16. Seolah Kembali Nyatanya Pergi

725 50 17
                                    

If You - Kyuhyun

Puter lagu di mulmed ya, biar tambah baper😊
Oke, Happy Reading....




~~~





Gue menatap langit lewat jendela kamar sambil sesekali menyeruput teh hangat yang tadi gue buat. Hangat. Setidaknya saat ini hati gue ikut menghangat karena teh itu. Gue memejamkan mata sambil menghembuskan napas dengan teratur berusaha untuk melepaskan beban yang selama ini terus menggerogoti.

Gue yang tengah berusaha mengendalikan pikiran sedikit terkejut ketika mendengar dering di ponsel gue. Gue meraih ponsel yang gue letakkan di meja rias lalu melihat siapa yang menelepon. Kak Andrew. Bukan, ternyata dia tidak menelepon, tapi Video Call. Gue tersenyum tipis. Mungkin dia terlalu merindukan gue sampai ingin melihat wajah gue saat ini.

Akhirnya gue langsung mengangkat panggilan video itu. Dan beberapa detik kemudian, ponsel gue menampakkan wajah Kak Andrew yang saat ini terlihat hanya memakai pakaian santai itu.

"Hai pacar!" sapanya pertama kali dan berhasil membuat gue terkekeh geli.

"Lo bilang, lo sebagai kakak aja gak pernah tertarik sama gue? Kenapa sekarang malah manggil gue pacar?" tanya gue karena gue kembali mengingat percakapan dengan Kak Andrew waktu itu di hari Kak Andrew hendak pergi ke Jepang menyusul Papa.

"Lo lagi?!" pekiknya. "Lo hutang satu pukulan dari gue!" ucapnya yang semakin membuat gue terkekeh geli.

"Iya iya, Kak Andrew...," seru gue lalu terkekeh pelan kembali.

"Natt," panggilnya yang gue jawab dengan deheman. "Lo kok kurusan?"

"Masa sih?" tanya gue. Padahal gue sendiri sadar akan hal itu. Jelas saja gue kurus, karena terlalu lama berdebat dengan batin, nafsu makan gue juga jadi ikut turun. Makanya gue jadi lebih kurus sekarang.

"Serius! Lo gak makan teratur, ya?" tanyanya. Ada raut wajah khawatir yang terlihat dari wajah Kak Andrew saat ini.

Gue tersenyum. "Nggak Kak, gue sengaja lagi diet," jawab gue. Padahal nyatanya, diet apa'an!

"Gak usah diet, Natt. Badan lo udah bagus kok waktu itu."

Gue terkekeh pelan lalu berdehem. "Serius? Terlihat seksi ya kaya Kang Seulgi?" goda gue sambil menaik turunkan alis.

Terlihat Kak Andrew langsung mendengus pelan lalu beralih memandang ke arah lain. "Liatin Pa! Anak Papa narsis banget dih!" teriaknya. Dan gue dapat mendengar suara tertawa seseorang yang gue yakini itu adalah suara tawa milik Papa.

Gue terkekeh lagi melihat ada raut kekesalan dari wajah Kak Andrew. "Papa di sana?"

"Iya, ada. Tapi dia masih sok sibuk kerja!" serunya seolah menyindir Papa di sana.

Gue tersenyum. "Kak Sica juga?"

"Sica belum pulang," jawab Kak Andrew. "Dia selalu sibuk dengan pemotretannya di sini," cibirnya.

Gue hanya tersenyum tipis lalu kembali diam. Ada satu nama yang belum gue tanyakan keberadaannya, dan gue ragu untuk menanyakannya karena takut dia juga tengah berada di situ.

"Mama lagi mandi, Natt," seru Kak Andrew menjawab apa yang tengah ada di pikiran gue.

Gue sedikit terlonjak kaget lalu kembali menormalkan pikiran gue. "Syukurlah. Di sana semuanya baik-baik aja, kan?"

Kak Andrew mendengus pelan. "Harusnya Kakak yang tanya kaya gitu. Lo di sana baik-baik aja, kan? Kakak bener-bener kepikiran ninggalin Lo sendirian di sana."

Gue tersenyum. "Gue baik-baik aja Kak, jangan khawatir," jawab gue. Tapi nyatanya, cuma fisik gue yang baik, batin gue tidak.

"Lo gak tidur sendirian kan di rumah?" tanyanya.

Gue menggeleng. "Nggak Kak. Gue sering ditemenin Yuna. Kalo bukan Yuna ya Dev-" gue langsung menghentikan ucapan ketika gue hendak menyebut nama Devin.
Mata gue memanas kembali ketika menyebutkan nama itu. Nggak! Jangan sekarang. Jangan menangis sekarang!

"Kenapa, Natt?" tanya Kak Andrew ketika melihat gue tidak melanjutkan ucapan lagi.

Gue menggeleng pelan lalu tersenyum. "Nggak Kak, gak papa."

Kak Andrew hanya mengangguk-angguk pelan. "Dua minggu lagi kita balik ke Jakarta."

Gue otomatis langsung tersenyum senang. "Papa juga?"

"Papa sebulan lagi, Natt."

Mendengar jawaban Kak Andrew langsung membuat gue merengut. "Padahal gue rindu Papa...," dengus gue. Dan pandangan mata gue kini otomatis beralih ketika melihat sebuah notifikasi yang mengambang di layar ponsel gue.

Gue tidak mendengar dengan jelas ucapan yang terlontar dari mulut Kak Andrew karena gue masih terpaku dengan sebuah pesan yang mengambang di ponsel gue. sebuah pesan masuk dari Adin.

Natt, Devin ada di rumah Yuna sekarang.

***

Gue berlarian menuruni tangga setelah mendapat pesan dari Adin tadi. Gue bahkan langsung mematikan panggilan telepon secara sepihak dengan Kak Andrew. Gue tak perduli dengan serentetan omelan yang tentunya akan Kak Andrew berikan karena gue begitu saja mengakhiri panggilan teleponnya. Karena yang gue inginkan saat ini, gue ingin segera bertemu Devin dan meluruskan semuanya.

Gue berlarian menuju rumah Yuna yang jaraknya hanya sekitar lima meter dari rumah gue. Dan gue langsung membuka gerbang rumah Yuna dengan sekali tarikan lalu segera memasuki pekarangan rumahnya itu.

Terlihat pintu rumah Yuna terbuka sedikit. Baru saja gue mulai memegang knop pintu, gue mendengar suara Devin yang seakan menggema kini di telinga gue.


I love you

Degh!

Tubuh gue langsung membeku. Apa benar itu suara Devin? Nggak! Gak mungkin!

Akhirnya gue mulai membuka sedikit pintu itu hingga kini gue dapat melihat dengan jelas, dengan mata kepala gue sendiri, di situ terlihat Devin yang tengah berlutut di hadapan Yuna yang tengah duduk di sofa. Dan pandangan mata Devin seakan lekat menatap Yuna.

Tes!

Air mata gue jatuh lagi. Gue menggeleng pelan. Nggak! Ini gak mungkin, kan? Ini gak mungkin! Seharusnya Devin kembali untuk gue, kenapa sekarang dia malah kembali untuk Yuna!

Dengan lemas gue melangkah pergi meninggalkan rumah Yuna. Pupus sudah harapan gue untuk bisa bersama Devin.
Takdir macam apa ini? Kenapa Devin bisa menghilangkan perasaannya ke gue semudah membalikkan telapak tangan? Kalau pun benar dia ingin pergi dari gue, kenapa orang yang jadi pengganti gue harus Yuna? Kenapa!

Adin salah. Dia bilang Devin akan kembali ke gue. Tapi lihatlah! Dia kembali namun nyatanya dia pergi. Dia kembali bukan untuk gue, dia memilih pergi dari gue! Apa tuhan akan sekejam ini ke gue?!

Kenapa gue yang harus mengalami ini. Gue benci! Gue benci semuanya! Gue benci Devin! Gue benci diri gue sendiri! Gue juga benci takdir! Kenapa juga takdir harus mempertemukan gue dengan Devin kalau akhirnya dia akan kembali memisahkan juga!

Orang bilang biasanya cinta pertama akan gagal. Nggak! Ini bahkan bukan kisah cinta pertama gue, tapi kenapa gue harus mengalami kegagalannya juga.

Dan gue, hanya bisa meringkuk sendirian meratapi semua takdir yang sudah digariskan. Meringkuk sambil menangis. Lagi, dan lagi.

***

Yah, Devinnya malah nembak Yuna tuh😢

Tunggu kelanjutan ceritanya yaa....

XOXO

FIHA IM

Renata Keyla ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang