Hari ini adalah hari libur, dan tidak seperti biasanya, Sakura sudah sibuk memilih baju yang akan dia pakai. Sementara itu, Sasuke hanya melihat tingkah sang kekasih sambil berbaring di kasur.
Jika kalian berpikir keduanya akan menghabiskan weekend bersama, maka tebakan kalian salah. Sakura berniat pergi dengan para sahabatnya, sedangkan Sasuke tidak jelas apa tujuannya berada di rumah kekasihnya.
"Bisakah kau batalkan janjimu dengan mereka, Cherry?" tanya Sasuke.
"Aku kan sudah bilang padamu, Sasu, ini sangat penting dan aku tidak bisa tidak datang," jawab Sakura masih memilih baju.
"Sayang," rengek Sasuke, membuat Sakura menghela napas.
Sakura pun duduk di tepi ranjang sambil mengusap rambut hitam milik Sasuke.
"Mengertilah, Sasu," bujuk Sakura lembut.
"Aku ingin jalan denganmu. Ayolah, Cherry, hari ini kan libur," ucap Sasuke manja.
Sakura kembali menghela napas. Ia tak begitu mengerti dengan sifat Sasuke; kadang pria itu dingin namun kadang hangat, kadang keras kepala tapi kadang bersikap penurut dan manis. Hal yang paling tidak Sakura mengerti adalah sifat manja Sasuke yang datang tiba-tiba. Pria itu kini tengah bersikap kekanak-kanakan padahal biasanya selalu bersikap dewasa.
"Lain kali ya, Sasuke," ucap Sakura dengan senyum manisnya. "Aku sungguh harus pergi," lanjutnya, membuat Sasuke bangkit dari tidurnya dan meninggalkan kamar Sakura.
"Eh, apa dia marah?" gumam Sakura penuh tanya.
Kali ini, Sakura dan para sahabatnya tengah berada di sebuah studio dance milik keluarga Yamanaka.
"Wah, Babi, keluargamu luar biasa. Studio ini sangat besar," ucap Sakura takjub.
"Aiss, jangan berlebihan seperti itu, Jidat. Keluargamu juga hebat, ingat kakakmu baru saja diangkat sebagai ketua ANBU," ucap Ino.
"Ayo kita mulai berlatih, aku sudah menyiapkan lagunya," ucap Hinata.
"Benarkah? Kau memang yang terbaik, Hina," puji Ino sambil mengacungkan jempolnya, membuat Hinata bersemu merah.
"Kalian mau dengar?" tanya Hinata.
"Ah, tentu saja," sahut Tenten dan semuanya.
Mereka pun mendengarkan lagu yang dibuat Hinata lalu berlatih sampai sore.
Setelah latihan yang cukup melelahkan, mereka pergi ke sebuah kafe untuk beristirahat dan merilekskan tubuh serta pikiran mereka.
"Ujian benar-benar membuatku stres," keluh Tenten yang menjatuhkan kepalanya di meja.
"Aku jauh lebih stres darimu, Tenten. Aku masih memikirkan Sai," ucap Ino dengan helaan napas.
"Ino, kau tenang saja, Sai pasti baik-baik saja," ucap Hinata sambil mengelus punggung tangan Ino.
"Hufhh... Semalam aku bermimpi bertemu Sai dan dia mengatakan bahwa dia pasti akan kembali, tapi entah kenapa aku merasa ia tak akan kembali," ucap Ino lesu.
"Kau hanya merasa khawatir, Ino. Semua akan baik-baik saja. Sai bukanlah orang jahat, lagipula ia hanya diperiksa, kan?" ucap Sakura ikut menenangkan sang sahabat.
"Em, hanya diperiksa, Ino. Semua akan baik-baik saja," ucap Hinata.
"Aku setuju dengan Sakura dan Hinata. Semua akan baik-baik saja," timpal Tenten.
"Aa, terima kasih," ucap Ino yang berusaha tersenyum manis.
Setelah dari kafe, Ino memutuskan jalan-jalan terlebih dahulu di taman kota walaupun hari sebentar lagi gelap. Gadis itu berjalan menunduk sambil melamun hingga akhirnya ia menabrak tubuh seseorang. Segera saja ia mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Sai yang tengah menatapnya juga.
"S-sai," ucap Ino terbata-bata.
"Hai, cantik," sapa Sai dengan senyum palsunya.
"Hiks, bagaimana bisa hiks kau ada di sini? Hiks, kau hiks pria bajingan yang sangat menyebalkan! Hiks, kau tahu?! Kau membuatku cemas, dasar pria bodoh! Aku membencimu! Hikss, aku membencimu, Sai!" ucap Ino dengan wajah memerah dan air mata yang membanjiri wajah cantiknya. Gadis itu nampak memukul dada bidang Sai dengan sekuat tenaga, menumpahkan semua rasa yang ia pendam beberapa hari ini.
Dalam satu tarikan, Ino kini berada dalam pelukan Sai yang hanya tersenyum tulus, sedangkan Ino masih terisak-isak.
"Aku baik-baik saja, terima kasih," ucap Sai tulus sambil mengelus surai kuning panjang milik Ino.
"Aku membencimu, dasar bodoh," bisik Ino.
"Aku juga mencintaimu, cantik," ucap Sai membuat Ino mendorong tubuh Sai.
"Arg, dasar menyebalkan, mati saja kau!!" bentak Ino yang langsung pergi meninggalkan Sai.
"Mau ke mana?" tanya Sai agak meninggikan suaranya.
"BUKAN URUSANMU!" teriak Ino dari kejauhan.
"Ah, perempuan itu benar-benar makhluk yang sulit dimengerti. Kenapa dia malah marah-marah? Padahal aku memikirkan sebuah adegan romantis. Sudahlah, sebaiknya aku pergi ke rumah Sasuke," ucap Sai ikut pergi namun jalan yang diambilnya berlawanan arah dengan Ino.
Sementara itu, di kediaman Haruno, nampaklah sosok Sakura yang baru saja pulang. Gadis itu nampak tengah membuka pintu kamar sang ibu untuk memastikan bahwa ibunya dalam keadaan baik-baik saja.
Ketika pintu itu terbuka, mata emerald Sakura dapat menangkap sosok Sasuke yang tertidur di kursi dekat ibunya. Sakura juga melihat sebuah mangkuk dan gelas di atas meja. Seketika hati gadis Haruno itu pun menghangat.
Gadis itu berjalan menghampiri Sasuke dan mengelus surai hitam kelam milik sang kekasih, membuat kekasihnya itu terbangun.
"Sakura?" gumam Sasuke hingga Sakura meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir seksi milik Sasuke.
"Ayo pindah," ucap Sakura dengan senyum hangatnya.
Mereka pun keluar dari kamar Mebuki. Keduanya berjalan beriringan, Sasuke berada paling depan sementara Sakura berada di belakang membuat Sakura dapat melihat punggung tegap milik Sasuke.
Bagi Sakura, ia beruntung bisa mencintai dan dicintai oleh seorang pria seperti Sasuke. Walaupun pria tersebut menyebalkan dan sedikit mesum, tapi pria itu juga merupakan pria yang pengertian dan penyayang.
Tiba-tiba Sasuke menghentikan langkahnya, membuat Sakura bertabrakan dengan punggung Sasuke.
"Aduh, kenapa berhenti?" tanya Sakura sambil memegang hidungnya yang terasa sakit.
"Kenapa kau berjalan di belakangku? Berjalanlah di sampingku," ucap Sasuke menarik lengan Sakura, membuat gadis itu kini berada di sampingnya.
Sakura nampak merona tipis akan perlakuan sederhana Sasuke, namun bagi Sakura itu adalah sesuatu yang sangat manis.
Sementara itu, di kediaman Yamanaka, nampaklah sosok Ino yang tengah memukuli bantal gulingnya dengan wajah kesal.
"Dasar pria bodoh!! Kenapa kau harus muncul tiba-tiba dan membuatku blushing!! Arg, dasar bodoh," ucap Ino murka.
Sementara Sai yang tengah dibicarakan tengah berada di kediaman Uchiha. Pria pucat itu nampak tengah bersin membuat Mikoto menjadi cemas.
"Bagaimana jika bibi panggilkan dokter? Kau nampak kurang sehat, pasti karena masalah kemarin, ya?" tanya Mikoto dengan wajah cemas.
"Tidak perlu, bibi. Sai akan baik-baik saja," ucap Sai dengan senyum palsunya.
"Aa, begitukah. Sasuke itu kemana, ya? Dia jarang sekali pulang, apa dia sudah lupa jika ia punya rumah? Anak itu benar-benar," keluh Mikoto.
Pintu rumah pun terbuka menampilkan sosok Sasuke.
"Masih ingat punya rumah, hah!" ucap Mikoto dengan wajah garangnya.
"Mampus," ucap Sasuke, langsung menarik kerah baju Sai dan menyeretnya secepat kilat ke kamarnya.
"UCHIHA SASUKE, KEMBALI KE SINI!!" teriak Mikoto menggelegar di rumah tersebut.
"Ulah apa lagi yang dibuat Sasuke kali ini," ucap Itachi dari dalam kamarnya sambil menutup telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entertainment School
Fiksi PenggemarKonoha Entertainment School adalah salah satu sekolah terbaik khusus untuk melatih bakat siswa maupun siswi untuk menjadi seorang super stars baik menjadi aktor ataupun aktris, model, penyanyi, dancer dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia...