Khawatir

1.5K 204 4
                                    

Hari terakhir ujian kelulusan

Amber Pov

Saat ini aku sedang berlari mencari kamar rawat pasien. Tidak kupedulikan pandangan orang-orang yang menatapku dengan keadaan bajuku yang kusut, rambut berantakan, dan berpeluh keringat. Sambil menggenggam kuat kacamataku yang sedaritadi kupegang karena mengganggu ku saat berlari. Aku berlari menaiki tangga rumah sakit karena lift yang kurasa sangat lambat untuk terbuka.

Masih jelas di ingatanku pagi tadi aku dan kekasihku masih bercanda sepanjang jalan menuju sekolah. Tidak lupa dia mengingatkanku tentang kencan kami setelah ujian hari ini dan aku pun mengiyakan ucapannya.

5 menit sebelum ujian berakhir jantungku seperti berdetak cepat, tiba-tiba ada perasaan aneh saat aku mengingat Aom tapi tidak terlalu kupikirkan karena dia dalam keadaan baik-baik saja.

Ketika aku selesai mengerjakan ujianku, aku bergegas menuju kelasnya seperti biasa untuk menjemputnya tapi kelasnya kosong. Aku segera mengambil handphone ku ditas dan ku liat ada puluhan panggilan tak terjawab dari jane, pei dan ayah Aom.

Aku segera menelpon ayah Aom, dan diangkat!

"Am cepatlah datang ke rumah sakit" nada Ayah Aom bergetar dia seperti ingin menangis. Firasatku buruk, sesuatu terjadi pada Aom.

Aku berlari menuju kelasku dan meminta Henry, kris dan shannon ikut kerumah sakit. Mereka pun langsung bergegas berlari ke arah parkiran sekolah. Aku ingin menaiki motorku tapi tiba-tiba Henry berteriak agar aku ikut dengannya, kris dan shannon karena mereka takut aku tidak fokus dijalan.

Sepanjang jalan aku terus mengoceh tidak jelas karena jalanan siang itu sedikit macet. Sesampainya di rumah sakit aku langsung keluar tanpa menunggu teman-temanku, aku menanyakan ruang perawatan Aom dan segera menuju lift. Sayangnya lift ini membuatku menunggu terlalu lama hingga aku berinisiatif akan berlari ke lantai 5 menggunakan tangga darurat.

Sekarang aku sedang mengatur nafasku didepan pintu kamar rawat kekasihku. Aku menenangkan hati dan pikiranku agar dia tidak sedih melihatku.

Cklek... Aku membuka pintu perlahan. Ku lihat ada 3 orang sedang berdiri berbincang dengannya. Ayah Aom, Jane dan Pei ada disitu mereka menatapku heran, tapi aku langsung beralih menatap Aom yang sudah menggelengkan kepalanya.

"Kami akan keluar sebentar nak" kata Ayah Aom memegang bahuku dan aku menganggukan kepalaku. Aom masih menatapku, aku masih terlihat ngos-ngosan akibat berlari tadi

"Kenapa kau berantakan sekali? Apa lift dirumah sakit ini sangat panas sampai kau basah keringat begini?" tanya Aom sambil mengelap keringat di dahiku. Aku masih saja diam menatapnya sambil mengatur nafasku

"Bagaimana aku bisa tenang meninggalkanmu jika kau seperti ini hemm?" ucapannya membuatku sakit, aku langsung memeluknya erat, aku menahan tangisku saat ini dan terasa semakin sesak

"Jangan tinggalkan aku" nadaku lemah dan bergetar menahan tangisku

"Aku akan selalu ada dihatimu sayang" ucapannya semakin membuatku takut. Ingin ku berteriak agar dia tidak berbicara seakan-akan kami akan berpisah. Aku menggelengkan kepalaku.

"Amber.... " dia memanggil namaku dengan lembut. Aku melepaskan pelukan kami dan menundukkan kepalaku tidak ingin melihatnya.

"Apa kau ingin menjadi dirimu yang dulu, yang tidak ingin menatap lawan bicaramu?" tanyanya dengan nada kecewa. Aku menaikkan kepalaku perlahan menatapnya dan dia tersenyum.

Dia menghembuskan nafasnya panjang kemudian tangannya memegang kedua pipiku "Penyakitku sudah semakin memburuk, aku...aku tidak yakin akan hidup lebih lama lagi" dia meneteskan airmatanya dan aku langsung menghapusnya

I Love You to the Moon and Back [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang