21. My Mother

891 48 14
                                    

Gue merasakan ranjang di sebelah berdecit. Gue hanya diam saja, membiarkan mata ini untuk terpejam walaupun sebenarnya sedari tadi gue belum tertidur.

Gue merasakan belaian lembut di kepala, dan gue dapat langsung menyadari tangan milik siapa itu. Tangan yang selalu membuat gue rindu kehadirannya karena dia selama ini selalu jarang berada di sisi gue.

"Atas nama Mama, Papa minta maaf ya sayang...," ucap Papa pelan sambil terus membelai lembut rambut gue. "Papa tau, kamu mungkin sakit hati sama ucapan Mama. Tapi, Papa yakin Mama gak bermaksud kaya gitu."

Saat ini gue terus menggigit bibir bawah sekedar untuk menahan isakan, karena saat ini gue mulai mengeluarkan air mata kembali.

"Kamu anak Papa, selamanya tetap jadi anak Papa," ucapnya setengah berbisik di telinga gue.

Akhirnya gue merasa tidak tahan dan langsung bangkit untuk memeluk Papa dan sontak membuat tubuh Papa membeku karena merasakan keterkejutan.

"Yang Mama omongin semuanya gak bener, kan? Aku anak Mama sama Papa kan Pa?" tanya gue di sela isak tangis.

Papa kembali membelai rambut gue ditengah pelukannya. "Kamu anak Papa sayang...."

Mendengar ucapan Papa, gue langsung melepaskan pelukan dengan sekali sentakan. "Papa selalu bilang aku ini anak Papa! Tapi Papa gak pernah bilang kalau aku ini anak Mama!" bentak gue.

Papa diam yang membuat gue langsung menarik napas berat. "Jadi bener, aku bukan anak Mama?" tanya gue dengan napas tercekat.

Papa kembali diam. Kenapa Papa tidak menjawabnya? Apa semua yang Mama katakan itu benar? Kalau pun benar, lalu, gue ini anak siapa? Siapa ibu kandung gue?

"Kenapa Papa gak jawab?" tanya gue pelan. "Siapa ibu kandungku, Pa?"

Papa menghela napas berat lalu mengusap pipi gue dengan lembut. "Papa pikir, sekarang kamu udah dewasa. Jadi, sekarang sudah waktunya kamu harus tau ini."

Ucapan Papa sontak membuat gue bungkam dan mengeryit bingung. Gue harus tahu apa? Apa selama ini ada rahasia besar yang belum gue ketahui?

"Ini," seru Papa sambil menyerahkan sebuah foto. Foto seorang wanita cantik yang terlihat sangat anggun walaupun hanya memakai pakaian casual itu.

Terlihat backround di foto itu memperlihatkan pemandangan rerumputan hijau yang benar-benar masih sangat terlihat asri. Gue tahu tempat ini, karena saat SMA, gue pernah berlibur ke sana bersama dengan Kak Sica. Foto ini diambil di Pulau Jeju, gue sangat yakin seratus persen dengan itu.

Gue mengeryit bingung. "Siapa ini, Pa?"

Papa menunduk sebentar lalu kembali mendongak menatap gue. "Namanya Im Seoyeon. Dia..." Papa menggantungkan kalimatnya yang semakin membuat gue menatap Papa dengan penasaran. "Dia ibu kandungmu."

Tubuh gue membeku seketika mendengar fakta ini. Jadi benar apa yang dikatakan Mama kalau gue bukan anaknya? Dan ini, wanita di foto ini adalah ibu kandung gue sendiri?

Gue tatap Papa untuk meminta kepastian lagi, namun Papa justru malah menatap gue dengan wajah seriusnya menandakan Papa tidak berbohong tentang ini.

Tes!

Gue menangis lagi. Entah kenapa gue menangis lagi. Gue benar-benar syok mengetahui fakta ini. Pantas saja selama ini Mama selalu membenci gue, karena nyatanya gue memang benar-benar tak pernah terlahir dari rahimnya.

"Lalu, di mana ibu kandungku sekarang?" tanya gue sambil melirik Papa sekilas lalu kembali mengelus wajah ibu kandung gue di foto itu.

"Dia udah nggak ada sayang...," ucap Papa pelan.

Renata Keyla ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang