[23] •Kesabaran•

1K 67 37
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Sabar itu tak ada batasnya, jika ada batasnya, itu artinya kamu sudah tidak sabar.
-
-
-

     Isla segera mengangkat teleponnya. Dari Dzakiyyah.

"Assalamualaikum, La. Kamu masuk hari ini?"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh. Iya masuk."

"Lagi dimana sekarang?"

"Lobi."

"Ana temuin anti ya? Soal cream palsu kemarin, cerita La. Ana penasaran."

"Ya udah ke sini aja." Isla menutup telepon sambil menatap datar ke Aileen dan Yeri.

Sambungan terputus.

"Bohong, ciri orang munafik,
Adzab Allah sangat pedih loh." Isla menghela napas sedikit kasar. Yeri dan Aileen diam.

"Jujur gih, jangan memperpanjang masalah!" Isla coba melunak, namun mereka memilih diam karena terdengar suara tawa, dan ramai pertanda murid-murid lain berdatangan untuk sekedar duduk di kursi sekitar situ.

"Islaaaa! Ana sampai lari-lari ke sini! Gimana kabar anti? Eh– hay!" Dzakiyyah salah tingkah melihat Aileen dan Yeri lalu bersalaman.

"Em sepertinya kita pernah bertemu." Dzakiyyah menatap Aileen dengan sumringah, Aileen menelan salivanya.

"Iyakah?" Aileen langsung merutuki dirinya, seharusnya ia tak perlu bilang seperti itu.

"Iya! Waktu itu kamu ikut lihat katalog cream wajah, terus tanya-tanya. Maaf aku lupa tanya namamu." Dzakiyyah masih tersenyum.

"Ngapain nanya katalog cream? Apa dia tau kalau ana mau pesan?" Isla mengernyit.

"Hehe iya, kebetulan ana lagi bicarakan itu."

"Ooh." Isla pun menghela napas.

"Haaaah. Gue pergi dulu. Lain kali kalau mau acting cari naskah yang bener. Jangan bego-bego amat." Yeri menghela napas panjang seperti sudah tahu jika itu perbuatan Aileen, tanpa menatap Aileen sama sekali, Yeri pergi.

"Ada apaan sih?" Dzakiyyah terlihat bingung.

"Nanti aja deh Kiya ceritanya. Ana ada urusan." Isla segera meninggalkan Aileen dan Dzakiyyah. Aileen diam saja, sementara Dzakiyyah mengernyit.

Isla berjalan dengan tergesa mengejar Yeri. Dan ketika ia melihat sosok Yeri yang sedang menaiki anak tangga, Isla pun memanggilnya.

"Yeri! Berhenti sebentar, aku mau bicara." Isla sedikit berteriak, sekitar tangga menuju kelas memang sepi jadi tak masalah. Yeri reflek menahan kakinya untuk tidak berjalan alias berhenti.

"Mau ngapain lagi?" Yeri sangat sinis, Isla meniti tangga dengan terburu-buru sampai ia tepat dihadapan Yeri.

"Aku minta maaf. Nggak seharusnya aku suudzon. Aku minta maaf juga karena perkataan ku silam yang membuat sakit hati. Nggak seharusnya kita marahan selama ini. Semua orang pasti punya salah, dan itu bukan berarti jadi musuh.
Aku minta maaf Yeri. Tolong." Isla menatap wajah Yeri dengan tatapan menyesal, lalu menyodorkan tangan untung berjabat. Lama Yeri menatap tangan Isla.

Ada Cinta di Jalan HidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang