Chapter 04: Sincerity and Confidentiality

8.7K 802 36
                                    

Hinata baru saja tiba di rumah, dan saat kakinya melangkah melewati pintu, ia berpapasan dengan kakaknya yang baru keluar dari kamarnya.

"Hinata," panggil Neji, suaranya terdengar dalam dan penuh perhatian.

"Ya, Kak?" jawab Hinata, suaranya nyaris berbisik.

Neji memperhatikan adiknya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mata tajamnya menangkap setiap detail, mulai dari debu yang menempel di sepatunya hingga noda kecil di bajunya.

"Kau terluka?" tanyanya dengan nada curiga, alisnya terangkat.

"A-ah, aku terjatuh t-tadi," jawab Hinata dengan gugup, suaranya bergetar.

Neji menatapnya tajam, matanya menyelidik. "Jangan berbohong, Hina," ucapnya tegas.

Hinata terdiam sejenak, menunduk. "Aku di b-bully," katanya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.

Wajah Neji memerah, marah. Tangannya terkepal erat, napasnya menjadi berat. Dalam hatinya, ia ingin menghajar siapa saja yang berani menyakiti adik manisnya.

"Tapi aku tadi ditolong Ino dan Sakura. Kakak tenang saja, mereka baik sekali. Sakura bahkan meminjamkan aku baju, mengeringkan rambutku, ia juga sampai repot-repot ke kantin membelikan aku roti dan air minum. Dia juga mengacak rambutku. Dia baik sekali, Kak. Kupikir dia sombong karena selalu diam dan hanya bicara pada Ino," cerita Hinata panjang lebar, wajahnya berbinar-binar. Melihat itu, kemarahan Neji perlahan mereda.

"Sakura ya," gumam Neji dalam hati.

Malam tiba, dan Nagato sudah pulang sejak sore tadi. Mereka sudah makan malam bersama. Kini, Nagato sibuk dengan laptopnya, menyelesaikan laporan kasus pencurian yang baru saja ia tuntaskan. Tiba-tiba, Sakura masuk ke kamarnya tanpa permisi, lalu langsung guling-guling di atas kasur Nagato, mengganggu kegiatannya mengetik.

"Kau ini kenapa, Saki? Jika mau mengajak kakak nonton hentai, sebaiknya jangan. Nanti kakak jadi pengen," ucap Nagato dengan nada usil, membuat Sakura melotot kearahnya.

"Dasar mesum, nikah sana," balas Sakura, memukul kakaknya dengan bantal.

"Ini juga mau nikah kok," jawab Nagato dengan santai.

"Hah, serius?" Sakura terkejut.

"Ya, mau tapi entah sama siapa," jawab Nagato sambil mengangkat bahunya.

"Ck, kakak!" seru Sakura, membuat Nagato terkekeh pelan.

"Kakak pernah jatuh cinta?" tanya Sakura tiba-tiba.

"Tentu saja pernah. Tapi ah sudahlah," jawab Nagato.

"Tapi kenapa, Kak?" tanya Sakura penasaran.

"Dia mencintai pria lain," jawab Nagato lirih, membuat Sakura merasa bersalah melihat kakaknya nampak bersedih.

"Kenapa kau bertanya tentang cinta? Jangan-jangan kau tengah jatuh cinta, eh Saki?" tanya Nagato, mencoba mengalihkan pembicaraan.

"A-ahh tidak kok, k-kakak ini ada-ada saja," jawab Sakura tergagap.

"Oh begitu ya? Mulutmu bicara tidak, tapi hatimu berkata ya," ucap Nagato sambil mengacak pucuk kepala adik tercintanya.

"Aisss, kakak berhentilah mengacak rambutku," gerutu Sakura, memindahkan tangan Nagato dari atas kepalanya.

"Hahaha, jadi dengan siapa kau jatuh cinta, Saki?" tanya Nagato sambil tertawa.

"Aku tak tahu apa aku jatuh cinta padanya atau tidak," ucap Sakura, nampak berpikir.

"Memangnya apa yang kau rasakan saat bersamanya, Saki?" tanya Nagato.

"Rasanya di sini terasa hangat," ucap Sakura sambil meletakkan kedua tangannya di depan dada.

Entertainment School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang