chapter 5

917 110 5
                                    

Sudah satu bulan berlalu sejak Mingyu bekerja di minimarket tersebut. Hubungannya dengan rekan kerjanya sudah terbilang baik. Mingkyung bersikap sangat ramah kepadanya, bahkan dia bertemu telah bertemu dengan karyawan-karyawan yang bekerja di shift malam.

Hubungannya dengan Minghao semakin dekat. Bukan dalam hal romantis yang diinginkannya, tapi untuk berbicara tentang kehidupan. Walau baru lebih dari satu bulan mereka bertemu, dengan Minghao yang bekerja setiap dua hari sekali, Mingyu sudah mengenal kebiasaan-kebiasaan Minghao.

Nada tawanya yang muncul ketika Mingkyung bercanda, matanya yang membulat ketika dia bersemangat, tatapannya yang lembut kepada pelanggan, bahkan suara derap kakinya berjalan pun Mingyu tau. Kadang Mingyu bingung, sebegitu terobsesinya kah dia dengan Minghao?

Untung bagi Mingyu, Minghao tidak mengabaikannya. Minghao tidak pernah menolak ajakan Mingyu untuk pergi sepulang bekerja, entah itu makan atau berjalan-jalan, dan terkadang Minghao lah yang mengajaknya. Minghao juga mendengarkan ceritanya dengan serius, tertawa mendengar candaan Mingyu, dan terkadang saling mengejek satu sama lain.

Semua itu membuat Mingyu senang karena Minghao menerimanya. Dia sekarang tidak pernah segan untuk sekadar mengacak-acak rambut Minghao, menarik tangannya, atau menggenggam tangannya walau sebentar. Minghao tidak pernah keberatan dengan semua perlakuan Mingyu, mungkin ia berpikir bahwa itu hal yang biasa untuk dilakukan oleh teman dekat.

Hari ini Mingyu bekerja di minimarket seperti biasa. Dia datang sebelum pukul 11 pagi dan menemukan karyawan shift malam, Jisoo, sudah datang dan berseragam.

"Oh, pagi, Mingyu!" Sapanya kepada Mingyu yang baru masuk. Jisoo bekerja di shift siang ketika Minghao tidak bekerja, seperti sekarang ini.

"Pagi juga," balas Mingyu sambil melepas jaketnya. "Mingkyung belum datang?"

"Tadi dia mengirimkan pesan padaku kalau dia akan datang terlambat," jelas Jisoo.

"Yasudah, berarti hanya kita berdua dulu?"

Jisoo menyeringai. "Begitulah, saatnya mengangkat stok barang."

Mingyu naik ke lantai tiga untuk mengambil stok barang, lalu ketika turun dia melihat Jeonghan datang dan bercakap-cakap dengan Jisoo.

"Oh, Jeonghan. Tumben kau datang, ada apa?" Tanya Mingyu heran. Biasanya Jeonghan hanya datang di akhir pekan, sedangkan ini baru hari senin.

"Tidak ada, hari ini aku sedang mengambil cuti kerja karena anakku masuk sekolah hari pertama. Selagi menunggunya aku mampir kesini, jaraknya tidak jauh kok," kata Jeonghan santai, lalu tatapannya beralih pada Jisoo. "Selesai bekerja kau ada acara? Mau makan malam bersamaku?"

Jisoo terlihat gugup ketika ditanya. "Eh, hmm, tidak ada," jawabnya ragu-ragu. "Boleh, boleh saja...."

Jeonghan terlihat puas mendengarnya. "Bagus, nanti aku menjemputmu disini," seringainya lalu berbalik lagi menatap Mingyu. "Aku hanya mampir, jadi aku pergi dulu."

"Ya, sampai nanti," kata Mingyu ketika Jeonghan berjalan pergi, lalu dia menoleh menatap Jisoo. "Sudah lama kalian pacaran?"

Jisoo langsung menggeleng-geleng panik. "Kami tidak pacaran! Jeonghan hanya mengajakku makan malam kok. Lagipula anaknya juga ikut makan...."

"Hmm, mungkin dia ingin memperkenalkanmu kepada anaknya?" Kata Mingyu lalu terkekeh melihat betapa tersipunya Jisoo. "Yasudah, ayo kita lanjut bekerja."

•••

Mingyu telah selesai bekerja, bahkan dia sempat bertemu dengan Jeonghan yang datang lagi untuk menjemput Jisoo makan. Jeonghan juga memberinya dua buah sandwich, katanya untuk cemilan. Mingyu menerimanya dengan senang. Bos mereka memang perhatian dengan karyawannya.

Melihat dua buah sandwich itu, membuat Mingyu memikirkan sebuah ide. Dia kemudian melangkah pergi ke suatu tempat, yaitu tempat kedua Minghao bekerja.

Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai ke bar itu karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Mingyu masuk dan menemukan Seokmin yang sedang menyusun gelas di bar counter.

Seokmin menyadari kehadiran Mingyu. "Oh, Mingyu! Aku sudah lupa kapan terakhir kali kita bertemu. Mau minum, bung?"

"Ah, tidak. Aku hanya ingin menjumpai Minghao sebentar," senyum Mingyu senang akan keramahan Seokmin. "Dimana dia?"

"Dia mungkin di belakang dengan Junhui. Dia baru saja selesai bekerja, mungkin mereka akan pulang," jawab Seokmin sambil menunjuk sebuah ruangan di ujung bar.

Mingyu tertegun mendengar kata-kata Seokmin.

Minghao dan Junhui akan pulang bersama? Apa artinya mereka tinggal bersama?, batinnya resah.

"Mau kupanggilkan?" Tanya Seokmin membuyarkan kepanikan di hati Mingyu.

"Y–ya, kalau kau tidak sibuk," jawabnya.

"Sebentar ya," kata Seokmin sambil berjalan menuju ruangan itu.

Beberapa saat kemudian Seokmin kembali dengan membawa Minghao di sampingnya. Minghao sudah menggunakan pakaian kasual. Dilihatnya Minghao yang raut wajahnya sedikit kebingungan.

Minghao menghampiri Mingyu. "Ada apa, Mingyu? Ada masalah di minimarket?" Tanyanya khawatir.

"Tidak, tidak ada. Semuanya baik-baik saja," geleng Mingyu. "Aku... aku hanya mau memberikan ini."

Dikeluarkannya sebuah sandwich dari kantong plastik yang dibawanya dari tadi dan diberikannya kepada Minghao. Minghao hanya kembali menatapnya bingung.

"Jeonghan yang memberinya padaku tadi. Kupikir dia juga bermaksud memberikannya kepadamu, sehingga aku mengantarnya," jelas Mingyu mencari cari alasan agar Minghao tidak curiga.

Wajah Minghao yang tadinya kebingungan melembut. "Kau tidak perlu capek-capek memberikannya sampai kesini, kau bisa memakannya kok," katanya namun tetap menerima sandwich itu. "Terima kasih, Mingyu."

Mingyu bersyukur Minghao tidak menganggapnya aneh. "Sama sama," katanya lalu menggaruk-garuk kepalanya. "Kau mau makan bersamaku sehabis ini?"

Minghao sedikit terkejut dengan ajakan Mingyu kali ini. "Maaf... aku tidak bisa pergi ke mana mana sehabis bekerja di sini," katanya sedih.

Mata Mingyu membulat mendengar penyataannya. "Kenapa?"

Minghao terdiam tanpa menjawabnya, lalu Junhui datang.

"Hao, ayo kita pulang." Junhui meraih tangan Minghao, lalu menyadari keberadaan Mingyu. "Oh? Siapa ini? Rasanya aku pernah melihatmu. Kenalanmu, Hao?"

Minghao langsung memperkenalkan Mingyu dengan gugup. "Ehm, ini Mingyu. Dia rekan kerjaku di minimarket. Dia datang kesini untuk memberikanku sandwich yang dititipkan bos kami...."

Junhui mengangguk mengerti lalu mengulurkan tangannya. "Aku Junhui. Salam kenal."

Awalnya Mingyu tidak mau membalas jabatan tangannya, tapj dia tidak mau dianggap buruk oleh Minghao. "Ya, salam kenal."

"Baiklah, ayo, Hao. Sehabis ini kita harus pergi ke supermarket untuk membeli stok makanan rumah," katanya masih menggenggam tangan Minghao. "Sampai nanti Seokmin, Mingyu."

Minghao yang ditarik Junhui hanya berucap pelan. "Sampai besok, Mingyu," katanya lalu melambai kepada Seokmin.

Mingyu hanya tertegun mendengar perkataan Junhui. Ternyata Minghao dan Junhui benar benar tinggal di satu atap. Dia lalu bangkit dari kursinya untuk pulang.

"Sampai nanti, Seokmin," katanya lesu berjalan pergi.

"Ya, selamat berjuang, bung!" Diliriknya Seokmin setelah mengucapkan itu. Seokmin tersenyum simpul lalu melambaikan tangannya.

Yah, Seokmin memang benar. Mingyu harus berjuang.

•••

Halo! Silahkan vote dan comment jika berkenan, terima kasih!

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang