chapter 13

811 99 7
                                    

Bersiap-siaplah manteman, chapter ini hampir penuh dengan fluff:"(

•••

Setelah menghabiskan es krim, keduanya langsung beranjak pergi dari supermarket tersebut dan pulang menaiki kereta lagi. Perjalanan mereka lalui tanpa bercakap cakap, tapi masih dengan jari yang saling bertautan.

Sesampainya di apartemen Mingyu langsung mengajak Minghao makan karena jam menunjukkan angka 14:30, waktu makan siang yang terlambat. Ternyata mereka cukup lama menghabiskan waktu di supermarket.

"Ayo makan," kata Mingyu sambil berjalan ke dapur. "Aku akan memasak bibimbap."

Minghao mengikutinya ke dapur. "Akan kubantu!" serunya dari balik punggung Mingyu.

Mingyu berbalik lalu mengelus lembut puncak kepala lelaki kurus itu.

"Tidak usah," ujarnya pelan. "Aku sudah biasa. Kau duduk saja di meja makan atau di ruang tamu membaca buku."

"Tapi–"

Ucapan Minghao terputus ketika Mingyu memegang kedua pipinya.

"Pergilah," katanya menatap mata Minghao. "Aku ingin memanjakanmu."

Lalu dia mendaratkan bibirnya di dahi Minghao, memberi kecupan kecil.

Minghao terbelalak mendapat semua perlakuan ini, wajahnya sedikit memerah. Dia mengangguk lalu pergi dengan langkah kaku ke ruang tamu.

Mingyu tertawa kecil melihat kecanggungan Minghao. Aneh baginya mengetahui lelaki kurus itu sebenarnya pemalu dan itu membuatnya semakin ingin menggodanya. Mingyu sangat senang, menyadari bahwa Minghao sekarang sudah hampir menjadi miliknya. Hampir karena dia belum 'melunasinya' dari Junhui. Mingyu akan memikirkan cara untuk mendapat uang lebih, tapi nanti. Sekarang dia ingin menikmati semua momen yang ada.

Selama bertahun-tahun Mingyu tinggal sendirian dan itu membuatnya mandiri sehingga bisa memasak dengan ahli. Setelah selesai dipanggilnya Minghao untuk makan bersamanya di meja makan.

"Minghao," panggilnya pelan ketika melihat Minghao terduduk serius membaca salah satu bukunya. "Sudah selesai, ayo makan."

Minghao mengangguk lalu berjalan ke meja makan. Mereka duduk berhadapan.

"Aku heran kau tidak bekerja sebagai koki," ujar Minghao setelah mengambil suapan pertama. "Masakanmu enak, sup kemarin pun terasa lezat."

Mingyu tersenyum senang mendengar pujiannya. "Benarkah? Baguslah," senyumannya berganti dengan tatapan sedih. "Ibuku dulu pernah mengajariku...."

Suapan kedua Minghao terhenti, dia tertegun mendengar perkataan Mingyu.

"Hmm, kalau begitu, kau bisa ajarkan aku nanti!" serunya mencoba menghibur Mingyu. "Aku tidak terlalu pandai memasak."

Lagi-lagi senyum Mingyu timbul. "Boleh saja," angguknya kepada Minghao. "Kita bisa memasak bersama."

Mingyu senang dengan keberadaan Minghao di sisinya seperti ini. Minghao bisa menghiburnya ketika dia mengingat masa lalunya yang menyedihkan, dia punya Minghao.

Kegiatan mencuci piring mereka kerjakan bersama-sama lagi. Mingyu berpikir hal ini akan menjadi kebiasaan mereka setelah makan. Setelah selesai ditariknya tangan Minghao menuju ruang tamu untuk menonton.

"Kau suka film apa?" tanya Mingyu mencari-cari kepingan CD di bawah meja televisi.

Minghao mendudukkan dirinya di sofa panjang milik Mingyu. "Apapun aku suka, kau bisa memilih yang kau sukai."

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang