بسم الله الرحمن الرحيم
-
-
-
Aku ingin mencintaimu karena agamamu.
Aku ingin menyayangimu karena akhlakmu.
Aku ingin bersamamu karena Allah, maka terimalah aku karenaNya.
Kekuranganku adalah pelengkapmu. Aku, dan kamu kita saling melengkapi.📝♥️📝
Isla tahu ini, pernikahan memang tak semudah yang dibayangkan, kebiasaannya pun banyak yang harus dirubah, seperti pagi hari yang biasanya sudah terhidang makanan, kini ia yang harus menyiapkan, dan lain-lain seperti pada umumnya, soal pernikahan mungkin yang dipikirkan adalah gambaran-gambaran indah, senang rasanya memiliki soulmate yang menemani hidup bersama, namun tak selamanya kehidupan pernikahan hanya berisi pelangi dan kupu-kupu, pasti suatu saat akan ada badai menerpa dan disitulah tantangannya.
Kini Abri sedang menatap Isla dengan tatapan datar, sebab Isla selalu salah ketika Abri menguji bacaan arti Al-Qur'an seperempat juznya. Itu karena Isla lebih sering dibimbing menghafal bacaan Al-Qur'an tidak dengan arti. Maksudnya tentu saja ia membaca arti Al-Qur'an, namun tidak disertai menghafal.
"Butuh waktu Kak, masa menghafal arti seperempat juz hanya dikasih waktu seperempat jam?" Isla protes.
"Pahami, hanya pahami. Bukan dihafal semua."
"Ya kalau dipahami ada beberapa yang harus dihafal dong."
"Okay-okay." Abri tak kuasa menahan tawanya yang sejak tadi sangat ingin ia lakukan melihat Isla terus saja protes. Abri juga tahu cara mendidik, namun sekarang ia hanya ingin menguji bagaimana kemampuan istrinya itu. Akhirnya Abri memberikan Isla waktu untuk menghafal lagi, dengan susah payah Isla terus berusaha, dan akhirnya usahanya tak mengkhianati hasil.
"Yes!! Betul semua!" Isla sangat bahagia, dan tingkahnya itu membuat Abri tersenyum tipis.
🍃🍃🍃
Sekarang sudah jam setengah 6, Isla baru saja selesai mandi dan mencuci bajunya juga baju Abri. Mencuci baju bagi Isla jadi menyenangkan, mungkin karena itu pertama kalinya ia mencuci baju pasangannya. Setelah menjemur baju, Isla pun berjalan menuju dapur, terlihat Abri yang tengah menyiapkan bahan-bahan masakan, tadi ia bilang akan membantu Isla memasak. Abri terkesan serius, lengan bajunya ia lipat ke atas memperlihatkan sebagian lengannya. Terlihat sangat keren. Namun Isla reflek tertawa keras ketika melihat Abri membuka toples kecil, kemudian membuka isinya sambil mengerutkan dahi, terakhir ia cicipi dan wajahnya menunjukkan ekspresi keasinan yang membuat ngakak.
"Gimana rasanya?" Isla masih ngakak.
"Asin." Abri hanya menjawab singkat kemudian mencuci lidahnya menggunakan air.
"Jelaslah, haha. Aneh-aneh aja." Akhirnya Isla berhasil berhenti dari ketawanya.
"Mau masak apa?" Sebenarnya Abri yang akan memasak, namun shubuh tadi Isla bilang mau memasak untuk Abri, Abri menurut saja.
"Eum sebentar, kakak suka sarapan nasi atau roti?"
"Keduanya."
"Isla mau masak telur gulung sama roti deh. Biar ada dua-duanya, bisa pakai nasi, bisa enggak." Isla nyengir.
"Bolehlah. Simple."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta di Jalan Hidayah
EspiritualIsla Floren yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan akhirnya peka akan sinyal-sinyal HidayahNya. Perlahan hatinya mulai melunak dan sedikit demi sedikit berubah menjadi pribadi yang baik sampai akhirnya bertemu dengan calon imam yang berakhir penghia...