24 [Xenon]

932 102 7
                                    

-Xenon yang tak kunjung sadar-

Langkah kaki itu terdengar bersahutan menapak jalan menuju ke Algora, sebuah pemukiman hobbit yang terletak diujung barat Middle Earth. Medha dan Adrian sudah dua hari ini berkelana dari Rivendell demi bertemu dengan Xenon yang telah lama memisahkan diri.

"Apa obat yang kau bawa saat itu berkualitas jelek?" Medha memulai percakapan. Ada nada protes dan sedikit meremehkan disana karena sudah hampir sebulan lalu mereka memberikan obat pada Xenon namun laki-laki itu tak kunjung sadar.

"Hei bung kau meremehkan obat-obatan dari Rivendell? Sungguh tak masuk akal sekali kau ini. Rivendell merupakan penghasil obat terbaik dan ras sangat ahli dalam bidang medis. Bahkan seluruh Middle earth akan mengakuinya." Adrian tak terima sekali saat obat yang dibuat istrinya diremehkan oleh sang adik.

"Lalu kenapa Xenon belum sadar juga?"

"Tentu saja Xenon tak akan sadar dalam waktu dekat. Racun yang berasal dari kaum kurcaci benar-benar tak bisa dianggap remeh. Bahkan Xenon masih beruntung tidak mati."

Medha mengangguk saja, percuma saja membahas kualitas obat dengan Adrian yang notabene suami dari Putri Selena. Sudah pasti saat ini ia akan membela serta mengagung-agungkan semua hal yang berbau Rivendell.

Tak beberapa lama mereka sampai di pemukiman Algora. Bisa dibilang suasana Algora berbeda dari kebanyakan tempat di Middle Earth. Suasana tampak damai dan tak ada pimpinan Quendi Elder di daerah ini, dikarenakan adanya Xenon yang menentang kebebasan Algora. Tentunya Legolas akan membiarkan masalah ini pasalnya raja Quendi itu berusaha meredam pergolakan keluarga elf Adrian.

Disana beberapa hobbit tampak sedang berbincang dengan Milera, Putri Raja Andalas yang beberapa tahun ini menemani Xenon setelah daerahnya diserang oleh pasukan Elder.

"Milera." Sang gadis menoleh, mendapati kedua kakak dari Xenon. Ia dengan sopan mengajak mereka masuk ke dalam gubuk untuk sekedar melihat Xenon yang sudah lama tidak membuka mata.

"Apa dia menunjukkan reaksi tertentu?" Adrian sedikit menyentuh lengan adiknya. Bekas panah itu sedikit membengkak walaupun racunnya sudah dikeluarkan. Efek racun kurcaci benar-benar membahayakan.

"Semalam tiba-tiba suhu tubuh Xenon meningkat, terpaksa aku harus mengompresnya dengan air dingin." Milera berusaha menjelaskan pada kedua saudara Quendi itu.

"Sepertinya efek racunnya masih bekerja, berikanlah bubuk herbal ini dimalam hari saat kau akan tertidur. Aku harap Xenon segera sadar." Adrian memberikan kantong kain yang berisi bubuk herbal yang diberikan Selena sebelum mereka berangkat. Selena bilang bubuk herbal ini berasal dari tumbuhan langka dan berfungsi untuk meminimalisir dampak dari segala racun.

"Hemm Milera, aku ingin meminta bantuan mu, setelah dia sadar tolong bujuklah dia agar mau kembali ke keluarga kami." Sebelum pergi Medha berpesan pada Milera, dalam lubuk hatinya Milera bertanya-tanya apa sebenarnya masalah yang dihadapi mereka.

*

Legolas tengah terduduk di singgasananya. Sedikit angkuh dengan mimik wajah yang terlihat mengejek seseorang didepannya. Raja Andalas, pemimpin suku air di wilayah Qishan. Bertekuk lutut di depan Legolas yang Agung. Wilayahnya telah habis luluh lantak akibat serangan Elder satu tahun yang lalu karena tak mau mematuhi aturannya. Elder berniat mengambil wilayah Qishan dan mengganti pemimpinnya dengan kaum Quendi. Berniat menciptakan dunia kekal bersama kaumnya yang dominan.

Andalas yang tampak lemah setelah mengalami berbagai serangan tampak menunduk, beberapa luka ditubuhnya masih basah dan butuh perawatan lebih lanjut, namun Legolas masih saja menahannya agar tak membuat masalah lagi di Qishan yang saat ini menjadi wilayah jajahannya.

"Sekarang bagaimana? Aku masih ingat betapa angkuhnya dirimu saat itu, sekarang keadaan berbalik pak tua." Suara Legolas menggema, memainkan pedangnya seolah-olah menantang orang yang lebih tua dihadapannya.

"Terkutuk kau Legolas, aku bersumpah petaka akan menunggu mu, tunggulah itu, cepat atau lambat kau akan hancur." Raja Andalas menggeram dengan gigi yang bergemelatuk menahan amarah yang akan membuncah.

"Tunggu saja kalau bisa, aku abadi dan kuat. Semua kaum tunduk atas perintah ku, dan jangan lupakan Middle earth adalah milikku saat ini."

"Dasar makhluk hina, nestapa kau di neraka." Teriak raja Andalas murka akan keberadaan presensi dihadapannya.

"Pengawal, bawa dia ke ruang bawah tanah. Biarkan lelaki tua ini membusuk di penjara." Titah Legolas, sebagai sang Raja.

"Saya mohon Yang mulia, bebaskan Raja Andalas." Tampak tangan kanan Raja Andalas memohon agar sang raja dibebaskan dari hukuman akibat membangkang perintah.

"Apa kau pikir aku gila? Jika aku membebaskan pak tua ini, maka bisa dipastikan dia akan menyusun pasukan untuk melakukan kudeta."

"Bagaimana bisa?, anda adalah pemilik Crystal heart, tak ada kaum yang bisa mengalahkan anda. Anda begitu Agung dan mulia. Kekuatan anda tak tertandingi, bahkan oleh orang terkuat sedikitpun." Mendengar itu Legolas tampak berpikir, benar saja, ia adalah pemilik Crystal heart saat ini. Kekuatannya tak tertandingi. Lalu untuk apa ia takut terhadap sebuah kudeta yang dilayangkan untuknya.

"Baiklah, kau beruntung kali ini pak tua. Aku memberikan mu kebebasan tanpa syarat. Silahkan keluar pak tua dan cari keluarga mu. Dan jangan coba-coba untuk melakukan perlawanan untuk ku." Legolas berangsur pergi meninggalkan singgasananya untuk mengurusi urusan lain.

Raja Andalas tampak menghela nafas lega, setidaknya tubuh menuanya tak akan membusuk di penjara.

"Mari mencari Putri Milera Yang Mulia."

**

"Luka itu tak kunjung hilang." Aglaia menoleh, gadis dihadapannya tampak mengamati luka di punggungnya dengan seksama.

"Anggap saja luka ini sebagai hukuman ku atas kesalahan masa lalu." Ellea mengangguk, rupanya Aglaia cukup berubah. Mereka kian dekat, walau sebelumnya harus terlibat masalah setelah kematian pangeran Shinra yang harus mereka jaga. Ellea pun mengakui kesalahannya dan memilih berhenti dari Elder untuk ikut tinggal bersama Aglaia. Gadis itu benar-benar mencintai Aglaia sampai rela mengorbankan jabatannya yang kian tinggi karena atas rencananya lah tuannya berhasil mendapatkan Crystal heart.

"Aku yakin mereka akan menerima mu kembali." Ellea berucap, lalu gadis itu kembali terisak.

"Maafkan aku, andai aku tidak terlalu naif dan berambisi maka kehidupan mu dan keluargamu tidak akan hancur begini." Sambil menutupi wajahnya Ellea berbicara. Sebenarnya malu sekali saat ia memutuskan untuk ikut dengan Aglaia. Gadis itu sangat merasa bersalah.

"Karena aku kita kehilangan seseorang yang berharga bagi kita." Aglaia menatap Ellea dalam diam. Rasanya menyesakkan saat ia harus dihadapkan dengan waktu menyakitkan 10 tahun silam. Dimana atas kesalahannya juga hal ini terjadi. Aglaia pikir ia dan Ellea sama-sama menanggung dosa paling besar di Middle earth. Merekalah orang yang bertanggung jawab atas kehancuran Middle earth.

"Aku kehilangan Shinra dan kau kehilangan Taria, kita benar-benar impas."






***

Kalian pasti punya berbagai pertanyaan setelah baca chapter ini :)
Taria ikut mati?
Kenapa Xenon berselisih sama keluarganya?
Jawabannya ada dichapter-chapter selanjutnya. Tunggu weekend bakal update lagi.

Crystal HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang