بِسْمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّ حِيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Mau curhat sedikit. Ternyata ini biasa aja, nggak bikin deg-degan. Yang dipikirkan sama yang dituangin ke tulisan sangat berbeda.
Bener kata IamBlueRed
Romance itu gak mudah ternyata 😅 ...
Afwan kalau nggak dapat feel-nya.-
-
-Abri terlihat membawa tas ukuran sedang, ia pun menaruh tas itu di lantai dekat meja. Isla memalingkan wajahnya sambil berbicara tak jelas dalam hati.
Canggung sekali. Isla melirik dengan ekor matanya, terlihat Abri yang melepas baju takwanya. Dan sekarang ia menggunakan kaos hitam polos dengan lengan pendek.
Tiba-tiba Abri berjalan mendekati Isla.
Ketika Abri benar-benar sudah dipinggir ranjang, Isla menunduk, memejamkan mata, dan menahan napas.
"Ssst! Ngapain? Nafas aja." Abri tersenyum geli.
"Haah!" Akhirnya Isla kembali bernapas. Isla menunduk, kemudian membalas tatapan Abri, ia coba memberanikan diri.
Lalu Abri mengambil ponsel dari saku celananya, membuka sandi kemudian menyodorkan ponsel itu ke arah Isla membuat Isla mengernyit bingung.
"Nggak berencana simpan nomor ana?" Abri memberikan ponselnya sambil menatap Isla. Isla semakin deg-degan karena gagal fokus, malah melihat bentuk tubuh Abri yang terbentuk karena pakaiannya yang lentur. Apa-apaan, itu bisa membuat ketampanannya semakin berlipat.
"Oh? Iya." Isla menerima ponsel itu dengan tangan berkeringat. Isla pun mencari kontak, namun ia melirik Abri yang memperhatikannya.
"Apa sih?" Hanya itu keluar dari bibir mungil Isla.
"Ya apa?" Abri malah terkekeh.
"Kakak aja yang masukin nomor Isla." Isla beranjak mengambil ponselnya dan memberikan kepada Abri karena ia grogi jika terus diperhatikan. Abri mengangguk, dan menerima ponsel itu kemudian duduk dipinggir ranjang, membuat Isla reflek sedikit bergeser.
Setelah Abri memasukkan nomornya, ia mengembalikan ponsel Isla. Isla pun menerima dengan gemuruh jantung yang tak reda juga. Ketika tangan Isla sudah hampir mengambil ponselnya dari tangan Abri, tiba-tiba Abri menjatuhkan ponsel itu di kasur, membuat Isla jadi memegang tangannya. Abri menatap Isla dengan senyumnya, sedangkan Isla terkejut.
Setelah sadar dengan apa yang terjadi, Isla dengan cepat menarik tangannya dari tangan Abri. Ia memalingkan wajah. Abri sendiri juga sebenarnya grogi namun ia sedang mencoba mencairkan suasana.
"Udah makan malam?" Isla mengangguk.
Hening lagi.
"Ngapain?" Ucap Abri yang melihat Isla beranjak dari kasur.
"Mau ke kamar mandi."
"Oh, bukan buat ngumpet kan?" Abri terkekeh. Isla langsung mengulum senyum karena rencananya ketahuan.
"Hmm, ke kamar mandi sambil pakai kerudung gitu?" Abri mengernyit melihat Isla yang sudah berjalan menuju kamar mandi masih menggunakan kerudung yang sepertinya ia tak berencana melepas kerudung itu. Isla hanya memberikan senyum kotak uniknya lalu berlarian kecil ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Isla hanya memandangi dirinya di depan cermin. Memeriksa wajahnya. Tak ada apa-apa. Lalu ia melepas kerudung dan merapikan rambut panjangnya yang sedikit berantakan. Setelah merenung beberapa menit, Isla pun memberanikan diri keluar kamar mandi tanpa menggunakan kerudung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta di Jalan Hidayah
SpiritualIsla Floren yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan akhirnya peka akan sinyal-sinyal HidayahNya. Perlahan hatinya mulai melunak dan sedikit demi sedikit berubah menjadi pribadi yang baik sampai akhirnya bertemu dengan calon imam yang berakhir penghia...