22. Family

750 42 1
                                    

Hari ini gue ada janji mau makan di luar dengan Kak Andrew. Akhirnya setelah pulang kuliah, gue bergegas menuju alamat restaurant yang sudah Kak Andrew beritahu lewat pesan.

Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari keberadaan Kak Andrew. Begitu Kak Andrew melambaikan tangan ke arah gue, gue langsung tersenyum dan bergegas melangkah mendekati Kak Andrew.

Namun langkah gue justru terhenti ketika merasakan ada yang mencekal pergelangan tangan gue. Gue menoleh. Betapa terkejutnya gue ketika melihat siapa yang baru saja mencekal tangan gue.

“Tante Riska!” pekik gue dengan terkejut. Jelas saja gue terkejut. Bagaimana tak merasa terkejut, gue sekarang tak sengaja bertemu dengan Tante Riska, Ibunya Kak Juna.

Tapi, yang semakin membuat gue bingung, Tante Riska datang ke sini dengan seseorang yang sangat gue kenal. Bukan, bukan Kak Juna, tapi Devin. iya, dia ke sini bersama Devin. Aneh, kan?

“Renata, apa kabar sayang...,” seru Tante Riska sambil memeluk tubuh gue sebentar, sementara gue di sini masih dibuat bingung dengan keadaan ini. Apalagi ketika gue melihat raut wajah Devin juga sangat terkejut begitu ia melihat gue mengenal Tante Riska.

“Sama siapa kamu ke sini?” tanya Tante Riska membuat pandangan gue yang tadi masih tertuju pada Devin langsung beralih menatapnya.

“Sama—”

“Natt.” Terdengar suara Kak Andrew yang menyela ucapan gue. Gue menoleh begitu mendapati Kak Andrew kini sudah berdiri di samping gue.

“Siapa, Natt?” tanya Tante Riska bingung. “Pacar kamu?”

Gue terkekeh pelan mendengar pertanyaan dari Tante Riska. Gue menggeleng. “Bukan, Tante. Ini Kak Andrew, kakaknya Natt.”

Terlihat Tante Riska hanya mengangguk-angguk pelan lalu tersenyum ketika Kak Andrew memperkenalkan dirinya.

“Lo bukannya Devin. Temennya Renata, kan?” tanya Kak Andrew begitu menyadari ada Devin juga.

Gue langsung menoleh kembali ke arah Devin. Rasanya gue ingin sekali meminta penjelasan sekarang juga kenapa Devin bisa bersama Tante Riska seperti sekarang.

“Kamu kenal Devin?” tanya Tante Riska heran.

Gue cuma berdehem samar sambil tetap menatap Devin. “Aku temennya Devin,” jawab gue pelan.

“Waw!” seru Tante Riska dengan terkejut lalu beralih memandang Devin yang berdiri di sebelahnya. “Devin kok gak pernah bilang ke Mama kalo kamu kenal sama pacarnya Juna?”

Gue langsung melotot kaget tak percaya. Apa ini? Mama? Devin anaknya Tante Riska?

“Tante...,” panggil gue langsung yang membuat Tante Riska segera menoleh lagi menatap gue. “Devin, anak Tante?” tanya gue ragu.

Tante Riska tersenyum lalu mengangguk. Gue tatap lagi Devin yang kali ini sudah menundukkan kepala.

Gue mengerjap tak percaya. “Lalu...” gue berhenti sebentar. “Devin sama Kak Juna, adik kakak?” tanya gue lagi dan dijawab oleh Tante Riska dengan anggukan kembali.

Tubuh gue melemas. Kenapa takdir benar-benar selalu mempermainkan gue? Devin juga, kenapa dari awal dia tak pernah mengatakan kalau Kak Juna itu kakaknya?
Waw! Dunia ini benar-benar sempit sekali.

“Kalian mau makan siang bareng, ya? Tante boleh gabung?” tanya Tante Riska.

“Boleh banget, Tante. Ayo, mejanya di sana,” seru Kak Andrew sambil menunjuk meja yang tadi Kak Andrew duduki.

Gue masih diam. Bingung harus berbuat apalagi. Ada yang lebih mengenakkan dari posisi gue saat ini?

Sial! Kenapa sih gue selalu berada diposisi yang sulit seperti ini?

Renata Keyla ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang