[32] •Allah, Aku Pulang•

1.1K 62 14
                                    

بِسْمِ الله الرحمن الرحيم
-
-
-

"Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan ganti padamu sesuatu yang lebih baik." (Hadits riwayat Ahmad)

***

Hah?

APA?!

Isla melotot kaget.

"Yang bener aja Kak! Mana bisaaa."

"Ekhm, ana akan bersama anti setiap hari insyaAllah, lalu kalau anti satu hari menghafal ¼ juz itu satu bulan sudah bisa dapat 3 juz, dan sisa harinya untuk memantapkan hafalan. Biar mudah, jadi setiap waktu sholat anti menghafal dua muka." Qori' menerangkan.

"Dua juz aja sih Kak. Belum lagi Isla harus setoran hafalan lama." Isla takut-takut menatap Qori' Karena pembawaannya yang tegas.

"Nggak."

"Sebenarnya Isla ingin menyangkal lagi bahwa ia sebentar lagi akan ujian, namun sudahlah. Jangan menyerah sebelum mencoba. Qori' itu lebih tua 5 tahun dari Isla. Pendiriannya tegas dan mirip Abri yang tidak suka memberi toleransi. Dan bedanya Isla masih berani merengek kepada Abri sedangkan sepertinya ia akan sungkan jika mengeluh di depan Qori'.

🍃🍃🍃

Isla menatap Qori' yang sedang memotong kentang menjadi dadu untuk makan malam. Terampil sekali, benar-benar wanita idaman laki-laki menurut Isla.

"Kak, ini hati ayamnya dimasukin ke wajan bareng air?"

"Na'am, seperti direbus."

"Kirain digoreng."

"Oh nggak, biar bumbunya meresap dahulu, nanti digoreng bersama kentang."

"O, okay."

"Bakal pedas banget ya?" Isla memperhatikan cabai yang lumayan banyak.

"Nggak suka pedas kah?"

"Suka kok." Isla tersenyum tipis mengingat Abri yang tak bisa makan pedas, itu membuatnya sangat jarang sekali memasak menggunakan cabai atau semacamnya yang mengandung pedas.

"Sebentar ya Kak." Isla pergi dari dapur ke belakang rumah. Ini pertama kalinya ia ditinggal suami jadi rasanya rindu, belum terbiasa. Isla menatap kolam renang di halaman, lalu tiba-tiba tersenyum mengingat sesuatu.

Ia mulai flashback,

saat itu sore hari Abri sedang berdiri dipinggir kolam menatap bunga-bunga diseberang kolam, melihat itu, otak usil Isla mulai bekerja untuk mendorong Abri ke kolam. Perlahan, ia mengendap mendekati suaminya, baru saja tangannya mengulur untuk mendorong Abri, tiba-tiba Abri menoleh.

"Ngapain?"

"Ah ketahuan!" Isla menepuk jidat sambil memasang wajah cemberut.

"Aah." Abri menggaruk pelipisnya, kemudian menghadap ke kolam lagi.

"Anggap aja ana nggak tau. Dorong gih!" Abri melihat bunga-bunga lagi. Isla tersenyum lebar, lalu menatap punggung Abri sebentar untuk kemudian memeluk Abri. Abri tersenyum tipis, namun senyumnya berubah menjadi terkejut karena Isla benar-benar mendorongnya.

Ada Cinta di Jalan HidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang