chapter 6

805 101 7
                                    

Hari ini Mingyu bangun terlambat, pukul 10 pagi dia bangun dan menemukan hari sudah terlalu terang. Mingyu langsung bergegas membersihkan diri dan menghangatkan makanan semalam untuk sarapan yang mungkin sudah terlalu siang.

Terakhir kali Mingyu bangun terlambat adalah dua tahun yang lalu, yaitu sehari setelah wisudanya. Pada saat itu dia bangun di pukul 8 pagi, yang berarti sekarang dia telah mengalahkan rekor lamanya.

Mingyu rasa dia tahu penyebab keterlambatan bangunnya. Tadi malam dia hampir tidak bisa tidur memikirkan suatu hal. Suatu hal itu dipastikan tentang Minghao.

Sungguh, Mingyu benar-benar depresi terhadap seseorang, terhadap keinginan untuk memiliki seseorang, bukankah itu terlalu aneh?

Dia menyelesaikan sarapannya dan langsung pergi untuk bekerja. Untung baginya, jarak dari apartemennya dan minimarket tidak terlalu jauh, sehingga dia bisa sampai pada pukul 11.15.

"Selamat pagi, maaf aku terlambat," sapanya ketika masuk ke dalam minimarket.

Mingkyung sudah berdiri di depan meja kasir dan tersenyum kepadanya. "Pagi, terlambat bangun?"

Mingyu sedikit malu mendengar Mingkyung menebaknya dengan benar. "Begitulah," katanya singkat. "Aku mengganti seragam dulu."

Setelah berganti seragam, Mingyu keluar dari ruang staff dan melihat Mingkyung sudah berganti dengan Minghao di meja kasir. Mungkin Mingkyung pergi ke kamar kecil.

"Pagi, Minghao," sapa Mingyu menghampirinya.

Minghao menoleh ke arah Mingyu. "Pagi," balasnya. Hari ini Minghao tampak berbeda, wajahnya lebih lesu dan pucat dari biasanya.

"Kau sakit?" Tanya Mingyu semakin mendekat, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Minghao. "Badanmu tidak panas, syukurlah."

Minghao langsung menarik diri dari Mingyu setelahnya. Mingyu heran dengan tindakan Minghao, tidak biasanya dia bertingkah gugup seperti ini ketika Mingyu menyentuhnya.

"A–aku tidak apa-apa, hanya kurang tidur," jelasnya menatap ke segala arah, kecuali mata Mingyu. "Kau sebaiknya mulai bekerja."

Sikap Minghao hari ini benar benar membingungkan. Sebenarnya Mingyu ingin bertanya lebih, tapi dia tidak mau membuat Minghao melalaikan perkerjaannya dan juga pekerjaan Mingyu sendiri, jadi dia menuruti kata Minghao dan lanjut bekerja.

•••

Shift mereka hampir berakhir, seperti biasa Mingyu akan mengajak Minghao untuk menghabiskan waktu bersamanya sebelum malam, jadi dia mengikuti Minghao yang sedang berganti baju di ruang staff.

Mingyu membuka pintu dan masuk. "Minghao kau mau—"

Kata-kata Mingyu terhenti melihat pemandangan di hadapannya. Bukan karena tubuh bagian atas Minghao yang tidak ditutupi sehelai benang pun, melainkan karena banyaknya lebam dan luka gores di punggungnya.

Minghao yang melihat Mingyu datang langsung memasukkan bajunya cepat. Matanya menatap Mingyu, ada ketakutan yang besar disana.

Mingyu merasa berang mengetahui semua luka itu, siapa bajingan hina yang telah menyakiti Minghao sampai meninggalkan begitu banyak luka di tubuh indahnya?

Dia mendekati Minghao dan menangkap tangannya. "Katakan," suaranya terdengar parau karena menahan amarah, "siapa brengsek yang membuatmu menjadi seperti ini? Kau kenapa?!"

Sorot mata Mingyu yang tajam membuat Minghao memalingkan wajahnya. "Bukan apa-apa, aku hanya terjatuh dari tangga," katanya pelan.

"Luka ini tidak terlihat seperti jatuh dari tangga, Minghao," pegangan Mingyu di tangan Minghao semakin mengerat, "luka ini diperbuat secara sengaja."

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang