"Mau kemana anak Mamah udah cantik, hem?" Misya menghampiri Sonia di kamarnya. Gadis itu sedang berdandan dengan begitu semangat.
Bukan hari ini saja, sekarang Sonia lebih sering pergi keluar setiap malamnya. Meski hanya sebentar saja. Karena Arkhan tidak mengijinkannya pergi melewati jam delapan malam.
"Bentar ya maaahhh. Bentaaar aja," rengeknya.
"Tapi malam ini kita mau makan malem bareng Om Dewa. Kamu lupa, setiap malam Minggu kan kita makan bareng!" Misya duduk di kursi di samping anak gadisnya.
Sejenak Sonia terdiam---menatap dirinya di dalam cermin. Kemudian menatap Mamahnya.
"Kalau Sonia enggak ikut, gak apa-apa kan?"
Misya mengusap lembut puncak kepala putrinya tersebut." Kamu boleh berteman dengan siapapun. Tapi tidak melupakan keluarganya sendiri. Bara, Om Dewa, dan Tante Syila. Adalah keluarga kita di sini. Kita enggak punya siapa-siapa selain mereka.". Sejenak Misya menarik napas panjang. Ia berdiri dari duduknya, berjalan menatap photo yang terpasang di dinding tembok kamarnya Sonia.
Di sana ada mereka ber-enam. Misya, Ardhan, Syila, Dewa, Sonia dan Bara. Di photo itu Sonia dan Bara masih ber-usia sepuluh tahun. Mereka seperti adik-kakak yang saling menyayangi.
Misya memang tidak punya keluarga. Ia dan Ardhan menikah tanpa restu dari ke-dua orang tuanya. Sehingga mereka berdua kabur. Dan tinggal di sana. Kebetulan mereka bertemu Syila, dan di situlah mereka akrab. Syila dan Misya---mereka saling menolong, dan saling mendukung.
Misya menganggap Syila seperti adiknya. Begitu juga Syila, ia menganggap Misya seperti Kakaknya.
Perlahan Misya mengambil photo tersebut, dan memperlihatkannya pada Sonia. "Ini keluarga kita sayang, apapun kesibukan kamu. Kamu enggak boleh lupain mereka." Misya duduk di samping Sonia.
"Kamu tahu, kemarin malam. Om Dewa tanyain kamu. Katanya kangen sama kamu, Tante Syila juga nanyain kamu. Emang kamu enggak kangen sama mereka?". Sonia menunduk, ia memang sudah hampir seminggu ini sering pergi bersama Darel. Hingga ia jarang ikut kumpul bersama mereka.
"Hari ini... Kamu ikut ya, kita makan malam."
Misya merangkul putrinya tersebut. Dan memeluknya hangat. Ia tahu, anaknya sedang mengalami fase remaja yang sedang jatuh cinta. Yang selalu tak mau kehilangan moment untuk bertemu sang pacar. Tapi sebagai seorang ibu, Misya mulai merasa cemas.
Misya sering melihat, Sonia berangkat Sekolah sangat pagi. Namun pulang kadang telat. Malam harinya gadis itu juga sering keluar. Meski hanya sebentar saja. Misya bukan ingin membatasi atau mengekang Sonia. Tapi Misya, ingin putrinya selalu berada di rumah. Kalaupun punya pacar, Misya ingin pacarnya itu main di rumahnya saja. Tidak usah mengajaknya keluar. Sehingga Misya bisa melihat dan mengontrol Sonia.
Misya tidak mau, apa yang telah terjadi padanya. Terjadi pula pada putrinya. Misya pernah khilap bersama Arkhan. Dan kejadian itu membuat ke-dua orang tua Misya dan ke-dua orang tua Arkhan---tidak menyetujui hubungan mereka. Karena Misya hamil di luar nikah.
Beruntung, Arkhan memang sangat mencintai Misya. Ia rela meninggalkan keluarganya demi Misya. Sedangkan Sonia... Misya takut! karena tidak semua laki-laki sebaik dan se-setia Arkhan padanya.
"Mamah mohon sayang, ikut yaaa... Malam ini kita bakal makan di luar lho!" Ajak Misya lagi. Sejenak Sonia berpikir. Kemudian ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Sonia (Sudah Tersedia Versi Ebook Di Google Play)
Teen Fiction(silahkan folow dulu) Bukan teman rasa pacar, ataupun sebaliknya. Bukan pula kisah kasih romantisme anak remaja seperti biasanya. Namun lebih dari itu. Ini tentang dua hati yang tak bisa saling mengungkapkan. Dan kesalah pahaman yang tidak kunjung...