Dua puluh dua

2.1K 226 17
                                    

Tolong bantu review, saya sedang up date maraton.
.
.
.
***

"Aku pikir aku bisa melihat seseorang yang aku cintai bahagia dengan yang lain. Tapi aku salah, aku sakit. Dan aku terluka. Hingga akhirnya aku pasrah melepaskanmu"

***

Sudah dua hari ini Sonia meriang. Entah kenapa badannya terasa demam--hingga hari ini. Ia tidak berangkat sekolah. Misya yang merasa cemas. Akhirnya ia tidak berangkat kerja. Ia khawatir, karena Sonia tidak pernah sakit seperti ini. Apalagi sampai tidak berangkat sekolah. Biasanya kalau cuma panas sedikit, Sonia pasti berangkat ke sekolah.

"Kamu kenapa hem?". Misya melihat, kalau putrinya itu seperti bukan sakit biasa saja. Ada yang sedang Sonia pikirkan. Hingga membuatnya setres seperti ini.

Sonia menggeleng,"enggak apa-apa Mah. Sonia cuma demam".

"Mau Mamah panggilin Bara?". Sonia menggeleng cepat. Ia tidak mau bertengkar lagi dengan Darel. Karena sebelum ia sakit. Darel memarahinya di UKS. Ketika Sonia ber-interaksi dengan Bara.

"Kenapa?". Tanya Misya heran. Karena biasanya, kalau putrinya sedang sakit. Sonia selalu meminta Bara untuk menemaninya.

"Sonia enggak mau Kak Darel marah. Sonia enggak mau melihat mereka bertengkar. Tolong jangan panggilin Bara ya Mah..."

Tatapan Sonia membuat Misya menarik napas dalam. Putrinya sedang dalam dilema, dan setres karena tertekan oleh masalahnya yang sebenarnya hanyalah masalah remaja biasa.

"Kalau kamu ngerasa hubungan kamu sama Darel terlalu mengekang kamu. Lebih baik kamu lepaskan aja!". Misya mengusap kepala Sonia lembut

"Enggak Mah, Sonia suka Kak Darel. Sonia juga udah janji sama Lintang. Sonia enggak akan nyakitin dia. Sonia baik-baik aja Mah".

"Terserah kamu aja, tapi hubungan kalian masih bisa di ubah. Langkah kalian masih jauh. Kamu masih punya banyak pilihan untuk masa depan kamu. Dan itu bukan cuma Darel. Pastikan pilihan kamu yang terbaik."

Misya beranjak. Sonia memejamkan erat ke-dua matanya. Kepalanya terasa amat berat. Sebenarnya ia memang sedang setres. Ia merasa Darel terlalu menekan dirinya. Darel juga sampai Mengganti nomernya--hanya untuk menjauhkan Sonia dari Bara.

Hingga Sonia tak bisa tidur malam. Kemudian ia masuk angin. Dan jatuh sakit seperti ini. Dalam hati kecilnya ia terus memanggil Bara, ia ingin bertemu dengan Bara. Ia amat merindukannya.

Tapi Sonia sudah berjanji. Ia tidak akan menemui Bara atau menyapanya ketika mereka bertemu di manapun.

Bara...

Padahal mereka dekat. Rumahnya pun bersampingan. Tapi kenapa rasanya seperti berbeda negara saja.

Suhu badannya semakin terasa panas. Gadis itu terisak, kenapa rasanya se-berat ini. Apakah yang di katakan Mamahnya benar, kalau yang ia butuhkan Bara bukan Darel.

***

Bara sedang belajar di kamarnya, namun tiba-tiba Mamahnya mengetuk pintu kamarnya.

"Iya Mah," sahut Bara.

"Kamu enggak mau nengok Sonia, dia sakit!". Bara kaget, ia benar-benar tidak tahu kalau Sonia sakit. Ia pikir, Sonia tidak sekolah tapi--karena gadis itu membolos.

Tanpa berkata apa-apa, Bara segera beranjak. Ia ingin menemui Sonianya. Ia menuruni tangga seperti di kejar maling saja. Membuat Syila--sang Mamah, menggeleng geli.

Sesampainya di depan kamar Sonia. Ia perlahan membuka pintu dan berjalan begitu hati-hati. Ia mencelos, ketika melihat gadis itu terbaring lemah.

"Sonia..." Panggilnya sangat pelan.

Ia menempelkan punggung tangannya di-atas kening gadis itu. Ia cukup terhenyak. Karena suhunya terasa panas.

"Na..." Panggilnya lagi. Perlahan Sonia membuka ke-dua matanya. Entah apa yang terjadi, gadis itu menarik dirinya dan memeluknya erat. Bara yang belum siap, ia kehilangan keseimbangan nya. Sehingga jatuh ke-atas tubuh gadis itu.

Itu terjadi bersamaan dengan seseorang berdiri di pintu. Ia segera menarik Bara, dan menonjoknya kasar. "Apa yang lo lakuin hah!". Teriak marah Darel.

Bara yang memang tidak merasa melakukan kesalahan apa-apa. Ia terdiam, mengusap sudut bibirnya yang pecah.

Sonia yang melihat itu sontak kaget, melihat Bara di pukul seperti itu."Kak... jangan! Please hentiin! Bara gak sengaja tadi Kak. Kakak salah paham!". Sonia berusaha bangun, meski kepalanya terasa berat.

Darel segera menghampiri Sonia yang hampir turun dari atas ranjangnya. "Kamu istirahat ya..."

Sonia menggeleng. "Kakak jangan pukul Bara, Kakak enggak boleh pukul Bara..." Gadis itu menangis. Membuat Darel merasa bersalah. Ia segera memeluk Sonia lembut. "Kamu istirahat ya..."

Melihat pemandangan itu, Bara tertegun. Melihat Sonia menangis seperti itu. Ia merasa hatinya hancur. Perlahan tapi pasti ia mundur, menjauh. Dan pergi.

"Bara..." Lirih Sonia, tapi Darel memeluknya erat. Menenangkannya.

"Kakak enggak boleh kaya gitu lagi..." Sonia meraung di pelukan Darel. Membuat Darel mengeratkan pelukannya. Ia merasa bersalah. Karena dirinya--Sonia menangis seperti ini.

"Iya... Kakak janji. Tapi kamu juga harus janji. Kamu enggak boleh deket-deket sama Bara. Ya..."

Sonia tak menjawab. Ia hanya mengangguk dengan isak tangisnya yang menyesakkan.

                Bara berdiri termenung di balkon rumahnya. Menatap langit yang perlahan senja. Kejadian barusan membuatnya berpikir. Kalau sudah saatnya ia melepas Sonia. Ia harus memberikan Sonia waktu bersama Darel.

Sudah saatnya Bara melepas masalalu, karena se-indah apapun masa itu. Ia tetap akan berlalu dan melupakan dirinya. Ia mencintai Sonia, sangat. Tapi ia tidak akan tega jika setiap kali mereka bertemu. Gadis itu menangis karena dirinya.

Maaf Sonia... Gue harus pergi__Bara yakin, inilah yang terbaik.

***

"Kamu yakin?" Pertanyaan Dewa, ia kaget. Ketika Bara berkata, bahwa ia ingin pindah sekolah.

Bara mengangguk, "iya Pah. Bara ingin pindah." Jawabnya lesu.

"Kenapa? Kamu ada masalah?" tanya Dewa, karena setahunya. Bara memang tidak ada masalah dengan sekolahnya.

Bara menggeleng lagi. "Enggak ada Pah. Bara ingin pindah aja."

Sejenak Dewa berpikir. Kemudian menatap Bara. "Apa ini karena Sonia?"

Deg!

Bara menarik napas panjang, seperti ada beban yang harus ia keluarkan.

"Iya, Bara harus melepaskannya!"

Tbc...

My Dear Sonia (Sudah Tersedia Versi Ebook Di Google Play)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang