terdengar jelas helaan nafas putus asa di ruangan sempit itu. Cukup sulit memang untuk memikirkan nasib sang pangeran.

Tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi pangeran mendengar pembicaraan mereka. Satu tetes air mata keluar dari pelupuk nya. Membasahai pipi putih nya yang sedikit kemerahan. "Jika akhirnya aku harus mati kenapa kalian harus mengorbankan diri kalian untuk ku hiks."

Pangeran sudah bulat tekad nya. Semua nya sia-sia. Impian dia hidup bahagia telah sirna. Ia telah divonis mati. Pangeran memilih kabur dari jendela kamar nya. Ia hanya tidak ingin kakak-kakak nya meregang nyawa lagi hanya untuk melindungi nya, melindungi nya yang sebentar lagi akan mati.

"Maafkan aku."

***

Crystal HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang