-Pesta panen hobbit-
Sebuah pesta digelar dengan beberapa tuak serta kue kacang yang berjejer disamping kanan dan kiri. Xenon saat ini tengah menikmati pesta panen yang terakhir di Algora. Sebelum ia berangkat bersama Rex untuk kembali ke keluarganya. Rasanya ia akan sangat merindukan Algora yang belakangan ini menjadi tempatnya bermukim. Segelas tuak ia genggam ditangan kiri. Terlihat Rex yang memandangi Xenon aneh. Sejak kapan adiknya menjadi liar seperti ini. Bahkan Xenon sudah tak ragu untuk memakan makanan lain selain bunga yang merupakan makanan wajib kaum elf."Rex, kau sangat beruntung ada di Algora saat ini. Akan ku tunjukkan hal indah disini. Biasanya setelah pesta usai, pimpinan hobbit akan menyalakan kembang api yang akan meramaikan langit malam Algora. Aku yakin sekali kau belum pernah melihat seperti apa kembang api itu." Xenon dengan semangatnya bercerita lalu menepuk bahu Rex dengan keras hingga membuat Rex melotot tak percaya. Rex kira Xenon sedikit mabuk setelah banyak meminum tuak.
"Akan sangat lama sekali, mereka bahkan tak berhenti bernyanyi dan menari. Ini hampir tiga jam kau tau? Lalu aku harus menunggu berapa lama lagi?" Rex menjambak rambutnya frustasi. Benar-benar melelahkan ada disini. Hal-hal seperti ini masih terasa asing baginya. Kaumnya adalah kaum yang serius, bahkan sebuah pesta jarang mereka adakan, tidak seperti kaum hobbit yang akan mengadakannya enam bulan sekali seusai panen besar di ladang mereka.
"Hidup mu benar-benar monoton, jika tidak ada pesta dan kesenangan seperti ini maka kau tidak akan melupakan kesedihan dalam hidupmu." Ringan sekali yang diucapkan Xenon. Kendati demikian hal itu dapat mencubit hatinya, nyilu rasanya. Kesedihan yang dimaksud Xenon mungkin hal yang berhubungan dengan Shinra. Memang sejak kematian Shinra keluarga nya seolah-olah selalu dihinggapi kesedihan besar setiap saat. Bahkan Rex selalu merasa hidupnya selalu diliputi rasa bersalah setiap saat. Andai Shinra ada disini mungkin keluarganya tidak akan tercerai berai seperti ini.
Merasa lelah, Rex pun memilih pergi meninggalkan Xenon yang kini tengah berbincang dengan Alura, pemuda hobbit yang rumahnya berjarak 10 meter dari gubuk Xenon. Rex memilih menyendiri di ladang dengan ditemani cahaya rembulan yang seolah-olah mengecupi kulitnya.
*
Malam itu Istana Rivendell tampak sedikit riuh di bagian paviliun sebelah timur istana. Pasalnya Adrian tengah terlibat dalam percakapan serius dengan Selena. Hingga tak jarang pasangan suami istri itu beradu argumen. Keadaan berubah menegangkan kala Selena mulai mengeluarkan nada tingginya. Elf Rivendell itu merasa kesal atas keras kepalanya sang suami karena tak mau berterus terang sedikitpun. Seolah-olah Adrian selama ini menganggap nya begitu bodoh. Padahal selama ini tingkah Adrian sudah sangat mencurigakan dan seringkali laki-laki itu menyembunyikan sesuatu dari Selena. Seakan-akan Selena tidak dianggap sebagai seorang istri oleh Adrian.
"Sekali lagi kutanya, kau taruh mana jasad Pangeran Shinra." Selena marah kali ini. Adrian ini pandai sekali bermain kata. Kecurigaan Selena berawal dari ditemukannya sebuah perkamen di bawah tempat tidur mereka yang berisi tentang sebuah skema mencurigakan terkait dengan cara penghidupan orang yang telah mati.
"Aku…"
"Jadi benar Shinra belum mati?" Selena kembali bertanya. Mencecar suaminya dengan berbagai pertanyaan. Berharap Adrian dapat menjawab semua pertanyaannya.
"Dan aku juga tidak berkata dia masih hidup Selena." Adrian membalas. Laki-laki itu tampak sedikit gusar. Selena mulai mengetahui rahasianya.
"Apa maksud mu? Apakah semua ini berhubungan dengan mu yang meminta izin padaku sepuluh tahun silam untuk mengambil jasad pangeran dengan dalih ingin menguburkannya di halaman rumah kalian?" Selena berbicara lagi, sedikit kecewa saat ia mengetahui bahwa suaminya berbohong padanya.
Kali ini Adrian terdiam, seharusnya waktu itu ia berterus terang pada Selena agar kesalahpahaman seperti ini tidak pernah terjadi.
"Apa yang kalian lakukan pada tubuh pangeran?" Kali ini Selena berbicara lirih. Ia memandangi Adrian lekat-lekat, namun perbincangan keduanya usai saat Oliver masuk dan berkata bahwa ada utusan dari Elder yang hendak bertemu dengan Adrian.
"Selena, maaf. Mungkin lain kali aku akan menceritakan hal ini padamu. Yang jelas semuannya berhubungan dengan kematian Taria." Lalu pintu tertutup, meninggalkan Selena dengan tanda tanya besar yang menggantung dipikirannya.
**
Suasana serius tampak mengelilingi taman Rivendell, disana utusan Elder tengah duduk bersama Adrian di kursi Taman.
"Saya adalah utusan pribadi Raja Legolas, beliau ingin menanyakan pada keluarga kalian, apakah kalian orang yang bertanggung jawab atas sebuah rumor yang menyebar dikalangan elf Elder?"
"Apa yang kau maksud rumor tentang ancaman baru Middle Earth itu?" Sahut Oliver.
"Bukan, ini tidak ada hubungannya sama sekali tentang itu. Yang kumaksudkan adalah rumor baru-baru ini. Tentang Raja Legolas yang diisukan sebagai penganut diabolism."
Adrian dan Oliver seketika mengerutkan keningnya. Tidak mungkin mereka ataupun anggota keluarga yang lain yang menyebarkan. Mereka sudah berjanji untuk menutup mulut dan tidak ada satupun niatan terbesit untuk membocorkan rahasia tersebut pada siapapun.
"Aku dan keluarga ku berani bersumpah, bahkan aku berani mati jika memang keluarga ku bersalah. Kami tidak pernah membocorkan rahasia itu."
"Jika bukan kalian maka saya atas nama Raja Legolas meminta kalian untuk membantu mencari pelakunya."
"Akan ku usahakan itu." Adrian kemudian tersenyum.
Utusan itu kemudian membungkuk untuk pamit pergi. Meninggalkan ketiga saudara Quendi di taman Rivendell.
Adrian pun juga hendak pergi menemui Selena di Paviliun istana. Namun semua itu urung saat Oliver menahannya.
"Apa Selena sudah tau?" Oliver membuka percakapan. Sebelum nya saatia memasuki kamar Adrian ia sedikit mendengar pembicaraan serius mereka.
"Aku yang salah karena ceroboh menaruh perkamen itu hingga Selena menemukannya dibawah tempat tidur." Adrian tampak menyesal, akan sulit rasanya jika memberitahu Selena secara terang-terangan. Rahasia mereka adalah rahasia besar.
"Bahkan Xenon dan Aglaia pun tidak tau dan kau akan bermaksud memberi tahu lebih dulu pada Selena? Mana pikiran mu kak. Aku yakin pasti Xenon dan Aglaia akan sangat kecewa jika kita masih menunda-nunda untuk memberitahu mereka masalah ini." Medha menyahut.
Benar, Medha benar. Sudah 10 tahun saudara Quendi itu menyembunyikan dengan rapat rahasia besar. Sebuah rahasia yang akan membuat siapapun kecewa jika mendengar nya. Bilang saja mereka egois hingga berani melakukan hal terlarang itu. Saat itu mereka dihadapkan dengan keputusasaan hingga nekat untuk melakukan hal apapun. Meski nyatanya apa yang mereka lakukan tidak berhasil. Semuanya sirna dalam satu malam. Tidak ada harapan sama sekali bagi mereka untuk menebus semua kesalahan yang mereka perbuat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Heart
AcakBagaimana jadinya jika seorang pangeran hadir disebuah keluarga Quendi? Tanpa mereka ketahui akan makna implisit yang diberikan sang Raja akan maksud tujuannya. Para Quendi itu dituntut untuk tau secara sendirinya akan teka-teki yang muncul secara p...