Prolog
Aku tahu ini terlalu lama, namun entah kenapa aku tidak bisa mengatakannya.
Banyak kata yang ingin ku ungkapkan padanya, tapi tak bisa.
Aku terlalu takut dengan kenyataan. Aku takut dia menolak ku, dan kemudian menjauhiku.
Hingga akhirnya semua kata ini hanya bisa ku tahan di ujung lidahku, dan kembali ku telan dan ku simpan dalam belantara hatiku.
Dia... Terlalu berharga untukku. Dan mungkin selamanya kata ini tak akan tersampaikan, hanya untuk menahannya agar dia tetap berada di sampingku.
Sampai waktunya tiba, dan aku tak tahu kapan. Hanya saja aku akan tetap bersamanya. Apapun ke-adaannya. Hanya dengannya, hanya dia...
My Dear Sonia...
***
Satu.Dia memang penantang yang sempurna, pemain yang hebat. Dia memang terlahir untuk itu
***
"Kalau lo bisa bikin rangking si Bara turun. Gue kasih nomer Kakak Gue sama lo. Gimana?"
Sonia tersenyum mengejek. Sahabatnya itu pasti bercanda--memberi tantangan semudah itu. Tentu saja ia pasti bisa. Jangan sebut namanya Sonia Crescensia Wijaya kalau ia tidak bisa mengalahkan cecunguk seperti Bara.
"Ok, deal! Lo bakal nyesel udah ngasih tantangan itu sama gue. Gue pastiin. Si Bara-Bara itu bakal kalah, tahun ini. Lo yang bakal dapet rangking pertama. Lihat aja!"
Ancam Sonia, ia memang sudah lama mengejar--Darel Adyatma Prajasa--dia adalah Kakaknya Lintang, sahabatnya. Ia kelas Xll, lelaki tampan yang telah lama menjadi incarannya. Sebenarnya Darel kembar dengan Lintang. Tapi--karena Darel mengikuti program akselerasi--jadinya ia sudah kelas Xll--saat ini.
"Ok, gue tunggu janji lo. Tapi, kalau lo enggak mampu, gue akan combalingin Kakak Gue sama Kak Arsy, teman sekelasnya Kakak Gue. Diakan cantik. baik lagi, enggak nakal kaya lo!" Sembur Lintang, membuat Sonia melayangkan jitakannya.
"Ikhh, sialan! Sakit. Heran gue sama lo! Tante Misya itu, baik, cantik. Eh, elo! Bawel, nakal, terus tuh tangan tukang jitak. Masya Alloh! Botak lama-lama kepala gue!" Rutuk Lintang penuh nafsu.
"Lo emang jahat banget sama gue, Tang. Lo itu sahabat gue, malah mau comblangin Kak Darel sama si kuntilanak Arsy itu. Jelas-jelas gue sahabat lo!"
"Rugi gue kasih Kakak Gue sama lo! Nanti kalau lo jadian sama dia, gue takut, gue di jadiin babu sama lo!" Tukas Lintang, mengusap kepalanya yang panas--akibat ulah tangan usilnya Sonia.
"Serah, pokoknya nih ya. Lo lihat, Ulangan nanti. Si Bara bakal turun nilainya!"
"Udah jangan bacot terus, tuh lihat! Calon korban lo sudah di pintu, sebaiknya lo siapin strateginya!"Lintang menatap ke arah pintu. Di sana ada cowok tampan--berekspresi datar, dengan tatapan dingin ke dalam ruangan kelas.
Sonia menatap laki-laki tersebut. Dia adalah tetangganya. Bahkan keluarga mereka sangat dekat. Mereka selalu makan malam bersama setiap malam Minggu. Bahkan sampai saat ini.
"Kenapa? Takut lo?" Cibir Lintang, Sonia mendengus. Rupanya sahabatnya itu benar-benar sedang mencoba merendahkannya.
"Takut? No, no, no. Jangan sebut nama gue Sonia, kalau gue enggak bisa ngelakuin tantangan ini!" Sejenak Sonia menatap lagi, wajah tampan, yang kini mulai duduk di bangkunya itu. Bisa enggak ya gue?_ tanya gadis itu pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Sonia (Sudah Tersedia Versi Ebook Di Google Play)
Teen Fiction(silahkan folow dulu) Bukan teman rasa pacar, ataupun sebaliknya. Bukan pula kisah kasih romantisme anak remaja seperti biasanya. Namun lebih dari itu. Ini tentang dua hati yang tak bisa saling mengungkapkan. Dan kesalah pahaman yang tidak kunjung...