Dua belas

2.3K 216 43
                                    

Jangan lupa buat cek typo ya sayangkuh💋 n komen yang seru, biar akunya semangaaaattt...
.
.
.

***

"Kak...".

Sonia perlahan membuka kedua matanya. Dan di sana ia melihat Darel yang sedang duduk di kursi--di samping ranjang UKS yang sedang di tiduri gadis itu.

Darel tersenyum. "Lo gak apa-apa kan? Ada yang sakit?" . Darel terlihat cemas. Memeriksa tubuh gadis itu.

Sonia menggeleng, "enggak apa-apa Kak? Makasih ya?". Sonia terlihat sumringah. Bagaimana tidak, kalau gebetannya ini menyelamatkan dirinya, bahkan menunggunya sampai tersadar.

Darrel mengangguk pelan, "kalau gitu, ini teh hangatnya minum dulu, biar kamu lebih enak kan.".

Wah! Benar-benar perhatian, sudah di selamatkan di kasih teh hangat pula. Darrel ini benar-benar seorang pangeran. Sonia menunduk malu dengan wajahnya yang memerah.

Sumpah! Gue seneng banget

Dengan perlahan, Sonia menyesap teh hangatnya.

"Gue ke kelas dulu, lo udah beneran udah gak pusingkan?". Sekali lagi Darrel memastikan kalau Sonia baik-baik saja. Sonia mengangguk pelan, dengan tatapan berbinar. Darrel benar-benar terlihat khawatir padanya. Ingin rasanya Sonia berjingkrak sepuasnya.

"Ok, gue ke kelas dulu ya. Lo istirahat aja!" Darel mengusap puncak kepalanya. Kemudian pergi.

Mengusap puncak kepalanya? Lagi?

Ya ampuunnn, kalau di hitung-hitung sebulan ini, Darel udah berapa kali mengusap puncak kepalanya. Duh! Andai saja ia waktu itu mendokumentasikannya. Si bar-bar Leandra--pasti keki.

Sonia senyum sendiri jadinya, apa lain kali ia menyuruh Lintang buat mengambil photo ketika Darel mengusap kepalanya, atau sedang ngobrol dengannya? Ah, ide yang bagus. Kapan lagi ia bisa membuat si bar-bar itu kesal.

Perlahan Sonia turun dari atas ranjang UKS. Dan beranjak menuju ke kelasnya. Rasanya ia mulai enakkan kepalanya juga udah enggak pusing. Jadi.

Suasana di koridor sudah terlihat sepi, semua murid sudah masuk ke ruangannya masing-masing. Sonia berjalan santai, dengan sebelah tangannya menepi di dinding koridor. Seperti ia sedang merasakan hawa sejuk yang terdapat di tembok tersebut.

Bibirnya terus menyunggingkan senyum. Ketika ia mengingat perlakukan lembut Darel tadi di ruang UKS.

Enggak sia-sia gue tertimpa bola!

Benar-benar pikiran yang konyol. Mentang-mentang yang nolong si gebetan ganteng, ia malah merasa bersyukur tertimpa bola. Coba aja kalau yang nolong si tukang kebun yang bau keringat, dan buruk rupa. Apakah Sonia akan bersyukur tertimpa bola?

Ihss, mengingatnya Sonia bergidik sendiri. Ah, dasar Sonia. Lagian ngapain juga ia mikirin tukang kebun. Emang dasar otaknya, kadang absurd.

Bodo amat!__Gadis itu sibuk sendiri, bahagia sendiri, dan bergidik sendiri.

Dari kejauhan seseorang tersenyum menatapnya. Ia tak menyesal melakukan ini, Sonia-nya terlihat bahagia. Meski ia tak yakin akan membuat hubungannya baik seperti dulu. Tapi minimal, ia bisa merasa bahagia, ketika melihat kedua mata itu berbinar. Dengan senyuman di ke-dua bibirnya.

Syukur deh, kalau lo se-senang itu...__Laki-laki tersebut segera pergi. Ia  masuk ke dalam kelasnya. Karena ia yakin, gadis itu juga akan segera sampai ke dalam kelasnya tersebut.

***

"Lin, mana dong nomernya Kakak lo?". Sepulang sekolah, Sonia dan Lintang pulang bersama. Rencananya mereka akan pergi nonton.

My Dear Sonia (Sudah Tersedia Versi Ebook Di Google Play)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang