[14] •Hari Penantian•

1K 63 22
                                    

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi rasa cinta kepada sang pencipta.

Lelaki muslim sejati tak akan menyentuh wanita sebelum menghalalkannya,
Lelaki muslim sejati takkan menyebabkanmu lalai dari menjadi hamba Allah yang baik.

Bukan dia yang datang memberi setangkai bunga sambil berbicara omong kosong tentang cinta, namun dia yang berani datang berjabat tangan dengan orangtua untuk melamar anaknya.

"Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang  keji, dan suatu jalan yang buruk."

Jangan menentang perintah Allah yang akan membuatmu berujung pada penyesalan dan siksa.

#JustReminder

-
-
-

"Isla, ayo dikerjakan tugasnya. Kan sudah kakak terjemahkan semuanya." Attar menyuruh adiknya yang sedang memainkan ponsel agar kembali fokus pada tugasnya.

"Kak Attar aja deh yang ngerjain." Jawab Isla sambil tak acuh.

Isla sedang main di rumah Attar sejak pulang sekolah sampai hampir Maghrib ini.

"Ini mudah soalnya. Ayo kerjakan sekarang!" Attar langsung mengambil ponsel dari tangan Isla.

"Kalau gampang kenapa nggak kakak aja yang kerjain?" Isla mengerucutkan bibir.

"Karena ini bukan tugas kakak, okay? Kakak nggak peduli, kerjakan sekarang!" Attar menggeser buku tugas dan kitab berbahasa Arab ke arah Isla. Mereka duduk di atas karpet.

"Dek Isla. Ini jus strawberry-nya diminum ya biar semangat. Oh ya, sayang mau minum apa? Biar Fatiya buatkan." Fatiya berbicara kepada Isla sekaligus menawarkan minuman kepada suaminya.

"Kak Fatiyaaa, mau elus perutnya lagi." Belum sempat Attar menjawab, Isla sudah mengalihkan pembicaraan, Isla dengan bersemangat langsung mengelus perut Fatiya yang tengah berisi amanah dari Allah. Sudah 3 bulan Fatiya berbadan dua.

"Padahal belum besar banget loh." Fatiya tersenyum.

"Nggakpapa lucu aja pegang perut buncit. Hahaha." Isla nyengir.

"Ayo Isla kerjain dulu PR-nya, dari tadi mengalihkan perhatian terus." Attar menggeret tangan Isla agar segera mengerjakan tugas.

"Iya-iya ish."

"Sayang juga siap-siap sholat Maghrib dulu. Belum mandi juga kan?" Fatiya duduk disamping Attar.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 6 lebih 15 menit." Jawab Fatiya dengan tersenyum.

"Okay-okay, Abi mandi sama sholat dulu, jangan bikin Umi sakit, ya?" Attar tentu saja berbicara kepada anak di perut Fatiya.

"Kebiasaan mandinya jam segini. udah sana mandi gih!" Fatiya memegang pipi Attar.

"Hii lebay deh. Malas lihatnya!" Isla langsung sebal membuat Attar dan Fatiya tertawa pelan. Isla pun segera mengerjakan tugas berbahasa Arab yang telah diterjemahkan kakaknya sejak tadi.

Ada Cinta di Jalan HidayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang