21 [Detik-detik]

1.5K 210 10
                                    

Lari

Pangeran semakin mempercepat langkah nya kala monster menyeramkan itu semakin mengikis jarak dengan nya. Pangeran tak pernah menyangka kalau Dark Mountain akan semenakutkan ini di malam hari, membuat nya mengingat dongeng yang di ceritakan ibu nya waktu ia kecil bahwa monster itu adanya di malam hari,bukan di siang hari. Pikiran awal nya Dark Mountain adalah pegunungan asri penuh dengan flaura dan fauna nya. Namun di malam hari Dark mountain berubah mencekam. Di mulai sejak pangeran yang melangkah sedikit demi sedikit menjauhi rumah para penyihir putih itu. Ia sudah merasa diikuti. Dan ternyata benar seekor ular besar dengan kulit yang hampir mengelupas di seluruh tubuh nya, dan jangan lupakan beberapa tubuh nya yang terkoyak dan menambah kesan menyeramkan disana.

Ingin pangeran menangis kencang saking takut nya, namun dia menahan nya. Seorang pria tidak boleh menangis, begitu pikir nya. Tak lama netra pangeran menangkap sebuah gubuk, dengan langkah cepat nan pasti pangeran memasuki nya tak peduli milik siapa rumah itu.
Pangeran bersembunyi dengan melipat kaki nya dan menyembunyikan wajah nya. Terlalu takut jika monster itu mengejar nya sampai gubuk. Pangeran tidak memiliki apa-apa untuk melawan bahkan ilmu bela diri sedikitpun, dia hanya bisa makan, minum, tidur, dan menyusahkan orang lain.

"Kakak tolong aku"gumam pangeran, berharap salah satu kakak nya bisa menolong nya. Walau pangeran tau pasti itu tidak akan mungkin terjadi.

*

Aglaia bersama anak buah Ellea tengah berbicara serius di ruangan milik raja Elder berada, mereka tengah menyusun rencana untuk mengambil hati pangeran, sedikit tak enak hati Aglaia disana, pasalnya diri nya kedapatan bagian untuk membujuk pangeran agar mau pergi dengan nya. Itu pasti sulit, di karenakan beberapa waktu yang lalu ia telah memutuskan hubungan dengan pangeran dan secara langsung menyakiti hati pangeran.

"Aku benar-benar tidak bisa, pangeran tidak akan mau percaya lagi dengan ku, sedikitpun ia tidak akan percaya. " Aglaia mencoba menolak dengan membuat yakin mereka agar tidak menggunakan nya membujuk pangeran.

"Pangeran hanyalah bocah polos, walau disakiti dia akan tetap percaya pada mu, tidak ingatkah bahwa pertama kali pangeran datang di rumah, kalian menolak dan menyakiti hati nya, namun tidak seperti dugaan, pangeran tetap mau percaya dan menyayangi kalian hingga sedikit demi sedikit kalian menerima nya." Ellea menyahut tenang dengan segala opini yang di lontarkan nya.

Aglaia terdiam, semua benar adanya  ia tidak bisa menyangkal nya sedikit pun. "Baiklah aku menerima nya. "Ucap nya di sertai helaan nafas yang terdengar berat. Tak ada opsi lain dimata Aglaia hingga ia diharuskan menerima tawaran Ellea.

"Baiklah, aku telah mengirim mata-mata di Dark mountain, dan dia mengirimkan surat kalau pangeran kabur dari rumah penyihir putih, dan ini kesempatan bagus untuk kita, tidak ada lagi orang yang akan menjaga pangeran. "Ellea berucap dengan serius. Rencana mereka hampir berhasil, tinggal sejengkal lagi untuk tercapai secara sempurna. Akankah mereka bisa tanpa halangan mengambil kristal yang ada di tubuh pangeran?.

***

Pagi telah datang, sinar mentari merangkak naik melewati celah-celah gubuk yang sedikit terbuka, menganggu tidur sang pangeran yang meringkuk ketakutan hingga tak sadar ia ketiduran. Pangeran mengucek mata nya, sedikit melenguh karena baru merasa bahwa badan nya sakit semua.

"Astaga aku ketiduran ternyata, untung saja hewan itu tidak datang sampai kesini." Ucap nya sambil mengelus dada.

BRAK

Detik kemudian pangeran tersentak kaget saat bunyi itu muncul di pendengaran nya. Ia segera bangkit hendak mengecek apa yang sebenarnya terjadi.

Baru satu langkah pintu gubuk sudah terbuka, menampilkan sosok elf berwajah pucat dengan tatapan dingin nya, siapa lagi kalau bukan Aglaia.

"Kakak?"

"Aku tau kau ada disini, jadi tidak usah kaget begitu." Sela Aglaia.

"Bagaimana bisa kakak tau aku ada disini?" tanya pangeran.

"Tidak usah banyak bicara. Sini aku
akan mengobati luka di punggung mu." Pangeran lekas mendekat memberikan tubuh belakang nya yang terluka karena saat berlari punggung nya tak sengaja tergores ranting pohon yang cukup runcing ujung nya.

Aglaia dengan telaten mengobati luka gores di tubuh pangeran dengan obat yang dibawa nya beberapa waktu yang lalu.

"Kau kembali?"

"Lebih tepat nya tidak. Aku kembali untuk menjemput mu, aku menyadari kesalahan ku karena itu aku meminta maaf pada mu. Mau kah kau ikut dengan ku? Kita pergi bersama-sama, aku janji akan membahagiakan mu." Pangeran termenung, sedikit terkejut dengan ucapan Aglaia barusan. Benarkah Aglaia telah berubah pikiran.

"Kalau begitu kita panggil yang lainnya, kita harus bersembunyi bersama-sama, aku tidak ingin kalian terluka lagi." Pangeran berucap sambil menggoyangkan lengan Aglaia.

"Baiklah kita berangkat, ayo!" mereka bangkit bersama-sama, sebuah kebahagiaan bagi pangeran setidaknya Aglaia telah berubah dan mau kembali ke saudara nya yang lain. Namun perasaan pangeran tak bisa di bohongi,ada rasa janggal di setiap langkah nya menuju ke rumah penyihir putih, apa lagi saat gendang telinga nya mendengar suara langkah kaki yang menurut nya terdiri dari beberapa orang yang mengikuti nya.
Berulang kali ia menoleh, mencoba memastikan apakah benar ada yang mengikuti nya.

"Kakak berhenti!!!, kurasa ada yang mengikuti kita." Pangeran berucap, terpampang sedikit kekhawatiran di wajah pangeran.

Aglaia terdiam, detik kemudian dia memukul kepala pangeran dari belakang dengan menggunakan tongkat kayu yang ia bawa. Ia angkat tubuh pangeran dan menyerahkan tubuh itu ke pasukan Ellea.

***

"Pengeran pergi, nyata nya jendela itu terbuka lebar, tapi alasan apa yang membuat pangeran kabur?" Mereka yang ada disana kebingungan, pasalnya mereka kehilangan seseorang yang harus mereka lindungi.

"Apa mungkin pangeran mendengar semua apa yang kita katakan mengenai dia yang harus mati apabila batu kristal itu diambil? " Xenon menjeda sejemang. Otak besar nya berpikir gamblang mengenai segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Nyatanya mereka secara keras menolak untuk membunuh pangeran walaupun itu absolut harus terjadi. Hati itu harus segera diambil sebelum para pencari lainnya berdatangan. Sebenarnya percuma saja mereka melindungi pangeran meskipun berkorban nyawa karena memang kematian pengeran yang mereka anggap adik itu pasti terjadi. Para elf itu tak bisa menepis semua pikiran itu. Ada makna implisit dibalik sudi nya mereka melindungi pangeran sampai berkorban nyawa dan tak lain tak bukan ialah rasa yang tumbuh secara sendirinya seiring berlalu nya waktu. Mereka yang sebelumnya tak menerima menjadi tak ingin kehilangan sosok rapuh itu.
Mereka menyayangi nya dan tak siap walau memang nyata kematian pangeran ada di depan mata mereka. Mampukah mereka menyelamatkan pangeran dari kematian yang semakin dekat?

Crystal HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang