Gue berdiri di balkon sambil merentangkan tangan untuk menghirup udara segar dipagi hari. Gue menunduk ke arah bawah sambil sesekali menguap karena baru saja bangun tidur. Betapa terkejutnya gue ketika mendapati Devin kini tengah melambaikan tangannya ke arah gue.
“Woi! Ngapain lo di sini?” tanya gue dengan sedikit berteriak supaya Devin dapat mendengarnya, karena posisi gue sekarang masih di balkon kamar yang berada di lantai dua. Jelas gue kaget ketika melihat Devin di sini. Ini masih pagi, mau apa Devin sepagi ini datang ke rumah gue.
“Udah cepetan mandi gih, gue tunggu di bawah!” balas Devin tak kalah berteriak lalu segera memasuki rumah gue.
Akhirnya mau tak mau gue langsung mandi menuruti perintah Devin. Bukan menuruti juga sih, kebetulan hari ini gue ada kelas pagi. Masa iya gue berangkat ke kampus nggak mandi dulu. Bagaimana reaksi fans gue nanti kalau melihat penampilan dekil gue?
Setelah selesai mandi dan semacamnya, gue langsung turun ke bawah menemui Devin. “Di mana Yuna?” tanya gue karena gue tidak melihat keberadaan Yuna saat ini.
“Pulang dulu katanya,” jawab Devin sambil menyantap roti yang ada di hadapannya.
Gue mendengus. “Gaya lo! Kaya lagi di rumah sendiri aja,” gerutu gue sambil ikut menyambar roti berselai yang sudah Devin buat.
Devin berdecak pelan. “Nanti juga ini jadi rumah gue.”
Gue terkekeh pelan mendengar ucapannya. “Oh ya?” ejek gue. “Lo mau ngelamar jadi tukang kebun rumah gue biar bisa tinggal di sini?”
Mendengar ucapan gue, Devin langsung menoyor kepala gue. “Bukan itu maksud gue!”
Gue mendelik sebal. “Ya terus apa?”
Terlihat Devin menghela nafas pelan. “Susah kalo ngomong sama jomblo akut. Gue ngode, dia gak peka.”
“Bodo ah!” cibir gue lalu langsung menyeruput segelas susu di hadapan gue.
***
Gue hanya terdiam ketika Devin memasangkan helm di kepala gue. Setelah selesai memasangkannya, gue langsung beranjak menaiki motor sport milik Devin.
“Lo ada kelas hari ini?” tanya gue ke Devin ketika Devin mulai menjalankan motornya. Jelas lah gue tanya hal itu, soalnya setahu gue Devin tidak ada kelas hari ini. Jadi, kenapa juga dia harus repot-repot ke kampus kalau tidak ada kelas.
Tapi gue heran sama diri gue sendiri. Kok bisa ya gue tahu jadwal kelas Devin, sementara jadwal kelas gue sendiri, gue sering lupa. Aneh memang! Otak gue terkadang sedikit tidak waras.
“Gue gak ada kelas hari ini,” jawab Devin.
“Terus ngapain ngampus? Cuma nganter gue doang?”
“Nggak,” jawab Devin lagi.
Gue mengerutkan kening menatap Devin dengan pandangan heran. Terus? Mau apa dia ke kampus kalau bukan cuma mengantar gue?
“Terus ngapain?” tanya gue lagi.
“Ajak lo jalan,” jawab Devin sedikit berteriak supaya gue bisa mendengarnya.
“Kapan?”
“Sekarang lah!”
Jawaban Devin sukses membuat mata gue membulat. Dia gila apa? Masa iya dia mau ajak gue jalan sewaktu gue ada kelas seperti ini? Dan gue semakin dibuat terkejut ketika melihat Devin membelokkan motornya menuju jalan yang berbeda dengan arah kampus.
“Woi lo gila! Gue ada kelas hari ini!” teriak gue sambil memukul pelan bahunya.
“Ya elah! Bukan kelasnya Pak botak ini kan?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Renata Keyla ✔
Novela Juvenil[Squad Series 1 - Completed√] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Na...