[3] •Harapan•

1.4K 63 28
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Penjelasan bagi yang belum tahu.

Akhwat=perempuan
Ikhwan=laki-laki
Anti=kamu (untuk perempuan)
Ana=Saya
Ukhty= saudara perempuan ku.
Ummi=ibu ku
Abi= Ayah ku

Happy reading ^^

-
-
-

"Ummi kenapa menangis?" Iris hitam itu menatap ibunya yang mengeluarkan setetes demi setetes bulir-bulir bening. cukup membasahi kelopak mata yang malai sayu termakan usia.

"Eh, anak Ummi," ibu Isla menyeka air matanya. "Sudah selesai murojaahnya, Nak?" Ucap ibu Isla dengan suara sangat lembut.

"Sudah. Ummi kenapa menangis?" Pertanyaannya tak terbalaskan membuat Isla bertanya untuk kedua kalinya.

Ibunya hanya tersenyum, dan mencoba menyeka air matanya yang terus mendesak ingin keluar.

"Ummi lupa hafalan Ummi lagi ya?"

"Iya, Sayang. Ummi sudah semakin tua, banyak pikiran, semakin susah memperkuat hafalan." Ibu Isla mengelus pipi anaknya dengan lembut.

"Ummi pingin masuk surga dengan hafalan Ummi?"

Ibunya mengangguk.

"Jangan sedih Ummi, kan masih ada Isla." Isla mengerjap.

"Nanti Isla khatamin Al-Qur'an. Terus diakhirat, Isla kasih ummi mahkota. Ummi jadi masuk surga yang paling tinggi bareng-bareng sama Isla, sama kak Attar, kak Ilyas, Kak Zayyan, sama Abi juga." Isla berbicara dengan semangat khas anak-anak.

Padahal saat itu Isla sudah menginjak 13 tahun, namun kepolosan dan ke-imutan Isla tak mencerminkan bahwa ia sudah menginjak jenjang SMP.

***

Isla menatap luar jendela sambil bersandar di kasur. Menatap sang Surya yang masih setia memancarkan cahaya dengan teriknya, padahal hari sudah mendekati waktu ashar.

Isla baru saja bernostalgia memikirkan masa lalunya, masa lalu yang menyenangkan tanpa diperbudak oleh gadged. Masa lalu yang hanya memikirkan tentang belajar dan akhirat, masa lalu yang penuh kepolosan, dan tidak mengerti tentang kejam dan begitu banyaknya maksiat di dunia.

"Khatamin Al-Qur'an huh? Aku bahkan lupa sebagian besar hafalan Al-Qur'an ku." Batin Isla sambil merenung. Wajahnya menyiratkan bahwa ia tengah berada dalam kesedihan juga penyesalan.

"Dek, kamu menangis?" Tanpa disadari Isla, Ilyas ternyata telah berada di dekatnya. Isla memang sedang di kamar Ilyas.

Isla sedikit terkejut, ditanya seperti itu, Ia malah menutup wajahnya dengan bantal. Menunduk di atas kedua lututnya.

Ilyas naik ke atas kasur, lalu memegang kedua bahu Isla.

"Jangan kelihatan sedih seperti ini. Attar lagi jemput Ummi, sama Abi di Bandara. Bukannya kamu nggak mau kelihatan sedih di depan Ummi?" Ilyas coba menenangkan.

"Cerita sama kakak sini, ada apa?"

Isla diam sejenak.

"Isla pingin khatamin Al-Qur'an, tapi susah Kak," sesenggukan terdengar dari bibir mungil Isla.

"Memang cukup hanya ditangisin? Ya udah nangis aja, nanti khatam sendiri."

"Bukan begitu! Ish!" Isla melempar bantal ke arah Ilyas. Kakak yang satu itu memang sedikit menyebalkan jika Isla mencurahkan isi hatinya.

Ada Cinta di Jalan HidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang