chapter 18 [last]

1K 94 6
                                    

Ya, dia pulang. Minghaonya benar-benar pulang.

Mingyu kembali menangis lagi. Sepertinya dirinya sudah menjadi cengeng belakangan ini.

Tangan Minghao yang masih berada di pipi Mingyu bergerak. "Kenapa kau menangis? Kau sakit?"

Mingyu menggeleng.

"Kupikir aku akan kehilanganmu."

Dipeluknya tubuh kurus Minghao dengan lembut dan berhati-hati, takut Minghao kesakitan karena Mingyu mengimpit lukanya. Minghao tampak membalas pelukannya dengan mengelus-ngelus surai Mingyu.

Mingyu bahagia sekarang, sangat sangat bahagia.

"Jangan pernah membuatku ketakutan seperti tadi lagi, Minghao," ujarnya mengingatkan. "Aku hampir gila."

Minghao tertawa kecil, tangannya masih berada di surai Mingyu. Mereka terdiam dengan posisi seperti itu sampai Mingyu menarik tubuhnya.

"Bagaimana perasaanmu? Masih sakit?" tanyanya khawatir.

"Sedikit," jawab Minghao masih dengan suara yang serak. "Tapi aku tidak apa-apa."

"Ya, kau memang harus seperti itu," senyum Mingyu.

Minghao kembali tersenyum, lalu dengan berhati-hati dia bertanya. "Bagaimana dengan... Junhui?"

Mingyu terdiam sejenak.

"Dia tewas."

Mata Minghao membulat. "Kau membunuhnya?"

Mingyu tersenyum getir. Sebenarnya dia juga tidak mau membunuh keparat itu, tapi kemarin situasi mendesaknya.

Pukulannya di kepala Junhui membuat Junhui terjatuh dan kepalanya mengenai ujung meja yang lumayan tajam. Awalnya Mingyu pikir Junhui hanya pingsan, tapi ternyata ketika mengeceknya lagi lelaki itu sudah tak bernapas. Mungkin benturan itu menyebabkan cedera otak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otaknya.

"Astaga...," ucap Minghao tertahan. "Kalau begitu, apa yang akan terjadi denganmu? Kau akan ditahan?"

Wajah Minghao terlihat panik. Mingyu berusaha menggenggam tangannya lagi untuk menenangkannya.

"Entahlah," katanya pelan. "Polisi belum mendatangiku."

Minghao menatapnya sedih, lalu menundukkan kepalanya. "Ini salahku... karenaku kau mungkin akan berakhir di penjara. Maaf, maafkan aku, Mingyu," ujarnya mulai menangis.

Tangan Mingyu menangkup pipinya. "Hei, hei, ini sama sekali bukan salahmu, Minghao. Aku memang ingin memukulnya atas apa yang telah dilakukannya padamu," kata Mingyu pelan. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."

Minghao menggeleng. "Tidak, Mingyu. Ini masalah serius. Jika kau masuk penjara, aku tidak akan bisa menebusmu dari sana. Itu artinya kau akan terus menderita," tuturnya terisak.

"Aku tidak akan menderita, Minghao, karena kau sudah terbebas dari keparat itu. Aku bisa lega walaupun di penjara."

Minghao masih menangis, Mingyu kembali menariknya ke dalam pelukannya. Tak lama pelukan Mingyu yang nyaman membuatnya berhenti menangis. Dilepaskannya pelukan Mingyu dan terdiam menatap mata lelaki itu.

"Ehm, kau tidak lapar?" tanya Mingyu canggung.

Minghao menggeleng. "Tidak, aku hanya haus."

Mingyu langsung bergerak mengambil air minerai yang berada di atas meja. Dibukanya tutupnya lalu menyodorkan kepada Minghao. Setelah beberapa tegukan Minghao kembali menyerahkannya kepada Mingyu.

"Sebentar, aku akan menghubungi yang lain bahwa kau sudah sadar," katanya lalu memainkan handphonenya.

Minghao menatap Mingyu yang jari-jarinya mengetik-ngetik keyboard handphone.

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang