Rasa sukaku adalah dengan melindungimu dan membuatmu menjadi berharga. Jangan khawatir, tak kau balaspun aku tak akan menagihnya
***
Sonia berlari ke kelasnya dengan jantungnya yang berdegup kencang. Sialan! Apa maksud Kak Darel mau pergi. Diakan sama sekali enggak ada janji. Oh... Ini pasti pengalihan. Ia pasti. Sonia yakin banget. Kalau Kak Darel itu, sama sekali enggak ada niatan buat pergi dengannya. Waduh! Jadi apa dong, alasan Kak Darel bilang kaya gitu. Pelarian? Wah menyebalkan!
"Kenapa lo?"Bara berdiri dari duduknya, dan menghampiri Sonia. "Siapa yang ngejar lo?" tambahnya.
Sonia memutar kedua bola matanya jengah. Kenapa juga laki-laki itu so perhatian. Lihat! Dia sekarang menatapnya lamat-lamat dari ujung kaki sampe ujung kepala. "Apaan sih lo?" Sonia mendorongnya.
"Lo kaya orang gila! Baju lo kotor! Rambut lo acak-acakan. Lo niat sekolah enggak sih?"
Sonia mendengus,"bukan urusan lo! Sebaiknya lo jaga jarak dari gue!". Sonia hendak pergi, namun Bara meraih tangannya, dan membawa gadis itu keluar kelas.
"Ihh, Bara! Apaan sih? Lepasin gue!"
Teriakkan gadis itu tak sedikitpun membuat Bara melepaskan tangannya. Ia malah mempercepat langkahnya ke-arah koperasi membuat murid yang berlalu lalang di koridor bertanya-tanya.
"Gue yakin! Si pembuat onar itu bikin ulah lagi. Makanya si Bara kesel!"
"Tuhkan! Si Queen onar itu emang harus di gituin. Biar mikir sekali-sekali. Bikin berisik aja!"
"Kalau di lihat-lihat. Si Bara itu kayanya kesel banget sama si Onar!"
"Syukurin! Dasar cewek tukang onar!"
"Bara ih, tangan gue sakit!" Keluh Sonia, setelah mereka ber-dua tepat berada di depan koperasi.
"Ada apa Nak Bara?" Ibu penjaga koperasi sudah hapal dengan wajah Bara. Ia murid terbaik, dengan prestasi tinggi.
"Ini Bu, Carikan seragam putih buat si Onar! Sekalian nama sama tempelan lainnya." Tunjuk Bara pada kening Sonia. Hingga gadis itu mundur beberapa langkah.
"Apaan sih!"Sonia mendorong telunjuknya Bara yang menempel di keningnya.
"Diem! Masuk cepetan!" Bara menatap tajam. Menyuruh gadis itu masuk ke ruang koperasi. Untuk mengganti pakaiannya yang memang sangat kotor.
"Gue enggak mau!" Sonia hendak pergi, tapi sekali lagi Bara mendapatkan tangannya. Menarik gadis itu hingga bertabrakan dengan dadanya.
"Ini terakhir kali gue nolongin lo! Sadar diri coba! Lo enggak kasihan sama kedua orang tua lo!" Tatapan teduh Bara, membuat gadis itu menegang di tempatnya. Tapi bukan itu saja. Dekapan hangat Bara... waduh! Sonia lupa kalau posisinya sekarang...
"Eh, lo lepasin gue!" Sonia mendorong dada laki-laki itu dengan kuat.
"Gue lepasin asal lo ganti baju! Enggak ada penolakkan!"
Sonia mendengus kesal, kenapa juga si Bara sialan ini selalu saja ikut campur urusannya. Harusnya biarin aja, mau Sonia berantakan, mau Sonia kaya orang gila. Ngapain sih ikut peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Sonia (Sudah Tersedia Versi Ebook Di Google Play)
Novela Juvenil(silahkan folow dulu) Bukan teman rasa pacar, ataupun sebaliknya. Bukan pula kisah kasih romantisme anak remaja seperti biasanya. Namun lebih dari itu. Ini tentang dua hati yang tak bisa saling mengungkapkan. Dan kesalah pahaman yang tidak kunjung...