7. Why Mama?

974 65 62
                                    

Author kembali lagiiii....
Sengaja update untuk menemani malam minggu jomblowan dan jomblowati😂

Please, Readers baca sampai habis part ini ya, karna di part ini udah mulai konflik batinnya.

Aku gak tau sih di part ini bakalan kena nggak feelnya buat para pembaca, tapi aku udah usahain kok biar pembaca bisa ngerasain gimana yang dirasain si Renata juga.

Oke, langsung aja yaa...
Siapin oksigen buat part ini, karna part ini bapernya bukan karna cinta-cintaan, dari judulnya aja udah bisa ketebak kan karna apa????

Happy Reading yeoreobuuunn.....






~~~



Gue berjalan menuruni tangga dan langsung melesat menuju dapur untuk mencari minum. Waktu lagi enak-enaknya minum, gue dikejutkan oleh pukulan pelan di bahu. Sontak saja air yang ada di dalam mulut ini hampir gue semburkan ke orang yang berhasil mengusik gue.

Gue mendesis keras menyadari siapa yang sudah mengganggu acara minum gue. Kalau tahu orangnya dia, gue malah akan dengan sengaja menyemburkan air dari dalam mulut gue ini.

"Iyuh, jorok!" seru Kak Andrew sembari mengusap wajahnya pelan karena mungkin wajahnya terkena sedikit cipratan air dari mulut gue.

Mampus! Walaupun sedikit, tapi gue tetap senang. Akhirnya gue memajukan mulut bersiap untuk menyemburkan air yang kini masih berada di mulut. Baru saja gue hendak menyemburkannya, dengan gerakan secepat kilat, Kak Andrew meraih botol air yang ada di tangan gue lalu langsung meneguk sisa airnya dan malah menyemburkannya ke wajah gue.

Kurang ajar! Alhasil gue menjerit keras karena ulahnya. "ANDREEWW!!"

"Eits, kurang ajar! Lo gak manggil gue Kakak." serunya lalu langsung menjitak kepala gue.

Gue kembali mengerang sambil menatap anarkis ke arahnya. Kak Andrew memang spesies Kakak durhaka!

"Lo yang kurang ajar! Kenapa muka gue di sembur!"

Dan akhirnya, kepala gue ini kena jitakan lagi. Heh! Gue lupa, gue nggak manggil Kak Andrew dengan sebutan Kakak lagi.

Tarik nafas dan hembuskan, gue melakukan itu berulang-ulang kali untuk meredam emosi yang semakin memuncak gara-gara ulah Kak Andrew. Akhirnya gue tatap dia sekali lagi sambil menyunggingkan senyuman sok manis gue. "Kak Andrew yang ganteng, kenapa lo nyembur gue? Hmmm...?"

Gue lihat Kak Andrew tersenyum malu-malu lalu segera menutupi seluruh wajahnya dengan tangan. Dia kenapa sih? Pake ala-ala memasang wajah sok tersanjung lagi dengan ucapan gue.

"Gue tau gue ganteng, banyak di luaran sana yang pengen jadi pacar gue. Tapi, salah satunya jangan adek gue sendiri juga."

Gue memutar bola mata malas setelah mendengar ucapannya. Kenapa gue bisa punya Kakak yang spesies kaya gini sih! Sayang, ganteng-ganteng tingkahnya mirip banci Thailand. Kasihan deh cewe yang naksir ke dia, pasti mereka belum tahu sifat sebenarnya Kak Andrew yang bisa dibilang jauh dari sifat biasa kaum adam lainnya.

"Gue serius." seru gue sambil memasang ekspresi datar.

"Gue juga serius. Lo lumayan lah ya gak jelek-jelek amat, tapi jangan jatuh cinta sama gue, gue ini Kakak lo."

Refleks setelah mendengar ucapannya, gue langsung menginjak kaki jenjangnya dan berhasil membuat dia meringis kesakitan.

"Woi! Adek durhaka lo!" teriak Kak Andrew sembari memegang kakinya yang gue injak tadi.

Renata Keyla ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang