Chapter 16: Perseverance and Cheerfulness

5.8K 501 2
                                    

Hari ini masih sama seperti biasa, kelas masih berisik dengan suara cempreng khas Naruto yang sedang asyik bercanda dengan Kiba, membuat Ino yang duduk tak jauh dari mereka kesal dan memarahi keduanya.

"Ck, bisa diam sedikit, nggak?!" bentak Ino dengan wajah garangnya, yang malah membuat Naruto dan Kiba tertawa.

"Heh! Apa yang kalian tertawakan?" ucap Ino lagi dengan mata melotot.

"Ekspresi mu lucu sekali, Ino," jawab Kiba sambil memegang perutnya.

"Bagi Sai, Ino tetap cantik," ucap Sai dengan senyum palsunya.

"Argh, kembalikanlah kehidupan ku yang dulu, kembalikan Hinata dan Sakura!" ucap Ino histeris.

"Eh, memangnya di mana Sakura?" celetuk Kiba yang mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas.

"Sasuke juga nggak ada," lanjutnya.

"Huff, Sakura pergi memindahkan barang ke rumah barunya. Kalau Sasuke, kurasa dia membantu Sakura pindahan," jawab Ino sambil berpikir.

Sementara itu, sosok yang sedang dibicarakan, Sasuke dan Sakura, nampak sibuk memindahkan kardus dari mobil ke dalam rumah yang cukup luas dan masih kosong.

"Kak, aku pakai kamar yang atas ya," ucap Sakura meminta persetujuan dari sang kakak.

"Tentu, pakailah yang mana yang kamu mau," ucap Nagato, membuat senyuman gadis musim semi itu mengembang.

Diiringi Sasuke di belakangnya, gadis itu pun bergegas menuju kamar atas. Ketika kamar tersebut terbuka, gadis itu nampak takjub melihat keluasan kamar tersebut.

"Wah, ini besar sekali," gumam Sakura sambil meletakkan kardus yang ia bawa.

"Bagaimana menurutmu, Sasu?" tanya Sakura sambil memiringkan kepalanya di depan sang kekasih yang nampak tersenyum ke arahnya.

"Aku menyukainya jika itu bisa membuatmu nyaman," ucap Sasuke, membuat Sakura merona.

"A-ah, terima kasih," ucap Sakura sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

CUP.

Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir mungil Sakura, membuat gadis itu memerah padam.

"Berhentilah mengatakan terima kasih, Cherry," ucap Sasuke dengan senyum menawannya.

"Aah, sebaiknya kita mulai... ehm... mendekor kamar, ya... mendekor kamar," ucap Sakura gelagapan sambil memalingkan wajahnya, membuat Sasuke terkekeh.

"Baiklah," sahut Sasuke sambil mengusap pucuk kepala gadisnya itu.

Cukup lama keduanya menyelesaikan pekerjaan mereka. Kini, keduanya nampak terkapar di atas sofa yang cukup lebar sehingga dapat ditiduri keduanya. Hari juga sudah mulai sore, dan Nagato yang tengah menyaksikan tingkah Sasuke dan Sakura hanya bisa geleng-geleng kepala.

'Membuatku iri saja,' batin Nagato miris dengan keadaannya yang sampai saat ini masih sendiri.

Adiknya bahkan sudah menemukan tambatan hati yang sangat Nagato percaya akan keseriusan pria tersebut, sedangkan dirinya masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Saki, Sasuke, aku akan pergi membeli makanan. Mau ikut?" tanya Nagato.

"Tidak/hn," jawab Sakura dan Sasuke yang nampak kecapekan.

"Ya ya baiklah, ingat jangan berbuat yang macam-macam," ucap Nagato memperingati. Bukannya ia tak percaya pada Sasuke, hanya saja ia cukup risau akan hal itu.

"Hn," sahut Sasuke yang lebih memilih memeluk pinggang ramping Sakura, membuat Nagato melotot.

Dengan hati yang dongkol akan rasa irinya pada sang adik yang tengah mesra dengan kekasihnya, akhirnya pria yang kini menjabat sebagai ketua ANBU tersebut pun pergi meninggalkan rumah barunya itu dengan menggunakan mobil dinas barunya.

Setelah membeli makanan dan berniat ingin pulang, Nagato yang tengah berada di parkiran tak sengaja melihat seorang perempuan berambut kuning panjang yang tengah berjalan sempoyongan akibat mabuk. Dengan langkah cepat, Nagato menghampirinya lalu membopong badan perempuan tersebut.

"Nona? Kau baik-baik saja?" tanya Nagato yang memang pada dasarnya tak mengenali sosok tersebut.

"A-aku? Hikk hahaha aku," racau perempuan itu.

"Ck, sial, dimabuk berat," gumam Nagato sambil mencari dompet perempuan itu di dalam tas yang dibawanya hingga akhirnya menemukan tanda pengenal.

"Senju Tsunade?" gumam Nagato.

'Bukankah ini nama kepala sekolah KES?' batin Nagato penuh tanya.

Tanpa babibu lagi, Nagato pun langsung menggendong Tsunade dan memasukkannya ke dalam mobil, lalu segera mengantarkannya ke alamat yang tertera di tanda pengenalnya.

Di tempat berbeda, lebih tepatnya di kantor wali kota, nampak dua orang pria yang sangat mirip dengan rambut kuning tengah duduk berhadapan, yang tak lain adalah Naruto dan Minato.

"Jadi, ada apa kau kemari, Naruto? Tak biasanya kau kemari," ucap Minato yang tengah menopang dagunya dengan tangan.

"Aku berencana menikahi putri Hyuga," jawab Naruto.

"Ah, benarkah? Akhirnya kau memutuskan sesuatu yang luar biasa dalam hidupmu. Putraku memang sudah besar," ucap Minato dengan senyum bangga.

"Aiss, jadi selama ini ayah berpikir aku masih kecil?" ucap Naruto tak terima.

"Hahaha bukan begitu, putraku," ucap Minato sambil tertawa.

"Ayah, berhentilah tertawa," ucap Naruto kesal.

"Baiklah, maafkan aku. Lalu apa yang kau inginkan sekarang?" tanya Minato.

"Berikan Uzumaki Crop. kepadaku," ucap Naruto dengan wajah serius, membuat Minato menaikkan alisnya penuh tanya.

"Berhentilah bercanda, Naruto," ucap Minato.

"Aku serius, Ayah," jawab Naruto.

"Bukankah kau tak berminat dengan dunia bisnis? Lagipula, perusahaan tengah dipegang Guru Jiraiya," ucap Minato.

"Sekarang aku tertarik, Ayah. Bisakah? Aku ingin memegang perusahaan sekarang," bujuk Naruto.

"Baiklah, tapi ada syaratnya," ucap Minato.

"Kau harus belajar terlebih dahulu dengan Guru Jiraiya," lanjutnya.

"Baik, akan aku lakukan," jawab Naruto mantap.

"Baguslah," gumam Minato.

"Baiklah, aku pulang. Sampai jumpa di rumah, Ayah. Ingat, jangan pulang terlalu larut jika tak ingin melihat Ibu marah-marah," ucap Naruto sambil bergegas keluar ruangan sang ayah, tak lupa melambaikan tangan.

"Ya, tentu saja. Tetap semangat, Naruto. Ayah selalu mendukungmu," ucap Minato menyemangati.

"TENTU SAJA, AKU MENCINTAIMU, AYAH!" teriak Naruto yang sudah cukup jauh dari ruangan sang ayah karena berlari cukup cepat, membuat Minato terkekeh pelan.

"Ayah juga mencintaimu, nak. Kau sungguh sudah dewasa, padahal aku berharap kau selalu menjadi anak-anak yang lugu dan polos. Tak disangka waktu berjalan sangat cepat. Rasanya baru kemarin aku mengganti popoknya dan sekarang dia sudah mulai berencana tentang pernikahan. Sulit dipercaya," gumam Minato.

Sementara itu, di kediaman Haruno yang baru, nampak Sasuke dan Sakura yang sedang asyik menonton televisi hingga akhirnya Nagato datang menghampiri keduanya.

"Aa, kau lama sekali, Kak. Eh, ada apa dengan wajahmu, Kak?" tanya Sakura yang menyadari rona merah di pipi kanan sang kakak seperti bekas tamparan seseorang.

"Aku baru saja bertemu perempuan gila," ucap Nagato yang nampak kesal.

"Ohh, oke," jawab Sakura takut salah bicara dan membuat mood sang kakak semakin buruk.

"Oh ya, Ibu sudah sampai di rumah. Anak buah Sasuke yang mengantar tadi. Sekarang dia sedang tidur," ucap Sakura.

"Ya, aku mau tidur," ucap Nagato langsung masuk ke kamarnya.

"Menurutmu apa yang terjadi, Sasu?" tanya Sakura menatap Sasuke dengan penuh tanya.

"Entahlah," ucap Sasuke sambil mengangkat bahunya, menyisakan rasa penasaran dalam hati Sakura akan rona merah di wajah sang kakak.

Entertainment School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang